JEMBER LOR, Radar Jember – Sebaran kasus penyakit kuku dan mulut (PMK) di Jember semakin memprihatinkan. Setiap harinya terus mengalami penambahan kasus. Sampai saat ini tembus 6.206 kasus sapi yang suspek PMK. Ini tersebar di 31 kecamatan, dan 14 jumlah kasus yang mati.
BACA JUGA :Â Artis Ibu Kota Ramaikan Pembukaan Porprov Jatim 2022
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jember Andi Prastowo mengatakan, sebaran kasus PMK semakin tak terhindarkan. Beberapa aturan dan kebijakan sudah dia buat untuk menekan jumlah penambahan kasus. “Upaya pencegahan sudah kami lakukan. Termasuk membuat aturan untuk memutus rantai penyebaran,” jelas Andi kepada Jawa Pos Radar Jember di depan Pendapa Wahyawibawagraha.
Andi juga sudah bekerja sama dengan beberapa instansi, termasuk TNI dan Polri, kecamatan, hingga perangkat desa untuk membantu proses pencegahan. “Pemerintah tidak berhenti melakukan pengendalian. Bisa dikatakan petugas kami di lapangan berangkat jam 6 pagi, pulang 10 malem untuk menangani kasus PMK itu,” ujar Andi. Dia juga menyebut, kasus ini terjadi pada hewan berkuku genap, terutama sapi.
Menurutnya, polres sudah melakukan penyekatan perbatasan masuk Jember, seperti di Silo dan di Pondokdalem, Sumberbaru. Hal itu dimaksudkan apabila ditemukan hewan ternak yang sakit, maka akan ditindaklanjuti. “Kami lakukan pemeriksaan ternak yang masuk di Kabupaten Jember, hasil kerja sama antara polres dengan petugas kami,” imbuhnya.
Selain itu, pihaknya juga sudah melakukan penyemprotan di pasar hewan dan lokasi di mana ada hewan yang positif PMK. Selain itu, dilakukan karantina kandang dan pembagian cairan disinfektan. “Kami juga melakukan pemeriksaan dan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih telaten lagi menjaga hewan ternaknya,” timpalnya.
Kemudian, 8 puskeswan juga sudah dimaksimalkan pengoperasiannya. Seperti di Kecamatan Bangsal, Kencong, Balung, Jenggawah, Sukowono, Kalisat, Silo, dan Ambulu. “Tenaga untuk dokter hewan ada sekitar 15 orang, dan para medis sekitar 100 orang,” bebernya.
Sementara, untuk vaksin pihaknya mengikuti program pemerintah pusat. Sementara ini masih dilakukan proses pengimporan dari luar negeri, dan diprioritaskan kepada sapi perah. Untuk sapi potong menyusul. “Pengadaan vaksin saat ini masih diprioritaskan kepada sapi perah. Sedangkan untuk sapi potong masih bulan Agustus nanti,” ucapnya.
Jumlah alokasi vaksin untuk Jatim sekitar 300 ribu. Sementara, untuk Jember masih belum, karena memang untuk sapi perah di Jember jumlahnya sedikit, tidak seperti di Malang, Pasuruan, Batu, dan Lumajang. “Alokasi vaksin di Jember diutamakan ke sapi perah, dan Sabtu kemarin kami sudah lakukan vaksin pertama kali di Jember,” katanya.
Andi juga menyebut, untuk penganggaran dalam penanganan PMK tersebut, pihaknya menggunakan bantuan dari berbagai pihak. Salah satunya bantuan dari Dinas Peternakan Provinsi. Namun, juga masih belum mencukupi. “Memang sudah mempunyai pengadaan untuk obat-obatan, namun tidak pernah diprediksi kasusnya akan besar seperti sekarang ini,” tegasnya.
Saat ini, dirinya masih mengajukan bantuan tidak terduga (BTT) atau semacam dana darurat. “Semoga anggaran yang diajukan cepat cair agar PMK ini bisa segera tertangani dengan maksimal,” pungkasnya. (mg6/c2/nur)