23.5 C
Jember
Saturday, 25 March 2023

Bernilai Ibadah, Penghasilan Bertambah Coba Buka Usaha ini

Muhammad Iqbal Cahyadi

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – MEMBUKA les privat atau semacamnya biasanya digunakan untuk mencari tambahan pundi-pundi uang. Namun nyatanya, tidak semua lulusan pendidikan melakukan hal itu. Padahal sangat potensial. Sebab, selain menjadi ladang ibadah, membuka kursus privat juga bisa membuat penghasilan bertambah.

Muhammad Iqbal Cahyadi, salah seorang yang membuka les privat, mengaku, jarangnya alumni fakultas pendidikan yang membuka kursusan karena banyak yang berpikiran bahwa hasil yang didapat tidak sepadan dengan upaya yang dilakukan. Banyak juga yang tidak sanggup mengatur tingkah laku anak yang memang beragam itu.

“Ada juga yang berpikir bahwa membuat les privat hanya membuang waktu saja. Sehingga mereka mencari pekerjaan yang lebih pasti,” kata pria 25 tahun tersebut.

Mobile_AP_Rectangle 2

Padahal, menurut dia, membuat les privat sangat potensial. Terutama saat pandemi seperti sekarang ini. Khususnya bagi mereka yang masih berstatus guru honorer. Sebab, selama proses pembelajaran daring, tidak semua siswa bisa memahami pembelajaran dengan mudah. “Belum lagi banyak orang tua yang tidak sempat bahkan tidak bisa mendampingi anak mereka ketika belajar,” ucap lelaki kelahiran Banyuwangi tersebut.

Karena itu, usaha membuka kursusan itu disebutnya merupakan langkah yang tepat. Berapa pun hasil yang didapatkan. Sebab, hal itu juga bisa membantu dan bermanfaat anak-anak dalam mengejar ketertinggalan pelajaran. Jadi, ibarat sekali mendayung dua pulau terlampaui. Duit didapat, pahala pun diperoleh.

Dengan tenaga pengajar sebanyak tiga orang, ada sekitar belasan anak yang les di rumahnya itu. “Bayarnya juga tidak pasti. Bergantung pada keuangan keluarga anak-anak,” ujarnya saat dikonfirmasi melalui telepon.

Dia mencontohkan, ada pelajar kelas X SMA yang hanya ditarif Rp 50 ribu per bulan dengan jumlah tiga kali pertemuan tiap pekan. Ada pula pelajar SMP kelas VII yang ditarif Rp 250 per bulan. “Untuk yang SMA, bapaknya pekerja salah satu hotel di Bondowoso, jelas terdampak pandemi. Sementara, pelajar satunya berasal dari keluarga berkecukupan,” ujar pemuda yang tinggal di Bondowoso ini.

Karena sebagai lahan beramal sekaligus mencari pundi-pundi rupiah, Iqbal menyarankan agar para tenaga pengajar yang masih ragu membuka jasa les privat bisa mencobanya lebih dulu. Jika sudah berjalan, tak hanya penghasilan yang bertambah, tapi sekaligus sebagai ladang ibadah.

Reporter : Isnein Purnomo

Fotografer : Iqbal For Radar Jember

Editor : Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – MEMBUKA les privat atau semacamnya biasanya digunakan untuk mencari tambahan pundi-pundi uang. Namun nyatanya, tidak semua lulusan pendidikan melakukan hal itu. Padahal sangat potensial. Sebab, selain menjadi ladang ibadah, membuka kursus privat juga bisa membuat penghasilan bertambah.

Muhammad Iqbal Cahyadi, salah seorang yang membuka les privat, mengaku, jarangnya alumni fakultas pendidikan yang membuka kursusan karena banyak yang berpikiran bahwa hasil yang didapat tidak sepadan dengan upaya yang dilakukan. Banyak juga yang tidak sanggup mengatur tingkah laku anak yang memang beragam itu.

“Ada juga yang berpikir bahwa membuat les privat hanya membuang waktu saja. Sehingga mereka mencari pekerjaan yang lebih pasti,” kata pria 25 tahun tersebut.

Padahal, menurut dia, membuat les privat sangat potensial. Terutama saat pandemi seperti sekarang ini. Khususnya bagi mereka yang masih berstatus guru honorer. Sebab, selama proses pembelajaran daring, tidak semua siswa bisa memahami pembelajaran dengan mudah. “Belum lagi banyak orang tua yang tidak sempat bahkan tidak bisa mendampingi anak mereka ketika belajar,” ucap lelaki kelahiran Banyuwangi tersebut.

Karena itu, usaha membuka kursusan itu disebutnya merupakan langkah yang tepat. Berapa pun hasil yang didapatkan. Sebab, hal itu juga bisa membantu dan bermanfaat anak-anak dalam mengejar ketertinggalan pelajaran. Jadi, ibarat sekali mendayung dua pulau terlampaui. Duit didapat, pahala pun diperoleh.

Dengan tenaga pengajar sebanyak tiga orang, ada sekitar belasan anak yang les di rumahnya itu. “Bayarnya juga tidak pasti. Bergantung pada keuangan keluarga anak-anak,” ujarnya saat dikonfirmasi melalui telepon.

Dia mencontohkan, ada pelajar kelas X SMA yang hanya ditarif Rp 50 ribu per bulan dengan jumlah tiga kali pertemuan tiap pekan. Ada pula pelajar SMP kelas VII yang ditarif Rp 250 per bulan. “Untuk yang SMA, bapaknya pekerja salah satu hotel di Bondowoso, jelas terdampak pandemi. Sementara, pelajar satunya berasal dari keluarga berkecukupan,” ujar pemuda yang tinggal di Bondowoso ini.

Karena sebagai lahan beramal sekaligus mencari pundi-pundi rupiah, Iqbal menyarankan agar para tenaga pengajar yang masih ragu membuka jasa les privat bisa mencobanya lebih dulu. Jika sudah berjalan, tak hanya penghasilan yang bertambah, tapi sekaligus sebagai ladang ibadah.

Reporter : Isnein Purnomo

Fotografer : Iqbal For Radar Jember

Editor : Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – MEMBUKA les privat atau semacamnya biasanya digunakan untuk mencari tambahan pundi-pundi uang. Namun nyatanya, tidak semua lulusan pendidikan melakukan hal itu. Padahal sangat potensial. Sebab, selain menjadi ladang ibadah, membuka kursus privat juga bisa membuat penghasilan bertambah.

Muhammad Iqbal Cahyadi, salah seorang yang membuka les privat, mengaku, jarangnya alumni fakultas pendidikan yang membuka kursusan karena banyak yang berpikiran bahwa hasil yang didapat tidak sepadan dengan upaya yang dilakukan. Banyak juga yang tidak sanggup mengatur tingkah laku anak yang memang beragam itu.

“Ada juga yang berpikir bahwa membuat les privat hanya membuang waktu saja. Sehingga mereka mencari pekerjaan yang lebih pasti,” kata pria 25 tahun tersebut.

Padahal, menurut dia, membuat les privat sangat potensial. Terutama saat pandemi seperti sekarang ini. Khususnya bagi mereka yang masih berstatus guru honorer. Sebab, selama proses pembelajaran daring, tidak semua siswa bisa memahami pembelajaran dengan mudah. “Belum lagi banyak orang tua yang tidak sempat bahkan tidak bisa mendampingi anak mereka ketika belajar,” ucap lelaki kelahiran Banyuwangi tersebut.

Karena itu, usaha membuka kursusan itu disebutnya merupakan langkah yang tepat. Berapa pun hasil yang didapatkan. Sebab, hal itu juga bisa membantu dan bermanfaat anak-anak dalam mengejar ketertinggalan pelajaran. Jadi, ibarat sekali mendayung dua pulau terlampaui. Duit didapat, pahala pun diperoleh.

Dengan tenaga pengajar sebanyak tiga orang, ada sekitar belasan anak yang les di rumahnya itu. “Bayarnya juga tidak pasti. Bergantung pada keuangan keluarga anak-anak,” ujarnya saat dikonfirmasi melalui telepon.

Dia mencontohkan, ada pelajar kelas X SMA yang hanya ditarif Rp 50 ribu per bulan dengan jumlah tiga kali pertemuan tiap pekan. Ada pula pelajar SMP kelas VII yang ditarif Rp 250 per bulan. “Untuk yang SMA, bapaknya pekerja salah satu hotel di Bondowoso, jelas terdampak pandemi. Sementara, pelajar satunya berasal dari keluarga berkecukupan,” ujar pemuda yang tinggal di Bondowoso ini.

Karena sebagai lahan beramal sekaligus mencari pundi-pundi rupiah, Iqbal menyarankan agar para tenaga pengajar yang masih ragu membuka jasa les privat bisa mencobanya lebih dulu. Jika sudah berjalan, tak hanya penghasilan yang bertambah, tapi sekaligus sebagai ladang ibadah.

Reporter : Isnein Purnomo

Fotografer : Iqbal For Radar Jember

Editor : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca