31.4 C
Jember
Thursday, 30 March 2023

Mau Tahu Facegraphy, Jenis Kaligrafi Langka

Mobile_AP_Rectangle 1

TEGALBOTO, RADARJEMBER.ID – Umumnya, kaligrafi punya banyak jenis. Jika merujuk definisnya, kaligrafi adalah seni menulis indah dengan pena. Namun, ada beberapa sejarah tentang kaligrafi. Ada kaligrafi Arab yang disebut khat, kaligrafi western yang disebut blackletter, dan kaligrafi fanus dari Turki.

Selain jenis kaligrafi yang sudah jamak diketahui tersebut, ternyata juga ada facegraphy. Jenis kaligrafi yang sejatinya sudah lama, tapi baru muncul di kalangan seniman lokal. Karena masih baru, jumlah peminatnya pun cukup sedikit. Satu dari sedikit seniman yang mulai fokus berkarya di bidang facegraphy tersebut adalah Arif Hidayatulloh.

Arif mengungkapkan, facegraphy sudah populer di beberapa negara. Para seniman luar negeri membuat facegraphy pada mural wajah manusia. Perbedaannya dengan kaligrafi konvensional adalah terletak pada tujuan. Tujuan facegraphy tidak untuk dibaca. Sementara, kaligrafi seni bertujuan untuk dibaca.

Mobile_AP_Rectangle 2

Menurut dia, facegraphy hanyalah goresan grafiti dan kaligrafi. Namun, tidak untuk dibaca atau tidak memiliki makna tertentu. “Perbedaannya hanya di bagian tujuan pembuatan kaligrafi. Biasanya kaligrafi itu adalah membuat suatu seni dari pena, yang ditulis untuk dibaca dan dekorasi,” ungkap Arif kepada Jawa Pos Radar Jember, kemarin (26/9).

Teknisya, Arif membuat facegraphy menggunakan pena yang biasanya dipakai untuk kaligrafi. Sehingga menciptakan goresan yang menyerupai huruf arab. Jika dilihat dari kadar kesulitannya, kaligrafi konvensional lebih sulit daripada facegraphy. “Jika kita sudah bisa kaligrafi konvensional, maka secara autodidak kita bisa membuat facegraphy,” ucapnya.

Arif mulai belajar tentang facegraphy sejak 2019 lalu hingga saat ini. Selama itu, kreasinya banyak menarik perhatian orang-orang. Jika ditotal, Arif sudah mendapat order pembuatan facegraphy sebanyak tujuh pesanan. Ia menilai, skala komersial facegraphy punya banyak peminat karena memiliki nilai estetika yang bagus.

Ke depan, Arif berharap, dirinya dapat membuat karya facegraphy dengan ukuran yang lebih besar. Misalnya dengan menggambar di dinding layaknya membuat grafiti. Namun, unsur kaligrafinya menjadi lebih detail. Tak hanya itu, ia juga berharap akan ada banyak seniman yang bergerak di bidang facegraphy. “Dari situ sehingga ada sharing aliran baru atau style baru lagi untuk facegraphy,” ujar mahasiswa semester lima Teknik Lingkungan Universitas Jember itu.

Reporter : Dian Cahyani

Fotografer : Arif Hidayatulloah For Radar Jember

Editor : Mahrus Sholih

- Advertisement -

TEGALBOTO, RADARJEMBER.ID – Umumnya, kaligrafi punya banyak jenis. Jika merujuk definisnya, kaligrafi adalah seni menulis indah dengan pena. Namun, ada beberapa sejarah tentang kaligrafi. Ada kaligrafi Arab yang disebut khat, kaligrafi western yang disebut blackletter, dan kaligrafi fanus dari Turki.

Selain jenis kaligrafi yang sudah jamak diketahui tersebut, ternyata juga ada facegraphy. Jenis kaligrafi yang sejatinya sudah lama, tapi baru muncul di kalangan seniman lokal. Karena masih baru, jumlah peminatnya pun cukup sedikit. Satu dari sedikit seniman yang mulai fokus berkarya di bidang facegraphy tersebut adalah Arif Hidayatulloh.

Arif mengungkapkan, facegraphy sudah populer di beberapa negara. Para seniman luar negeri membuat facegraphy pada mural wajah manusia. Perbedaannya dengan kaligrafi konvensional adalah terletak pada tujuan. Tujuan facegraphy tidak untuk dibaca. Sementara, kaligrafi seni bertujuan untuk dibaca.

Menurut dia, facegraphy hanyalah goresan grafiti dan kaligrafi. Namun, tidak untuk dibaca atau tidak memiliki makna tertentu. “Perbedaannya hanya di bagian tujuan pembuatan kaligrafi. Biasanya kaligrafi itu adalah membuat suatu seni dari pena, yang ditulis untuk dibaca dan dekorasi,” ungkap Arif kepada Jawa Pos Radar Jember, kemarin (26/9).

Teknisya, Arif membuat facegraphy menggunakan pena yang biasanya dipakai untuk kaligrafi. Sehingga menciptakan goresan yang menyerupai huruf arab. Jika dilihat dari kadar kesulitannya, kaligrafi konvensional lebih sulit daripada facegraphy. “Jika kita sudah bisa kaligrafi konvensional, maka secara autodidak kita bisa membuat facegraphy,” ucapnya.

Arif mulai belajar tentang facegraphy sejak 2019 lalu hingga saat ini. Selama itu, kreasinya banyak menarik perhatian orang-orang. Jika ditotal, Arif sudah mendapat order pembuatan facegraphy sebanyak tujuh pesanan. Ia menilai, skala komersial facegraphy punya banyak peminat karena memiliki nilai estetika yang bagus.

Ke depan, Arif berharap, dirinya dapat membuat karya facegraphy dengan ukuran yang lebih besar. Misalnya dengan menggambar di dinding layaknya membuat grafiti. Namun, unsur kaligrafinya menjadi lebih detail. Tak hanya itu, ia juga berharap akan ada banyak seniman yang bergerak di bidang facegraphy. “Dari situ sehingga ada sharing aliran baru atau style baru lagi untuk facegraphy,” ujar mahasiswa semester lima Teknik Lingkungan Universitas Jember itu.

Reporter : Dian Cahyani

Fotografer : Arif Hidayatulloah For Radar Jember

Editor : Mahrus Sholih

TEGALBOTO, RADARJEMBER.ID – Umumnya, kaligrafi punya banyak jenis. Jika merujuk definisnya, kaligrafi adalah seni menulis indah dengan pena. Namun, ada beberapa sejarah tentang kaligrafi. Ada kaligrafi Arab yang disebut khat, kaligrafi western yang disebut blackletter, dan kaligrafi fanus dari Turki.

Selain jenis kaligrafi yang sudah jamak diketahui tersebut, ternyata juga ada facegraphy. Jenis kaligrafi yang sejatinya sudah lama, tapi baru muncul di kalangan seniman lokal. Karena masih baru, jumlah peminatnya pun cukup sedikit. Satu dari sedikit seniman yang mulai fokus berkarya di bidang facegraphy tersebut adalah Arif Hidayatulloh.

Arif mengungkapkan, facegraphy sudah populer di beberapa negara. Para seniman luar negeri membuat facegraphy pada mural wajah manusia. Perbedaannya dengan kaligrafi konvensional adalah terletak pada tujuan. Tujuan facegraphy tidak untuk dibaca. Sementara, kaligrafi seni bertujuan untuk dibaca.

Menurut dia, facegraphy hanyalah goresan grafiti dan kaligrafi. Namun, tidak untuk dibaca atau tidak memiliki makna tertentu. “Perbedaannya hanya di bagian tujuan pembuatan kaligrafi. Biasanya kaligrafi itu adalah membuat suatu seni dari pena, yang ditulis untuk dibaca dan dekorasi,” ungkap Arif kepada Jawa Pos Radar Jember, kemarin (26/9).

Teknisya, Arif membuat facegraphy menggunakan pena yang biasanya dipakai untuk kaligrafi. Sehingga menciptakan goresan yang menyerupai huruf arab. Jika dilihat dari kadar kesulitannya, kaligrafi konvensional lebih sulit daripada facegraphy. “Jika kita sudah bisa kaligrafi konvensional, maka secara autodidak kita bisa membuat facegraphy,” ucapnya.

Arif mulai belajar tentang facegraphy sejak 2019 lalu hingga saat ini. Selama itu, kreasinya banyak menarik perhatian orang-orang. Jika ditotal, Arif sudah mendapat order pembuatan facegraphy sebanyak tujuh pesanan. Ia menilai, skala komersial facegraphy punya banyak peminat karena memiliki nilai estetika yang bagus.

Ke depan, Arif berharap, dirinya dapat membuat karya facegraphy dengan ukuran yang lebih besar. Misalnya dengan menggambar di dinding layaknya membuat grafiti. Namun, unsur kaligrafinya menjadi lebih detail. Tak hanya itu, ia juga berharap akan ada banyak seniman yang bergerak di bidang facegraphy. “Dari situ sehingga ada sharing aliran baru atau style baru lagi untuk facegraphy,” ujar mahasiswa semester lima Teknik Lingkungan Universitas Jember itu.

Reporter : Dian Cahyani

Fotografer : Arif Hidayatulloah For Radar Jember

Editor : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca