KEPATIHAN, RADARJEMBER.ID – Usai penentuan sepuluh finalis terpilih dari lomba desain batik, kini para finalis tersebut mempresentasikan hasil karyanya kepada tiga dewan juri, Selasa (26/10).
Dalam presentasi yang digelar secara daring itu, setiap finalis dipilih secara acak untuk menjelaskan maksud, inspirasi dan teknik yang digunakan dalam membuat desain.
Seperti yang dilakukan salah satu finalis, Andriyanto yang merupakan peserta asal Kabupaten Bondowoso. Batik tulis buatannya dengan motif tembakau, kopi, gunung, pasir dan biota laut, batu serta lambang kerajaan. Macam-macam motif itu dia buat karena terinspirasi dari kondisi lingkungan dan kekayaan alam yang ada di Jember. Begitupun warnanya, yakni menggunakan pewarnaan hijau, biru, abu-abu, dan coklat.
“Tembakau, menurut saya itu motif yang sangat khas di Jember, melambangkan kemakmuran masyarakat Jember. Kemudian kopi, yang ada di lereng Argopuro, disitu juga ada gambar gunung, lalu motif batu mempresentasikan watu ulo, ada juga biota laut sebagai hasilnya. Yang menjadi pondasi, saya pakai motif pasadeng. Ini terinspirasi dari sejarah Jember yang dulu pernah ada Kerajaan Pasadeng,” paparnya kepada para juri.
Menurutnya, meski bukan penduduk asli Jember, kekayaan dan ciri khas kabupaten Jember telah terdengar ke berbagai daerah, termasuk Bondowoso. Oleh karena itu, dia mendapatkan banyak inspirasi dalam membuat karya kebanggaannya itu.
Sudiono, salah satu juri menanggapi, beberapa konsep yang dibuat dalam desain para finalis sudah bagus, namun ada beberapa catatan yang perlu diingat oleh para pengkarya. Yakni bagaimana menyajikan karya batik yang sesuai dengan pakemnya. Seperti milik Andriyono misalnya, yang memasukkan motif Pasadeng. Pasalnya, motif tersebut memang sempat dikampanyekan sebagai motif khas Jember.
“Secara konsep sudah bagus, namun ada catatan yang penting. Bagaimana anda menyajikan karya batik yang sesuai dengan pakemnya. Karena ini juga berkaitan dengan originalitas,” turur Yono.
Senada dengan juri Saiful Yatim, mengatakan, dalam dunia kerajinan itu originalistas juga penting. Namun, dalam membuat desain, siapapun bebas berekspresi. “Dalam dunia kerajinan, ada yang namanya originalitas. Nah originalistas itu seperti apa. Kalau saran saya, suatu saat kalau membuat desain jangan melihat siapapun,” katanya.
Sementara itu, juri Djoko Supriatno mengatakan, pewarnaan dan teknik pewarnaan juga perlu diperhatikan. Desain akan terlihat lebih apik jika dipadukan dengan pemilihan warna yang tepat.
“Pewarnaan juga menentukan keindahan batik, maka saat anda membuat karya, warna juga harus dipikirkan dengan baik,” sebutnya.
Mendengar saran tersebut, para finalis semakin menunjukkan kemampuannya dan keunggulan karyanya masing-masing. Dari sepuluh finalis, tahap presentasi ini dibagi menjadi dua sesi yang setiap sesinya diikuti oleh lima peserta.
“Pada kloter pertama ini banyak sekali ilmu dan masukan dari para juri, yang bisa kita ambil untuk berkarya selanjutnya,” ungkap Mat Hari, host Jawa Pos Radar Jember.
Reporter: Delfi Nihayah
Fotografer: Maulana Ijal Syarief
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti