Mobile_AP_Rectangle 1
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Tingkat konsumsi warga pada Perayaan Hari Natal dan Tahun Baru 2020 biasanya meningkat. Begitu juga dengan penggunaan gas LPG 3 kilogram. Bahkan, harganya sempat tembus Rp 18 ribu.
Kenaikan harga tersebut disampaikan Anggota Komisi D DPRD Provinsi Jatim M Satib. “Secara umum, di Jawa Timur dan Jember harganya relatif. Ada beberapa tempat yang tinggi. Ada yang sampai Rp 18 ribu,” kata anggota dewan yang juga menjadi salah satu pemilik pangkalan gas LPG tersebut.
Menurutnya, sejumlah pangkalan dan agen perlu mengantisipasi terjadinya lonjakan agar tidak semakin membebani masyarakat. “Harga eceran tertinggi normalnya Rp 14 ribu sampai Rp 15 ribu. Untuk daerah yang sempat melonjak, kami juga ikut mengatasinya,” terangnya.
Mobile_AP_Rectangle 2
Tindakan preventif agar gas LPG tidak melonjak saat Natal dan tahun baru nanti disambut baik oleh Pertamina. “Kalau ada daerah yang diketahui melonjak, juga perlu tindakan penetrasi pasar agar harganya bisa normal. Respons Pertamina juga baik, sebagai langkah antisipasi,” tambahnya.
Sebagai anggota dewan yang membidangi ESDM, Satib menegaskan, potensi penimbunan gas LPG oleh oknum sudah sulit terjadi. Sebab, Hiswara Migas hingga ke masing-masing agen ikut melakukan pemantauan. “Penimbunan dan pengoplosan LPG sudah sulit. Dari hasil sidak di beberapa tempat, komitmen antara pemerintah dengan masyarakat sudah lebih baik. Tetapi kami tetap berharap, Pertamina sendiri tetap membaca kondisi di masyarakat sebagai antisipasi,” tandasnya.
- Advertisement -
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Tingkat konsumsi warga pada Perayaan Hari Natal dan Tahun Baru 2020 biasanya meningkat. Begitu juga dengan penggunaan gas LPG 3 kilogram. Bahkan, harganya sempat tembus Rp 18 ribu.
Kenaikan harga tersebut disampaikan Anggota Komisi D DPRD Provinsi Jatim M Satib. “Secara umum, di Jawa Timur dan Jember harganya relatif. Ada beberapa tempat yang tinggi. Ada yang sampai Rp 18 ribu,” kata anggota dewan yang juga menjadi salah satu pemilik pangkalan gas LPG tersebut.
Menurutnya, sejumlah pangkalan dan agen perlu mengantisipasi terjadinya lonjakan agar tidak semakin membebani masyarakat. “Harga eceran tertinggi normalnya Rp 14 ribu sampai Rp 15 ribu. Untuk daerah yang sempat melonjak, kami juga ikut mengatasinya,” terangnya.
Tindakan preventif agar gas LPG tidak melonjak saat Natal dan tahun baru nanti disambut baik oleh Pertamina. “Kalau ada daerah yang diketahui melonjak, juga perlu tindakan penetrasi pasar agar harganya bisa normal. Respons Pertamina juga baik, sebagai langkah antisipasi,” tambahnya.
Sebagai anggota dewan yang membidangi ESDM, Satib menegaskan, potensi penimbunan gas LPG oleh oknum sudah sulit terjadi. Sebab, Hiswara Migas hingga ke masing-masing agen ikut melakukan pemantauan. “Penimbunan dan pengoplosan LPG sudah sulit. Dari hasil sidak di beberapa tempat, komitmen antara pemerintah dengan masyarakat sudah lebih baik. Tetapi kami tetap berharap, Pertamina sendiri tetap membaca kondisi di masyarakat sebagai antisipasi,” tandasnya.
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Tingkat konsumsi warga pada Perayaan Hari Natal dan Tahun Baru 2020 biasanya meningkat. Begitu juga dengan penggunaan gas LPG 3 kilogram. Bahkan, harganya sempat tembus Rp 18 ribu.
Kenaikan harga tersebut disampaikan Anggota Komisi D DPRD Provinsi Jatim M Satib. “Secara umum, di Jawa Timur dan Jember harganya relatif. Ada beberapa tempat yang tinggi. Ada yang sampai Rp 18 ribu,” kata anggota dewan yang juga menjadi salah satu pemilik pangkalan gas LPG tersebut.
Menurutnya, sejumlah pangkalan dan agen perlu mengantisipasi terjadinya lonjakan agar tidak semakin membebani masyarakat. “Harga eceran tertinggi normalnya Rp 14 ribu sampai Rp 15 ribu. Untuk daerah yang sempat melonjak, kami juga ikut mengatasinya,” terangnya.
Tindakan preventif agar gas LPG tidak melonjak saat Natal dan tahun baru nanti disambut baik oleh Pertamina. “Kalau ada daerah yang diketahui melonjak, juga perlu tindakan penetrasi pasar agar harganya bisa normal. Respons Pertamina juga baik, sebagai langkah antisipasi,” tambahnya.
Sebagai anggota dewan yang membidangi ESDM, Satib menegaskan, potensi penimbunan gas LPG oleh oknum sudah sulit terjadi. Sebab, Hiswara Migas hingga ke masing-masing agen ikut melakukan pemantauan. “Penimbunan dan pengoplosan LPG sudah sulit. Dari hasil sidak di beberapa tempat, komitmen antara pemerintah dengan masyarakat sudah lebih baik. Tetapi kami tetap berharap, Pertamina sendiri tetap membaca kondisi di masyarakat sebagai antisipasi,” tandasnya.