JEMBER, RADARJEMBER.ID – Pemkab Jember bakal menggelar simulasi pembelajaran tatap muka, 1 Maret nanti. Rencana simulasi untuk tingkat SD dan SMP ini akan diikuti perwakilan sekolah di setiap kecamatan. Beberapa perwakilan sekolah yang berada di kota sudah siap memenuhi kebutuhan fasilitas pembelajaran yang meliputi wastafel, kondisi kelas, hingga izin orang tua. Namun, bagaimana dengan sekolah di perdesaan?
Jawa Pos Radar Jember berupaya menelisik kemampuan SD di kecamatan pinggiran menyongsong simulasi tersebut. Salah satunya di Kecamatan Sumberbaru. Setidaknya terdapat tiga SD negeri di kecamatan ujung barat Jember ini yang akan mengikuti simulasi. Ketiga sekolah tersebut adalah SDN Pringgowirawan 01, SDN Yosorati 01, dan SDN Jatiroto 03.
Kepala SDN Jatiroto 03 Heru Sih Panarimo mengungkapkan, sekolahnya telah siap mengikuti simulasi pembelajaran tatap muka. Dari 277 siswa yang ada, semuanya telah dipersiapkan mengikuti simulasi. Dari keseluruhan jumlah siswa tersebut, sekolahnya menyiapkan 19 wastafel bantuan dari pemerintah daerah. Sementara itu, ruang kelas yang telah dipersiapkan berjumlah delapan.
Kondisi serupa juga terjadi di dua SD negeri lainnya. Kelengkapan yang sudah disiapkan oleh masing-masing lembaga di antaranya adalah tempat cuci tangan, persediaan hand sanitizer, alat pengecek suhu tubuh, dan beberapa kesiapan lainnya. “Pokoknya, ketiga SD yang akan melakukan simulasi sudah siap,” ungkap Heru, yang juga Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SD di Kecamatan Sumberbaru tersebut.
Sementara itu, untuk jenjang SLTP di Kecamatan Sumberbaru, hanya ada satu lembaga yang bakal mengikuti. Yakni SMPN 01 Sumberbaru. Kepala SMPN 1 Sumberbaru Mamik Tasmiyati mengaku, pihaknya sudah siap menjalankan simulasi. Kesiapan tidak hanya pada ketersediaan wastafel dan tempat cuci tangan, tapi paling penting adalah surat izin dari orang tua.
Sepekan terakhir, pihaknya juga telah menyebarkan formulir izin orang tua bagi seluruh siswa. Kata dia, ada yang berbeda dari formulir surat izin sebelumnya, yaitu adanya pencantuman tanda tangan RT setempat. “Jadi, bukan cuma orang tua saja. Ketua RT juga dilibatkan untuk memberikan izin,” kata Mamik ketika dihubungi melalui sambungan telepon, kemarin (23/2).
Dalam prosesnya, penyebaran formulir surat izin masih belum tuntas. Sebab, dirinya masih menyebarkan kepada wali murid kelas VIII. Mamik memprediksi, penyebaran formulir itu akan rampung beberapa hari ke depan. “Kesiapan surat izin wali murid akan cepat selesai. Karena kami langsung kontak,” katanya.
“Jadi, bukan cuma orang tua saja. Ketua RT juga dilibatkan untuk memberikan izin.” Mamik Tasmiyati, Kepala SMPN 1 Sumberbaru.
Utamakan Kesehatan Siswa
Kepastian penerapan protokol kesehatan menjadi syarat utama yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka di masa pandemi ini. Oleh karena itu, di setiap jenjang pendidikan harus disediakan sarana dan prasarana untuk mendukung penerapan protokol tersebut. “Jangan sampai mengabaikan apa yang sudah dibangun selama satu tahun ini. Apalagi sampai mengakibatkan adanya penambahan kasus,” ungkap Dr Nurlaela Widyarini, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember (UMJ).
Karena para siswa sangat beragam, maka orang tua menjadi tonggak yang harus bertanggung jawab terhadap kesehatan peserta didik saat belajar di rumah. Sementara, ketika di sekolah, pihak pengelola lembaga pendidikanlah yang harus benar-benar memastikan sarana dan prasarananya telah siap. “Berbeda lagi dengan mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi. Karena mereka lebih mandiri,” ucapnya.
Warga Kelurahan Sumbersari itu menuturkan, belajar di rumah memang membawa konsekuensi terhadap mental para peserta didik. “Mereka dipaksa membagi masa belajar dan bermain di satu tempat yang sama. Sedangkan dulu, siswa punya mapping di mana bisa membedakan mana tempat belajar dan tempat mengaktualisasikan diri,” ungkapnya.
Selanjutnya, dia menegaskan, pemerintah mesti paham terkait dengan tujuan pembelajaran di masa pandemi ini. Dia berkata, kalau luring diadakan dengan situasi ini, harus tahu tujuan pembelajarannya apa. “Sudah tidak bisa lagi hanya menghabiskan satu buku pada suatu masa untuk memenuhi kompetensi belajar,” jelasnya.
Nantinya, dia menilai, hal itu bakal memengaruhi efektivitas pembelajaran tatap muka selama pandemi. Jadi, Nurlaela menyarankan, tujuan pembelajaran harus digeser. Jangan hanya fokus pada ketentuan pemenuhan kompetensi belajar, tapi juga memperhatikan keselamatan dan kesehatan setiap peserta didik.
Di sisi lain, wacana pembelajaran tatap muka juga mendapat respons dari pendidik di Kabupaten Jember. Teguh Adi Suprapto, guru yang mengajar di Kecamatan Tempurejo, mengaku mendapatkan banyak keluhan dari para wali murid terkait perubahan sikap anak-anak mereka akibat terlalu lama belajar di rumah. “Wali murid kerap bertanya kapan diadakan pembelajaran tatap muka? Soalnya, banyak yang mengaku tak bisa mengatur anaknya di rumah,” ucap Teguh.
Dia mengungkapkan, penggunaan gawai sangat berpengaruh terhadap mental anak. Dampaknya, mulai banyak yang apatis dengan lingkungan dan cenderung suka menyendiri. “Gadget tak menjadi sarana belajar. Malah menjadi wahana bermain,” ulas warga Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo, tersebut.
Jika memang pembelajaran tatap muka bakal digelar awal Maret, dia mengaku senang, juga khawatir psikologis anak-anak belum siap dan pembelajaran menjadi tidak efektif. “Soalnya, hampir setahun anak-anak ini di rumah. Jelas mereka butuh penyesuaian untuk kembali ke sekolah lagi,” terang guru Bahasa Indonesia itu.
Jurnalis : Dian Cahyani/Isnein Purnomo
Fotografer : Jumai
Redaktur : Mahrus Sholih