22.9 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Tak Khawatir Musim Hujan

Mobile_AP_Rectangle 1

RADAR JEMBER.ID – Menghadapi musim hujan nanti, Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur mulai melakukan normalisasi saluran yang mulai tersumbat sampah kayu dan lumpur atau walet. Langkah tersebut salah satunya dilakukan di saluran Afd Terate Kebun Kotta Blater, Desa Curahnongko, Tempurejo, Rabu (24/7) kemarin.

Meskipun normalisasi itu berada di wilayah Desa Curahnongko, tetapi hal tersebut nantinya juga berpengaruh ke desa lain seperti Wonoasri. Sebab, aliran sungainya masih berhubungan dengan saluran yang menuju Desa Wonoasri.

Langkah ini dilakukan karena memang banyak endapan lumpur saat banjir sebelumnya. Selain walet, juga banyak batangan kayu yang terbawa saat banjir beberapa bulan lalu. “Sehingga menyumbat di bawah jembatan yang ada di Afd Terate, Dusun Kotta Blater, Desa Curahnongko,” ujar Sugeng, Kepala Desa Wonoasri.

Mobile_AP_Rectangle 2

Saking banyaknya sampah kayu di saluran sepanjang tiga kilometer dan lebar 12 meter dengan kedalaman enam meter itu, petugas harus menggunakan dua ekskavator untuk menaikkan batang-batang kayu tersebut. Diharapkan setelah seluruh kayu diangkat, tidak ada lagi sumbatan yang mengakibatkan banjir. “Sehingga air sungai dari Kalimayang dan Curahnongko itu lancar,” imbuhnya.

Sebelum ini, akibat adanya sumbatan, tiap kali hujan selalu muncul genangan air, khususnya di Desa Wonoasri, seperti di Dusun Kraton. Oleh karena itu, penduduk setempat mengajukan permohonan normalisasi ke dinas terkait.

“Memang yang mengajukan normalisasi ke SDA provinsi ada dua desa, yakni Desa Curahnongko dan Desa Wonoasri. Kalau misalnya ini terjadi genangan akibat tidak dilakukan normalisasi, ketika musim penghujan air meluap ke Desa Wonoasri dan Dusun Terate,” ujar Sugeng. (*)

- Advertisement -

RADAR JEMBER.ID – Menghadapi musim hujan nanti, Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur mulai melakukan normalisasi saluran yang mulai tersumbat sampah kayu dan lumpur atau walet. Langkah tersebut salah satunya dilakukan di saluran Afd Terate Kebun Kotta Blater, Desa Curahnongko, Tempurejo, Rabu (24/7) kemarin.

Meskipun normalisasi itu berada di wilayah Desa Curahnongko, tetapi hal tersebut nantinya juga berpengaruh ke desa lain seperti Wonoasri. Sebab, aliran sungainya masih berhubungan dengan saluran yang menuju Desa Wonoasri.

Langkah ini dilakukan karena memang banyak endapan lumpur saat banjir sebelumnya. Selain walet, juga banyak batangan kayu yang terbawa saat banjir beberapa bulan lalu. “Sehingga menyumbat di bawah jembatan yang ada di Afd Terate, Dusun Kotta Blater, Desa Curahnongko,” ujar Sugeng, Kepala Desa Wonoasri.

Saking banyaknya sampah kayu di saluran sepanjang tiga kilometer dan lebar 12 meter dengan kedalaman enam meter itu, petugas harus menggunakan dua ekskavator untuk menaikkan batang-batang kayu tersebut. Diharapkan setelah seluruh kayu diangkat, tidak ada lagi sumbatan yang mengakibatkan banjir. “Sehingga air sungai dari Kalimayang dan Curahnongko itu lancar,” imbuhnya.

Sebelum ini, akibat adanya sumbatan, tiap kali hujan selalu muncul genangan air, khususnya di Desa Wonoasri, seperti di Dusun Kraton. Oleh karena itu, penduduk setempat mengajukan permohonan normalisasi ke dinas terkait.

“Memang yang mengajukan normalisasi ke SDA provinsi ada dua desa, yakni Desa Curahnongko dan Desa Wonoasri. Kalau misalnya ini terjadi genangan akibat tidak dilakukan normalisasi, ketika musim penghujan air meluap ke Desa Wonoasri dan Dusun Terate,” ujar Sugeng. (*)

RADAR JEMBER.ID – Menghadapi musim hujan nanti, Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur mulai melakukan normalisasi saluran yang mulai tersumbat sampah kayu dan lumpur atau walet. Langkah tersebut salah satunya dilakukan di saluran Afd Terate Kebun Kotta Blater, Desa Curahnongko, Tempurejo, Rabu (24/7) kemarin.

Meskipun normalisasi itu berada di wilayah Desa Curahnongko, tetapi hal tersebut nantinya juga berpengaruh ke desa lain seperti Wonoasri. Sebab, aliran sungainya masih berhubungan dengan saluran yang menuju Desa Wonoasri.

Langkah ini dilakukan karena memang banyak endapan lumpur saat banjir sebelumnya. Selain walet, juga banyak batangan kayu yang terbawa saat banjir beberapa bulan lalu. “Sehingga menyumbat di bawah jembatan yang ada di Afd Terate, Dusun Kotta Blater, Desa Curahnongko,” ujar Sugeng, Kepala Desa Wonoasri.

Saking banyaknya sampah kayu di saluran sepanjang tiga kilometer dan lebar 12 meter dengan kedalaman enam meter itu, petugas harus menggunakan dua ekskavator untuk menaikkan batang-batang kayu tersebut. Diharapkan setelah seluruh kayu diangkat, tidak ada lagi sumbatan yang mengakibatkan banjir. “Sehingga air sungai dari Kalimayang dan Curahnongko itu lancar,” imbuhnya.

Sebelum ini, akibat adanya sumbatan, tiap kali hujan selalu muncul genangan air, khususnya di Desa Wonoasri, seperti di Dusun Kraton. Oleh karena itu, penduduk setempat mengajukan permohonan normalisasi ke dinas terkait.

“Memang yang mengajukan normalisasi ke SDA provinsi ada dua desa, yakni Desa Curahnongko dan Desa Wonoasri. Kalau misalnya ini terjadi genangan akibat tidak dilakukan normalisasi, ketika musim penghujan air meluap ke Desa Wonoasri dan Dusun Terate,” ujar Sugeng. (*)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca