Mobile_AP_Rectangle 1
Sementara itu, untuk riwayat berjualan apem Selong dan putu Dahlok, Gatot menyebut, awal mulanya masih sama dengan putu lain. Berkeliling lengkap dengan bunyi khas pedagang putu yang menyerupai bel kereta api itu. “Dulu, bapak saya yang begitu. Dan mulai menetap di Gang Dahlok sejak 1958,” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Jember, belum lama ini.
Hingga saat ini, lanjutnya, sudah hampir 63 tahun toko kue tradisional itu berdiri. Karena lebih dari setengah abad, warga yang tinggal di RT 03, RW 09, Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Kaliwates, itu mengaku dirinya merupakan generasi kedua dalam perjalanan bisnis apem Selong dan putu Dahlok tersebut.
Jurnalis: Isnein Purnomo
Fotografer: Isnein Purnomo
Editor: Mahrus Sholih
- Advertisement -
Sementara itu, untuk riwayat berjualan apem Selong dan putu Dahlok, Gatot menyebut, awal mulanya masih sama dengan putu lain. Berkeliling lengkap dengan bunyi khas pedagang putu yang menyerupai bel kereta api itu. “Dulu, bapak saya yang begitu. Dan mulai menetap di Gang Dahlok sejak 1958,” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Jember, belum lama ini.
Hingga saat ini, lanjutnya, sudah hampir 63 tahun toko kue tradisional itu berdiri. Karena lebih dari setengah abad, warga yang tinggal di RT 03, RW 09, Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Kaliwates, itu mengaku dirinya merupakan generasi kedua dalam perjalanan bisnis apem Selong dan putu Dahlok tersebut.
Jurnalis: Isnein Purnomo
Fotografer: Isnein Purnomo
Editor: Mahrus Sholih
Sementara itu, untuk riwayat berjualan apem Selong dan putu Dahlok, Gatot menyebut, awal mulanya masih sama dengan putu lain. Berkeliling lengkap dengan bunyi khas pedagang putu yang menyerupai bel kereta api itu. “Dulu, bapak saya yang begitu. Dan mulai menetap di Gang Dahlok sejak 1958,” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Jember, belum lama ini.
Hingga saat ini, lanjutnya, sudah hampir 63 tahun toko kue tradisional itu berdiri. Karena lebih dari setengah abad, warga yang tinggal di RT 03, RW 09, Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Kaliwates, itu mengaku dirinya merupakan generasi kedua dalam perjalanan bisnis apem Selong dan putu Dahlok tersebut.
Jurnalis: Isnein Purnomo
Fotografer: Isnein Purnomo
Editor: Mahrus Sholih