JEMBER, RADARJEMBER.ID – Salah satu pekerjaan yang memiliki jam terbang tinggi adalah jurnalis. Hampir tidak ada patokan waktu, kapan harus masuk kerja dan kapan pulang ke rumah. Banyaknya aktivitas tersebut, membuat Satgas penanganan coronavirus disease (covid) 2019) menjadwal vaksinasi wartawan tahap kedua seperti dilangsungkan di Aula PB Soedirman Pemkab Jember, kemarin (27/2).
Pola hidup jurnalis tidak kalah sibuk dengan para pegawai, sehingga layak untuk masuk daftar sasaran vaksinasi. Apalagi, dalam kurun waktu sehari, jurnalis bisa bertemu dengan beberapa orang yang berbeda. Tuntutan profesi mengharuskan peliputan paling utama turun langsung, mendapat sumber valid, demi menyajikan pemberitaan yang tidak asal alias hoax.
Untuk itu lah, vaksinasi jurnalis pada gelombang kedua dinilai pas, karena mereka bersinggungan langsung dengan narasumber. Mulai dari bupati sampai kepada masyarakat umum di lapangan. “Setelah tenaga medis, tenaga layanan umum, para pegawai, para tokoh, jurnalis masuk urutan berikutnya. Ini penting karena jurnalis banyak mewawancarai para pejabat yang lebih dulu divaksin,” kata Plt Gatot Triyono, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Pemkab Jember.
Jam terbang wartawan memang tak bisa diduga. Dalam sehari, bisa masuk tiga kantor pemerintah bahkan lebih. Belum lagi, turun ke lokasi demi mendapatkan informasi valid. Alasan itulah yang membuat jurnalis dimasukkan sasaran vaksinasi tahap kedua. “Vaksinasi akan terus dilakukan terhadap warga yang rentan,” jelas Gatot.
Seorang jurnalis, Lintang mengatakan, sebagai insan yang terus menulis pentingnya menjaga protocol kesehatan perlu melakukan vaksin. Jika mengabaikan protocol kesehatan dan menolak vaksin, maka sama saja menelan ludah atas karya tulisannya. “Wartawan banyak menulis vaksin untuk kekebalan tubuh mencegah penyakit korona, maka vaksin perlu dilakukan penulis itu sendiri,” ucapnya.
Sementara itu sejumlah insan pers, termasuk Direktur Jawa Pos Radar Jember A Choliq Baya juga ikut melakukan vaksinasi. Bahkan, kami yang agak takut akan jarum suntik, berupaya membuang rasa itu jauh-jauh demi kebaikan bersama. Dengan menjaga protocol kesehatan, jurnalis tidak boleh menyebarkan wabah korona.