Mobile_AP_Rectangle 1
Selain mi, Pak Gundul juga menjual nasi goreng. Karena itu, namanya Mie dan Nasgor Jawa Pak Gundul. Tak jarang masakan Pak Gundul habis saat masih sore. Misalnya saja saat Jawa Pos Radar Jember berkunjung, nasi gorengnya sudah habis. Di lain hari, biasanya mi goreng Jawa-nya sudah habis duluan.
Bahkan, nasgor dan mi goreng Pak Gundul sering habis dua jam setelah buka. Buka pukul 18.00, sudah habis pukul 20.00.
M Hoji alias Pak Gundul mengatakan, tidak hanya mi Jawa yang laris. nasi goreng Jawa buatannya juga laris. Bahkan, Pak Gundul sempat punya pengalaman ada yang protes tentang konsep nasi goreng Jawa yang dibuatnya. “Nasgor Jawa saya sajikan dengan sayur lengkap, mulai tauge, kubis, dan sawi. Selain itu, juga dikasih mi. Tapi sempat ada yang protes, kok ada sayurnya,” ungkapnya. Sehingga, kata dia, untuk penyesuaian lidah, akhirnya sayurnya ditiadakan, tapi tetap ada mi. “Kadang juga bertanya kok ada minya. Dikira mawut,” tuturnya. Namun, itulah ciri khas masakan Pak Gundul.
- Advertisement -
Selain mi, Pak Gundul juga menjual nasi goreng. Karena itu, namanya Mie dan Nasgor Jawa Pak Gundul. Tak jarang masakan Pak Gundul habis saat masih sore. Misalnya saja saat Jawa Pos Radar Jember berkunjung, nasi gorengnya sudah habis. Di lain hari, biasanya mi goreng Jawa-nya sudah habis duluan.
Bahkan, nasgor dan mi goreng Pak Gundul sering habis dua jam setelah buka. Buka pukul 18.00, sudah habis pukul 20.00.
M Hoji alias Pak Gundul mengatakan, tidak hanya mi Jawa yang laris. nasi goreng Jawa buatannya juga laris. Bahkan, Pak Gundul sempat punya pengalaman ada yang protes tentang konsep nasi goreng Jawa yang dibuatnya. “Nasgor Jawa saya sajikan dengan sayur lengkap, mulai tauge, kubis, dan sawi. Selain itu, juga dikasih mi. Tapi sempat ada yang protes, kok ada sayurnya,” ungkapnya. Sehingga, kata dia, untuk penyesuaian lidah, akhirnya sayurnya ditiadakan, tapi tetap ada mi. “Kadang juga bertanya kok ada minya. Dikira mawut,” tuturnya. Namun, itulah ciri khas masakan Pak Gundul.
Selain mi, Pak Gundul juga menjual nasi goreng. Karena itu, namanya Mie dan Nasgor Jawa Pak Gundul. Tak jarang masakan Pak Gundul habis saat masih sore. Misalnya saja saat Jawa Pos Radar Jember berkunjung, nasi gorengnya sudah habis. Di lain hari, biasanya mi goreng Jawa-nya sudah habis duluan.
Bahkan, nasgor dan mi goreng Pak Gundul sering habis dua jam setelah buka. Buka pukul 18.00, sudah habis pukul 20.00.
M Hoji alias Pak Gundul mengatakan, tidak hanya mi Jawa yang laris. nasi goreng Jawa buatannya juga laris. Bahkan, Pak Gundul sempat punya pengalaman ada yang protes tentang konsep nasi goreng Jawa yang dibuatnya. “Nasgor Jawa saya sajikan dengan sayur lengkap, mulai tauge, kubis, dan sawi. Selain itu, juga dikasih mi. Tapi sempat ada yang protes, kok ada sayurnya,” ungkapnya. Sehingga, kata dia, untuk penyesuaian lidah, akhirnya sayurnya ditiadakan, tapi tetap ada mi. “Kadang juga bertanya kok ada minya. Dikira mawut,” tuturnya. Namun, itulah ciri khas masakan Pak Gundul.