24.5 C
Jember
Tuesday, 6 June 2023

Jadilah Sahabat bagi Semua Orang

Pesan Damai Natal 2019

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Sore itu, Mujiheriati, warga Jl PB Sudirman, tiba di Gereja Paroki Santo Yusup. Perempuan 62 tahun ini datang bersama keluarganya. Dia duduk di barisan tengah, lalu memanjatkan doa. Kedua tangannya mengepal. Matanya terpejam. Dia larut dalam heningnya gereja di sore hari, sebelum puncak malam perayaan Natal. Baginya, saat-saat seperti itu adalah momen yang tepat untuk lebih khidmat berdoa.

Bukan hanya Mujiheriati yang datang lebih awal, beberapa jemaat lain juga tiba lebih dahulu. Ada Rilwan, warga Pakem, serta Theresia yang datang jauh-jauh dari Pekanbaru, Riau. “Saya datang lebih dahulu ini karena ingin berdoa, termasuk doa untuk gereja,” papar Theresia. Ketiga jemaat itu tampak khusyuk berdoa. Mereka tenggelam dalam suasana sakral.

Semakin sore, satu per satu umat Katolik mulai berdatangan ke Gereja Paroki Santo Yusup. Bersama keluarganya, mereka juga mulai memanjatkan doa. Pastor Kepala Gereja Paroki Santo Yusuf Romo Henrikus Suwaji O Carm mengatakan, tema Natal tahun ini adalah Hiduplah sebagai Sahabat bagi Semua Orang.

Mobile_AP_Rectangle 2

Tema tersebut dipakai tidak lebih dari latar belakang sejarah bangsa ini. Sebab, kata dia, bangsa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. “Bangsa yang terdiri atas macam-macam suku, budaya, serta keyakinan ini telah lama berjuang untuk merebut kemerdekaan dan merajut kehidupan bersama,” ucapnya.

Berbagai macam ujian, dia berkata, harus dilaluinya. Namun, di satu pihak, persatuan bangsa dipersulit oleh penjajahan yang bermaksud melemahkan, dengan politik memecah-belah dan menguasai. “Politik itu dikenal dengan devide et impera,” ujarnya.

Di lain pihak, antara para bapak bangsa terjadi proses tarik-menarik karena beraneka ragam gagasan, keyakinan, dan kepentingan kelompok. Tapi syukurlah, lanjut Suwaji, pada akhirnya semua perbedaan yang ada tidak menghalangi para bapak bangsa untuk memerdekakan negeri dan membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kemudian disatukan oleh prinsip bhinneka tunggal ika. “Berbeda-beda namun tetap satu,” jelasnya.

Menurutnya, perayaan Natal adalah perayaan tentang persahabatan dan cinta kasih. Itu merupakan panggilan bagi umat Katolik untuk keluar dari sekat-sekat suku, budaya, agama, dan lainnya. “Persahabatan dan cinta kasih itu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari,” paparnya.

Gereja Katolik Santo Yusup, tambah Suwaji, memaknai peristiwa turunnya Yesus Kristus ke dunia sebagai contoh konkret untuk dapat terbuka dan terlihat dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa membeda-bedakan suku, agama, dan ras. “Pesan Natal 2019 adalah pesan persahabatan yang membawa kita kembali kepada sejarah bersama bangsa Indonesia, cita-cita bersama, perjuangan bersama bagi kemanusiaan dan bagi Indonesia yang bermartabat,” pungkasnya.

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Sore itu, Mujiheriati, warga Jl PB Sudirman, tiba di Gereja Paroki Santo Yusup. Perempuan 62 tahun ini datang bersama keluarganya. Dia duduk di barisan tengah, lalu memanjatkan doa. Kedua tangannya mengepal. Matanya terpejam. Dia larut dalam heningnya gereja di sore hari, sebelum puncak malam perayaan Natal. Baginya, saat-saat seperti itu adalah momen yang tepat untuk lebih khidmat berdoa.

Bukan hanya Mujiheriati yang datang lebih awal, beberapa jemaat lain juga tiba lebih dahulu. Ada Rilwan, warga Pakem, serta Theresia yang datang jauh-jauh dari Pekanbaru, Riau. “Saya datang lebih dahulu ini karena ingin berdoa, termasuk doa untuk gereja,” papar Theresia. Ketiga jemaat itu tampak khusyuk berdoa. Mereka tenggelam dalam suasana sakral.

Semakin sore, satu per satu umat Katolik mulai berdatangan ke Gereja Paroki Santo Yusup. Bersama keluarganya, mereka juga mulai memanjatkan doa. Pastor Kepala Gereja Paroki Santo Yusuf Romo Henrikus Suwaji O Carm mengatakan, tema Natal tahun ini adalah Hiduplah sebagai Sahabat bagi Semua Orang.

Tema tersebut dipakai tidak lebih dari latar belakang sejarah bangsa ini. Sebab, kata dia, bangsa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. “Bangsa yang terdiri atas macam-macam suku, budaya, serta keyakinan ini telah lama berjuang untuk merebut kemerdekaan dan merajut kehidupan bersama,” ucapnya.

Berbagai macam ujian, dia berkata, harus dilaluinya. Namun, di satu pihak, persatuan bangsa dipersulit oleh penjajahan yang bermaksud melemahkan, dengan politik memecah-belah dan menguasai. “Politik itu dikenal dengan devide et impera,” ujarnya.

Di lain pihak, antara para bapak bangsa terjadi proses tarik-menarik karena beraneka ragam gagasan, keyakinan, dan kepentingan kelompok. Tapi syukurlah, lanjut Suwaji, pada akhirnya semua perbedaan yang ada tidak menghalangi para bapak bangsa untuk memerdekakan negeri dan membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kemudian disatukan oleh prinsip bhinneka tunggal ika. “Berbeda-beda namun tetap satu,” jelasnya.

Menurutnya, perayaan Natal adalah perayaan tentang persahabatan dan cinta kasih. Itu merupakan panggilan bagi umat Katolik untuk keluar dari sekat-sekat suku, budaya, agama, dan lainnya. “Persahabatan dan cinta kasih itu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari,” paparnya.

Gereja Katolik Santo Yusup, tambah Suwaji, memaknai peristiwa turunnya Yesus Kristus ke dunia sebagai contoh konkret untuk dapat terbuka dan terlihat dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa membeda-bedakan suku, agama, dan ras. “Pesan Natal 2019 adalah pesan persahabatan yang membawa kita kembali kepada sejarah bersama bangsa Indonesia, cita-cita bersama, perjuangan bersama bagi kemanusiaan dan bagi Indonesia yang bermartabat,” pungkasnya.

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Sore itu, Mujiheriati, warga Jl PB Sudirman, tiba di Gereja Paroki Santo Yusup. Perempuan 62 tahun ini datang bersama keluarganya. Dia duduk di barisan tengah, lalu memanjatkan doa. Kedua tangannya mengepal. Matanya terpejam. Dia larut dalam heningnya gereja di sore hari, sebelum puncak malam perayaan Natal. Baginya, saat-saat seperti itu adalah momen yang tepat untuk lebih khidmat berdoa.

Bukan hanya Mujiheriati yang datang lebih awal, beberapa jemaat lain juga tiba lebih dahulu. Ada Rilwan, warga Pakem, serta Theresia yang datang jauh-jauh dari Pekanbaru, Riau. “Saya datang lebih dahulu ini karena ingin berdoa, termasuk doa untuk gereja,” papar Theresia. Ketiga jemaat itu tampak khusyuk berdoa. Mereka tenggelam dalam suasana sakral.

Semakin sore, satu per satu umat Katolik mulai berdatangan ke Gereja Paroki Santo Yusup. Bersama keluarganya, mereka juga mulai memanjatkan doa. Pastor Kepala Gereja Paroki Santo Yusuf Romo Henrikus Suwaji O Carm mengatakan, tema Natal tahun ini adalah Hiduplah sebagai Sahabat bagi Semua Orang.

Tema tersebut dipakai tidak lebih dari latar belakang sejarah bangsa ini. Sebab, kata dia, bangsa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. “Bangsa yang terdiri atas macam-macam suku, budaya, serta keyakinan ini telah lama berjuang untuk merebut kemerdekaan dan merajut kehidupan bersama,” ucapnya.

Berbagai macam ujian, dia berkata, harus dilaluinya. Namun, di satu pihak, persatuan bangsa dipersulit oleh penjajahan yang bermaksud melemahkan, dengan politik memecah-belah dan menguasai. “Politik itu dikenal dengan devide et impera,” ujarnya.

Di lain pihak, antara para bapak bangsa terjadi proses tarik-menarik karena beraneka ragam gagasan, keyakinan, dan kepentingan kelompok. Tapi syukurlah, lanjut Suwaji, pada akhirnya semua perbedaan yang ada tidak menghalangi para bapak bangsa untuk memerdekakan negeri dan membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kemudian disatukan oleh prinsip bhinneka tunggal ika. “Berbeda-beda namun tetap satu,” jelasnya.

Menurutnya, perayaan Natal adalah perayaan tentang persahabatan dan cinta kasih. Itu merupakan panggilan bagi umat Katolik untuk keluar dari sekat-sekat suku, budaya, agama, dan lainnya. “Persahabatan dan cinta kasih itu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari,” paparnya.

Gereja Katolik Santo Yusup, tambah Suwaji, memaknai peristiwa turunnya Yesus Kristus ke dunia sebagai contoh konkret untuk dapat terbuka dan terlihat dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa membeda-bedakan suku, agama, dan ras. “Pesan Natal 2019 adalah pesan persahabatan yang membawa kita kembali kepada sejarah bersama bangsa Indonesia, cita-cita bersama, perjuangan bersama bagi kemanusiaan dan bagi Indonesia yang bermartabat,” pungkasnya.

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca