30.4 C
Jember
Saturday, 10 June 2023

Mahasiswa Rantau Pilih Menetap di Kos

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Hingga hari ini, masa kuliah mahasiswa masih dijalankan secara daring sejak adanya wabah Covid-19. Selama kebijakan itu diberlakukan, cukup banyak mahasiswa yang merasakan dampaknya. Salah satunya adalah mahasiswa rantau yang tidak kembali ke kampung halamannya. Sebab, beberapa daerah mereka ada yang masuk kawasan red zone hingga pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Akibatnya, mereka harus tinggal menetap lebih lama di tempat kos dan kontrakan, sambil tetap mengikuti kuliah daring dan menjalani puasa Ramadan hingga Covid-19 benar-benar berlalu. “Dari lokasi yang kita sisir, ada sekitar 50-an mahasiswa yang tidak bisa pulang dan menetap di tempat kos masing-masing,” kata Ketua Satgas Covid-19 IAIN Jember Hefni Zain.

Karena itu, Hefni bersama tim Satgas Covid menghampiri dan memberikan bantuan beras serta nasi bungkus, yang rutin disalurkan setiap hari Selasa. Tak hanya mahasiswa dari luar daerah dan luar kota, bahkan ada beberapa mahasiswanya yang juga berasal dari luar negeri. “Paling banyak mahasiswa dari Thailand,” imbuh pria yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor III IAIN Jember itu.

Mobile_AP_Rectangle 2

Di kampus lain pun kondisinya tak jauh berbeda. Di Universitas Jember misalnya. Banyaknya mahasiswa yang tidak bisa pulang kampung membuat pihak kampus tergerak untuk memberikan bantuan sembako. Sebanyak 84 paket sembako mereka bagikan untuk warga sekitar kampus dan mahasiswa yang masuk daerah terdepan, terluar, dan terbelakang (3T), Sabtu (25/4) kemarin. “Semoga ini bisa membantu dan kita juga mengimbau mereka untuk mematuhi aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah,” kata Ketua Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Unej Prof Yuli Witono.

Tak hanya memberikan paket sembako, mereka bahkan juga merencanakan akan memberikan alat pelindung diri (APD) ke RSD dr Soebandi Patrang.

Mahasiswa asal Universitas Muhammadiyah (UM) Jember juga bernasib sama. Mereka juga merasakan dampak Covid-19. Akibatnya, mereka pun tak bisa pulang kampung. Sekretaris Kantor Urusan Internasional (KUI) UM Jember Latifa Mirzatika mengatakan, ada sekitar 34 mahasiswa asal luar negeri, dengan angka terbanyak dari negara Thailand. “Alhamduillah, para mahasiswa masih sehat dan tetap mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan,” jelasnya.

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Hingga hari ini, masa kuliah mahasiswa masih dijalankan secara daring sejak adanya wabah Covid-19. Selama kebijakan itu diberlakukan, cukup banyak mahasiswa yang merasakan dampaknya. Salah satunya adalah mahasiswa rantau yang tidak kembali ke kampung halamannya. Sebab, beberapa daerah mereka ada yang masuk kawasan red zone hingga pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Akibatnya, mereka harus tinggal menetap lebih lama di tempat kos dan kontrakan, sambil tetap mengikuti kuliah daring dan menjalani puasa Ramadan hingga Covid-19 benar-benar berlalu. “Dari lokasi yang kita sisir, ada sekitar 50-an mahasiswa yang tidak bisa pulang dan menetap di tempat kos masing-masing,” kata Ketua Satgas Covid-19 IAIN Jember Hefni Zain.

Karena itu, Hefni bersama tim Satgas Covid menghampiri dan memberikan bantuan beras serta nasi bungkus, yang rutin disalurkan setiap hari Selasa. Tak hanya mahasiswa dari luar daerah dan luar kota, bahkan ada beberapa mahasiswanya yang juga berasal dari luar negeri. “Paling banyak mahasiswa dari Thailand,” imbuh pria yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor III IAIN Jember itu.

Di kampus lain pun kondisinya tak jauh berbeda. Di Universitas Jember misalnya. Banyaknya mahasiswa yang tidak bisa pulang kampung membuat pihak kampus tergerak untuk memberikan bantuan sembako. Sebanyak 84 paket sembako mereka bagikan untuk warga sekitar kampus dan mahasiswa yang masuk daerah terdepan, terluar, dan terbelakang (3T), Sabtu (25/4) kemarin. “Semoga ini bisa membantu dan kita juga mengimbau mereka untuk mematuhi aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah,” kata Ketua Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Unej Prof Yuli Witono.

Tak hanya memberikan paket sembako, mereka bahkan juga merencanakan akan memberikan alat pelindung diri (APD) ke RSD dr Soebandi Patrang.

Mahasiswa asal Universitas Muhammadiyah (UM) Jember juga bernasib sama. Mereka juga merasakan dampak Covid-19. Akibatnya, mereka pun tak bisa pulang kampung. Sekretaris Kantor Urusan Internasional (KUI) UM Jember Latifa Mirzatika mengatakan, ada sekitar 34 mahasiswa asal luar negeri, dengan angka terbanyak dari negara Thailand. “Alhamduillah, para mahasiswa masih sehat dan tetap mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan,” jelasnya.

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Hingga hari ini, masa kuliah mahasiswa masih dijalankan secara daring sejak adanya wabah Covid-19. Selama kebijakan itu diberlakukan, cukup banyak mahasiswa yang merasakan dampaknya. Salah satunya adalah mahasiswa rantau yang tidak kembali ke kampung halamannya. Sebab, beberapa daerah mereka ada yang masuk kawasan red zone hingga pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Akibatnya, mereka harus tinggal menetap lebih lama di tempat kos dan kontrakan, sambil tetap mengikuti kuliah daring dan menjalani puasa Ramadan hingga Covid-19 benar-benar berlalu. “Dari lokasi yang kita sisir, ada sekitar 50-an mahasiswa yang tidak bisa pulang dan menetap di tempat kos masing-masing,” kata Ketua Satgas Covid-19 IAIN Jember Hefni Zain.

Karena itu, Hefni bersama tim Satgas Covid menghampiri dan memberikan bantuan beras serta nasi bungkus, yang rutin disalurkan setiap hari Selasa. Tak hanya mahasiswa dari luar daerah dan luar kota, bahkan ada beberapa mahasiswanya yang juga berasal dari luar negeri. “Paling banyak mahasiswa dari Thailand,” imbuh pria yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor III IAIN Jember itu.

Di kampus lain pun kondisinya tak jauh berbeda. Di Universitas Jember misalnya. Banyaknya mahasiswa yang tidak bisa pulang kampung membuat pihak kampus tergerak untuk memberikan bantuan sembako. Sebanyak 84 paket sembako mereka bagikan untuk warga sekitar kampus dan mahasiswa yang masuk daerah terdepan, terluar, dan terbelakang (3T), Sabtu (25/4) kemarin. “Semoga ini bisa membantu dan kita juga mengimbau mereka untuk mematuhi aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah,” kata Ketua Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Unej Prof Yuli Witono.

Tak hanya memberikan paket sembako, mereka bahkan juga merencanakan akan memberikan alat pelindung diri (APD) ke RSD dr Soebandi Patrang.

Mahasiswa asal Universitas Muhammadiyah (UM) Jember juga bernasib sama. Mereka juga merasakan dampak Covid-19. Akibatnya, mereka pun tak bisa pulang kampung. Sekretaris Kantor Urusan Internasional (KUI) UM Jember Latifa Mirzatika mengatakan, ada sekitar 34 mahasiswa asal luar negeri, dengan angka terbanyak dari negara Thailand. “Alhamduillah, para mahasiswa masih sehat dan tetap mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan,” jelasnya.

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca