JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pemakaman dua santri Pondok Pesantren An-Nidhomiyah yang menjadi korban tanah longsor dimakamkan secara bergantian. Jenazah kedua korban datang sekitar pukul 16.00 menggunakan dua ambulans milik Dinas Kesehatan dan PMI Pamekasan.
Saat jazad korban tiba, isak tangis dari keluarga pecah seketika. Mereka berduka atas kepergian dua santri korban bencana yang terjadi pada Rabu (24/2) pukul 02.00 dini hari itu. Gerimis juga mengiringi para kerabat dan tetangga saat mengantarkan kedua jenazah tersebut hingga ke pusara.
Karena masih bertetangga di Dusun Botosari, Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi, prosesi pemakaman dua jenazah itu dilakukan secara bergantian. Keluarga dan warga juga bergantian memulasara dan menyalati jenazah mereka. Pertama adalah jasad Nur Asizah, 13. Korban dikubur di pemakaman pribadi, tak jauh dari rumah duka. Selepas itu, dilanjutkan dengan pemakaman Susanti, 14, yang rumahnya persis di muka rumah korban sebelumnya.
Meski jarak ke makam cukup dekat, sekitar 200 meteran dari rumah duka, tapi warga dan para pelayat cukup kesulitan menuju pemakaman. Sebab, selain curam, jalannya juga sangat licin selepas diguyur hujan cukup deras. Lokasi pusara antara Nur Asizah dengan Susanti juga dekat. Hanya berjarak sekitar 10 meteran.
Nur Asizah dan Susanti merupakan korban tanah longsor yang terjadi di Ponpes An-Nidhomiyah Dusun Jepun, Desa Bindang, Kecamatan Pasean, Kabupaten Pamekasan. Saat petaka menimpa, ada tujuh santri yang sedang tertidur di asrama putri. Mereka tertimbun tanah longsor hingga mengakibatkan lima santri meninggal. Satu santri selamat, dan satu lainnya patah tulang.
Informasi yang diterima Jawa Pos Radar Jember menyebutkan, lima santri yang meninggal itu adalah Robiatul Adwiyah, 14, asal Desa Poreh, Kecamatang Karampenang, Kabupaten Sampang. Berikutnya Susanti, 14, dan Nur Asizah, 13, dari Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi, Jember. Selain itu, Nabila, 12, asal Sempong Barat, Kecamatan Pasongsongan, Sumenep, serta Siti Komariyah, 17, dari Dusun Plampang, Desa Gunungmalang, Kecamatan Sumberjambe, Jember.
Korban patah tulang yaitu Nurul Komariyah, 15, alamat Desa Gunungmalang, Sumberjambe, Jember. Sementara, Tia Muharrommah, santri asal Dusun Mojang, Desa Dempo Timur, Kecamatan Pasean, Pamekasan, selamat dari bencana tersebut.
“Saya baru tahu kalau dua korban yang masih keponakan saya ini meninggal akibat tertimbun tanah longsor. Saya tahunya dari keluarga ponpes,” kata Muhlis, paman Nur Asizah, kepada Jawa Pos Radar Jember.
Menurut dia, dua kemenakannya yang menjadi korban itu memang ikut jejak Irawan, kakak Nur Asizah yang dulu pernah mondok di ponpes asuhan KH Muhedi tersebut. Sang kakak telah menetap di Pamekasan setelah beristri warga setempat.
Sebenarnya, kata dia, Nur Asizah ini juga tinggal satu asrama dengan Winarni, kakaknya yang lain. Namun, Winarni selamat dari bencana itu, karena Magrib sebelum kejadian, Irawan menjemput Winarni dan diajak ke rumahnya di Pamekasan. Nur Asizah masih kelas 1 SMP, sedangkan Winarni sudah kelas 3 SMA. “Kalau misalnya Winarni tidak dijemput, mungkin juga ikut menjadi korban,” kata Muhlis.
Sementara itu, Kepala Desa Dukuhmencek Nanda Setiawan mengatakan, dua korban ini masih ada hubungan famili. Rumah keduanya juga berdekatan, berjarak sekitar 20 meter. Menurut dia, dari Dukuhmencek memang banyak anak yang mondok di Ponpes An-Nidhomiyah. Dua di antaranya adalah korban. “Menurut informasi, sebelum terjadi tanah longsor, di lokasi memang sempat hujan deras dan cukup lama,” tuturnya.
Jurnalis : Jumai
Fotografer : Jumai
Redaktur : Mahrus Sholih