JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kiprah Ken Swagumilang, putra Jember yang menyabet piala emas dalam lomba panahan di Pekan Paralimpiade Nasional XVI (Papernas XVI) di Papua, medio November lalu, terus melejit. Dia akan mewakili Indonesia di ajang Internasional Yad yang digelar di Tiongkok dan Vietnam. Sebelumnya, ia juga pernah berlaga dalam kompetisi internasional di Taiwan dan Chekoslowakia.
“Mohon sambung doa untuk kompetisi selanjutnya. Kompetisi international di China dan Vietnam,” kata alumnus SMPN 10 Jember tersebut.
Pada kompetisi di Bumi Cenderawasih, Ken mewakili Jawa Timur sebagai atlet panahan difabel. Ia berhasil masuk sebagai kategori elite compound putra. Dalam ajang ini, pemuda kelahiran April 1997 tersebut berhasil mengalahkan Fitriansyah, pemanah asal Kalimantan Tengah, dengan tembakan penentuan setelah memperoleh total poin sama 143-143. “Semua ini berkat doa dari keluarga, kerabat, dan sahabat,” ungkapnya dalam pesan tertulis.
Selain menceritakan kemenangannya, pemuda penyandang tunadaksa ini juga menceritakan pengalaman yang mengantarkannya pada kesuksesannya seperti saat ini. Dia menyebut, saat duduk di bangku kelas dua SMP, ia pernah jatuh tersandung, tepat ketika melewati pembatas line volley yang berbahan beton. Tulang kaki kirinya patah. Dan seketika itu, ia harus dioperasi. Sebab, kecelakaan itu benar-benar fatal. “Tulang kaki kiri patah, saya harus operasi. Alhamdulillah sembuh, tapi belum sempurna,” katanya.
Waktu terus berjalan, Ken pun memasuki jenjang SMA. Sementara, keadaan kakinya tetap tak bisa kembali normal. Kebetulan, saat kelas dua SMA, kelas Ken berada di lantai dua. Dan itu mengharuskannya naik turun tangga setiap hari. Lama-kelamaan kondisi kakinya semakin membengkak.
Ia lantas memeriksakannya ke rumah sakit. Menurut hasil pemeriksaan, dokter menyarankan agar kakinya diamputasi. Mau tak mau, demi kesehatan dan tak ingin membuat khawatir keluarga, Ken mengikuti saran tersebut, sehingga ia harus kehilangan salah satu kakinya. “Kaki ini milik Allah. Kalau Allah akan mengambilnya, mau bagaimana? Monggo,” ucapnya.
Seusai diamputasi, Ken tetap beraktivitas seperti biasanya. Namun bedanya, saat itu ia menggunakan kaki buatan untuk menyangga tubuhnya. Setamat SMA, Ken melanjutkan studinya di Universitas Brawijaya, Malang, jurusan ekonomi.
Di sinilah ia menemukan dunianya. Ia menekuni olahraga panahan melalui unit kegiatan mahasiswa (UKM). Berbekal kesabaran dan keuletannya, ia menjadi andalan untuk mewakili kompetisi panahan. Ia mengaku, selain karena dukungan keluarga dan orang terdekatnya, Ken merasa nyaman saat membidik sasaran dan melepaskan anak panah dari busurnya.
Reporter : Delfi Nihayah/Radar Jember
Fotografer : Ken Swagumilang For Radar Jember
Editor : Mahrus Sholih/Radar Jember