22.5 C
Jember
Saturday, 3 June 2023

Dokar Jember Pasrah Karena ini

Mobile_AP_Rectangle 1

KALISAT, RADARJEMBER.ID – Delman atau dokar pernah mengalami masa keemasan di negeri ini. Termasuk di Jember. Namun, kini keberadaan kendaraan yang ditarik seekor kuda ini hanya tinggal hitungan jari.

Di Kecamatan Kalisat, misalnya. Hanya ada beberapa saja. Rusfan, salah seorang kusir, menuturkan, saat ini keberadaan delman memang sudah dikalahkan kendaraan bermotor. “Memang kondisi sekarang ini sepi penumpang karena dokar mulai tergeser oleh angkutan modern seperti motor dan mobil. Hal ini diperparah oleh Covid-19, sehingga orang cenderung berdiam diri di rumah ketimbang bepergian. Dan praktis, hal ini membuat pendapatan turun,” kata Rusfan.

Menurut warga Desa Patempuran, Kecamatan Kalisat, itu, dulu ketika angkutan umum modern belum mengaspal di jalan umum seperti sekarang ini, dokar menjadi angkutan andalan. Untuk mencari uang dari dokar bukanlah urusan sulit. Karena itu, setiap hari kebutuhan rumah tangga selalu tercukupi.

Mobile_AP_Rectangle 2

Kini, kata dia, dokar seperti becak gowes. Sekadar memuaskan keinginan anak-anak mengitari alun-alun. Ongkos naik dokar sangat murah. Tidak lebih dari Rp 10 ribu per orang. “Dan seperti itu tidak setiap hari,” imbuhnya.

Dia tak menampik jika dokar tidak bisa menjangkau jarak ratusan kilometer. Jadi, kini kendaraan tradisional itu tidak lagi dilirik orang sebagai alat transportasi utama. “Bisa jadi dokar tinggal jadi bagian cerita untuk anak cucu,” ujarnya.

Namun demikian, Rusfan berharap dokar tetap ada di Kabupaten Jember walau tinggal segelintir. Karena itu, dia mendukung langkah pemerintah daerah memfungsikan kembali transportasi konvensional itu sebagai sarana angkutan pariwisata, sehingga wisatawan tertarik untuk datang ke Jember.

Reporter : Winardyasto

Fotografer : Winardyasto

Editor : Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

KALISAT, RADARJEMBER.ID – Delman atau dokar pernah mengalami masa keemasan di negeri ini. Termasuk di Jember. Namun, kini keberadaan kendaraan yang ditarik seekor kuda ini hanya tinggal hitungan jari.

Di Kecamatan Kalisat, misalnya. Hanya ada beberapa saja. Rusfan, salah seorang kusir, menuturkan, saat ini keberadaan delman memang sudah dikalahkan kendaraan bermotor. “Memang kondisi sekarang ini sepi penumpang karena dokar mulai tergeser oleh angkutan modern seperti motor dan mobil. Hal ini diperparah oleh Covid-19, sehingga orang cenderung berdiam diri di rumah ketimbang bepergian. Dan praktis, hal ini membuat pendapatan turun,” kata Rusfan.

Menurut warga Desa Patempuran, Kecamatan Kalisat, itu, dulu ketika angkutan umum modern belum mengaspal di jalan umum seperti sekarang ini, dokar menjadi angkutan andalan. Untuk mencari uang dari dokar bukanlah urusan sulit. Karena itu, setiap hari kebutuhan rumah tangga selalu tercukupi.

Kini, kata dia, dokar seperti becak gowes. Sekadar memuaskan keinginan anak-anak mengitari alun-alun. Ongkos naik dokar sangat murah. Tidak lebih dari Rp 10 ribu per orang. “Dan seperti itu tidak setiap hari,” imbuhnya.

Dia tak menampik jika dokar tidak bisa menjangkau jarak ratusan kilometer. Jadi, kini kendaraan tradisional itu tidak lagi dilirik orang sebagai alat transportasi utama. “Bisa jadi dokar tinggal jadi bagian cerita untuk anak cucu,” ujarnya.

Namun demikian, Rusfan berharap dokar tetap ada di Kabupaten Jember walau tinggal segelintir. Karena itu, dia mendukung langkah pemerintah daerah memfungsikan kembali transportasi konvensional itu sebagai sarana angkutan pariwisata, sehingga wisatawan tertarik untuk datang ke Jember.

Reporter : Winardyasto

Fotografer : Winardyasto

Editor : Lintang Anis Bena Kinanti

KALISAT, RADARJEMBER.ID – Delman atau dokar pernah mengalami masa keemasan di negeri ini. Termasuk di Jember. Namun, kini keberadaan kendaraan yang ditarik seekor kuda ini hanya tinggal hitungan jari.

Di Kecamatan Kalisat, misalnya. Hanya ada beberapa saja. Rusfan, salah seorang kusir, menuturkan, saat ini keberadaan delman memang sudah dikalahkan kendaraan bermotor. “Memang kondisi sekarang ini sepi penumpang karena dokar mulai tergeser oleh angkutan modern seperti motor dan mobil. Hal ini diperparah oleh Covid-19, sehingga orang cenderung berdiam diri di rumah ketimbang bepergian. Dan praktis, hal ini membuat pendapatan turun,” kata Rusfan.

Menurut warga Desa Patempuran, Kecamatan Kalisat, itu, dulu ketika angkutan umum modern belum mengaspal di jalan umum seperti sekarang ini, dokar menjadi angkutan andalan. Untuk mencari uang dari dokar bukanlah urusan sulit. Karena itu, setiap hari kebutuhan rumah tangga selalu tercukupi.

Kini, kata dia, dokar seperti becak gowes. Sekadar memuaskan keinginan anak-anak mengitari alun-alun. Ongkos naik dokar sangat murah. Tidak lebih dari Rp 10 ribu per orang. “Dan seperti itu tidak setiap hari,” imbuhnya.

Dia tak menampik jika dokar tidak bisa menjangkau jarak ratusan kilometer. Jadi, kini kendaraan tradisional itu tidak lagi dilirik orang sebagai alat transportasi utama. “Bisa jadi dokar tinggal jadi bagian cerita untuk anak cucu,” ujarnya.

Namun demikian, Rusfan berharap dokar tetap ada di Kabupaten Jember walau tinggal segelintir. Karena itu, dia mendukung langkah pemerintah daerah memfungsikan kembali transportasi konvensional itu sebagai sarana angkutan pariwisata, sehingga wisatawan tertarik untuk datang ke Jember.

Reporter : Winardyasto

Fotografer : Winardyasto

Editor : Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca