Mobile_AP_Rectangle 1
KEPATIHAN, RADARJEMBER.ID – Tingginya angka pengangguran di Jember sepertinya masih jadi pekerjaan rumah yang perlu diseriusi pemerintah daerah. Data yang dilansir dalam laman Pemkab Jember menyebutkan, tingkat pengangguran di Jember pada 2020 sebesar 5,21 persen atau sebanyak 67.448 orang. Dibandingkan tahun 2019, tingkat pengangguran tahun 2020 kian meningkat.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan Jember Bambang Edy Santoso menyebut, salah satu yang turut menyumbang tingginya angka pengangguran itu karena faktor pandemi. Karena pagebluk, sektor ekonomi berjalan lambat hingga pabrik atau perusahaan tidak mampu menggaji karyawan. Sebagian ada yang merumahkan, bahkan ada juga yang sampai melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK. “Pengangguran yang masih berusia produktif, sebisa mungkin bisa menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri,” terangnya saat ditemui awak media, belum lama ini.
Menurut Bambang, sebenarnya ada berbagai jenis lapangan pekerjaan yang tersedia di Jember. Namun, kebanyakan masyarakat kurang berminat lantaran faktor training kerja yang jauh dari rumah dan rentang pelatihannya lama.
Mobile_AP_Rectangle 2
Selain itu, dampak pandemi hampir menyasar ke berbagai sektor kehidupan masyarakat. Namun, menurut Bambang, ada beberapa sektor yang tidak terkena dampak pandemi. Itu pun masih minim dilirik masyarakat. “Sektor pertanian dan perkebunan, itu sektor yang tidak terkena dampak pandemi,” sambungnya.
Selama ini, lanjut dia, pemerintah daerah berupaya memfasilitasi dengan mempersiapkan calon tenaga kerja agar terserap di dunia kerja. Salah satunya dengan kerja sama yang menggandeng balai latihan kerja. “Masyarakat bisa mengikuti pelatihan itu agar bisa memiliki kesiapan di dunia kerja,” tukasnya.
Reporter : Maulana
Fotografer : Nawawi For Radar Jember
Editor : Mahrus Sholih
- Advertisement -
KEPATIHAN, RADARJEMBER.ID – Tingginya angka pengangguran di Jember sepertinya masih jadi pekerjaan rumah yang perlu diseriusi pemerintah daerah. Data yang dilansir dalam laman Pemkab Jember menyebutkan, tingkat pengangguran di Jember pada 2020 sebesar 5,21 persen atau sebanyak 67.448 orang. Dibandingkan tahun 2019, tingkat pengangguran tahun 2020 kian meningkat.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan Jember Bambang Edy Santoso menyebut, salah satu yang turut menyumbang tingginya angka pengangguran itu karena faktor pandemi. Karena pagebluk, sektor ekonomi berjalan lambat hingga pabrik atau perusahaan tidak mampu menggaji karyawan. Sebagian ada yang merumahkan, bahkan ada juga yang sampai melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK. “Pengangguran yang masih berusia produktif, sebisa mungkin bisa menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri,” terangnya saat ditemui awak media, belum lama ini.
Menurut Bambang, sebenarnya ada berbagai jenis lapangan pekerjaan yang tersedia di Jember. Namun, kebanyakan masyarakat kurang berminat lantaran faktor training kerja yang jauh dari rumah dan rentang pelatihannya lama.
Selain itu, dampak pandemi hampir menyasar ke berbagai sektor kehidupan masyarakat. Namun, menurut Bambang, ada beberapa sektor yang tidak terkena dampak pandemi. Itu pun masih minim dilirik masyarakat. “Sektor pertanian dan perkebunan, itu sektor yang tidak terkena dampak pandemi,” sambungnya.
Selama ini, lanjut dia, pemerintah daerah berupaya memfasilitasi dengan mempersiapkan calon tenaga kerja agar terserap di dunia kerja. Salah satunya dengan kerja sama yang menggandeng balai latihan kerja. “Masyarakat bisa mengikuti pelatihan itu agar bisa memiliki kesiapan di dunia kerja,” tukasnya.
Reporter : Maulana
Fotografer : Nawawi For Radar Jember
Editor : Mahrus Sholih
KEPATIHAN, RADARJEMBER.ID – Tingginya angka pengangguran di Jember sepertinya masih jadi pekerjaan rumah yang perlu diseriusi pemerintah daerah. Data yang dilansir dalam laman Pemkab Jember menyebutkan, tingkat pengangguran di Jember pada 2020 sebesar 5,21 persen atau sebanyak 67.448 orang. Dibandingkan tahun 2019, tingkat pengangguran tahun 2020 kian meningkat.
Kepala Dinas Ketenagakerjaan Jember Bambang Edy Santoso menyebut, salah satu yang turut menyumbang tingginya angka pengangguran itu karena faktor pandemi. Karena pagebluk, sektor ekonomi berjalan lambat hingga pabrik atau perusahaan tidak mampu menggaji karyawan. Sebagian ada yang merumahkan, bahkan ada juga yang sampai melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK. “Pengangguran yang masih berusia produktif, sebisa mungkin bisa menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri,” terangnya saat ditemui awak media, belum lama ini.
Menurut Bambang, sebenarnya ada berbagai jenis lapangan pekerjaan yang tersedia di Jember. Namun, kebanyakan masyarakat kurang berminat lantaran faktor training kerja yang jauh dari rumah dan rentang pelatihannya lama.
Selain itu, dampak pandemi hampir menyasar ke berbagai sektor kehidupan masyarakat. Namun, menurut Bambang, ada beberapa sektor yang tidak terkena dampak pandemi. Itu pun masih minim dilirik masyarakat. “Sektor pertanian dan perkebunan, itu sektor yang tidak terkena dampak pandemi,” sambungnya.
Selama ini, lanjut dia, pemerintah daerah berupaya memfasilitasi dengan mempersiapkan calon tenaga kerja agar terserap di dunia kerja. Salah satunya dengan kerja sama yang menggandeng balai latihan kerja. “Masyarakat bisa mengikuti pelatihan itu agar bisa memiliki kesiapan di dunia kerja,” tukasnya.
Reporter : Maulana
Fotografer : Nawawi For Radar Jember
Editor : Mahrus Sholih