30.4 C
Jember
Friday, 24 March 2023

Siaga Hadapi Kondisi Darurat

Mobile_AP_Rectangle 1

RADAR JEMBER.ID – Hampir seluruh kecamatan di Jember masuk dalam peta kawasan rawan bencana alam. Dari 31 kecamatan yang ada, 22 di antaranya dikategorikan sebagai daerah yang berpotensi terdampak jenis bencana alam yang mengancam. Seperti banjir genangan, banjir bandang, tanah longsor, dan angin puting beliung.

Potensi ancaman bencana alam itu akan meningkat kala memasuki musim penghujan yang diprediksi terjadi Oktober nanti dan mencapai puncaknya pada Januari 2020. “Untuk mengurangi risiko terjadinya bencana, kami mengadakan latihan mitigasi bencana ke sejumlah relawan,” kata Rasyid Zakaria, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, kemarin (22/8).

Menurut dia, mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana. Baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan suatu aktivitas yang berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi korban ketika bencana terjadi. Baik korban jiwa maupun harta

Mobile_AP_Rectangle 2

Rasyid menjelaskan, pelatihan dan pembekalan relawan kebencanaan ini target akhirnya adalah terbentuknya Desa Tangguh Bencana (Destana). Sebagai langkah awal, pihaknya melibatkan 15 desa yang ada di Kecamatan Sumberbaru dan Kencong. Masing-masing desa diminta mengirimkan enam orang relawan untuk mengikuti pelatihan tersebut. “Untuk sementara, ada dua kecamatan. Tapi ke depan, pembentukan Destana ini hampir di semua kecamatan yang rawan terjadi bencana,” paparnya.

Enam orang relawan itu, kata dia, digembleng selama dua hari, yakni pada Rabu-Kamis (21-22/8), di salah satu hotel di Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa. Mereka dilatih agar menguasai materi pertolongan kepada korban bencana banjir dan tanah longsor. Selain itu, mereka dibekali pengetahuan supaya mampu menolong korban yang benar sehingga dapat mengurangi tingkat kefatalan korban. “Mereka juga dilatih agar bisa mendirikan tenda darurat,” ujarnya.

Dalam pelatihan dan pembekalan selama dua hari itu, mereka mendapatkan ilmu dengan pemateri dari BPBD Provinsi Jawa Timur, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dosen Universitas Jember (Unej), dan BPBD Jember.

Setelah menerima materi, para relawan juga diterjunkan ke lapangan untuk melakukan praktik atau simulasi. “Sehingga dalam musim penghujan nanti, para relawan sudah siap ketika ada bencana. Baik itu bencana tanah longsor maupun banjir,” terang mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air (DPU BMSDA) Jember tersebut.

Tak hanya dibekali tentang pengetahuan mitigasi bencana, para relawan itu juga dilatih untuk bekerja sama dengan relawan kebencanaan lain serta TNI dan Polri. Sebab, Rasyid menuturkan, ketika terjadi bencana, mereka akan bersama-sama anggota Polri maupun TNI untuk menolong korban atau saat melakukan evakuasi. “Tapi sebelum terjadi bencana, para relawan diminta memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Ini juga bagian dari kesiapsiagaan menghadapi bencana,” tuturnya.

Beberapa kecamatan yang masuk dalam peta kawasan rawan bencana tanah longsor dan banjir di antaranya adalah Kecamatan Sumberbaru, Kencong, Silo, Arjasa, Jelbuk, Tempurejo, Semboro, dan Ledokombo. “Harapannya, para relawan yang sudah mengikuti pelatihan dan pembekalan ini bisa lebih tanggap saat terjadi bencana di masing-masing wilayahnya,” pungkas Rasyid. (*)

- Advertisement -

RADAR JEMBER.ID – Hampir seluruh kecamatan di Jember masuk dalam peta kawasan rawan bencana alam. Dari 31 kecamatan yang ada, 22 di antaranya dikategorikan sebagai daerah yang berpotensi terdampak jenis bencana alam yang mengancam. Seperti banjir genangan, banjir bandang, tanah longsor, dan angin puting beliung.

Potensi ancaman bencana alam itu akan meningkat kala memasuki musim penghujan yang diprediksi terjadi Oktober nanti dan mencapai puncaknya pada Januari 2020. “Untuk mengurangi risiko terjadinya bencana, kami mengadakan latihan mitigasi bencana ke sejumlah relawan,” kata Rasyid Zakaria, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, kemarin (22/8).

Menurut dia, mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana. Baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan suatu aktivitas yang berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi korban ketika bencana terjadi. Baik korban jiwa maupun harta

Rasyid menjelaskan, pelatihan dan pembekalan relawan kebencanaan ini target akhirnya adalah terbentuknya Desa Tangguh Bencana (Destana). Sebagai langkah awal, pihaknya melibatkan 15 desa yang ada di Kecamatan Sumberbaru dan Kencong. Masing-masing desa diminta mengirimkan enam orang relawan untuk mengikuti pelatihan tersebut. “Untuk sementara, ada dua kecamatan. Tapi ke depan, pembentukan Destana ini hampir di semua kecamatan yang rawan terjadi bencana,” paparnya.

Enam orang relawan itu, kata dia, digembleng selama dua hari, yakni pada Rabu-Kamis (21-22/8), di salah satu hotel di Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa. Mereka dilatih agar menguasai materi pertolongan kepada korban bencana banjir dan tanah longsor. Selain itu, mereka dibekali pengetahuan supaya mampu menolong korban yang benar sehingga dapat mengurangi tingkat kefatalan korban. “Mereka juga dilatih agar bisa mendirikan tenda darurat,” ujarnya.

Dalam pelatihan dan pembekalan selama dua hari itu, mereka mendapatkan ilmu dengan pemateri dari BPBD Provinsi Jawa Timur, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dosen Universitas Jember (Unej), dan BPBD Jember.

Setelah menerima materi, para relawan juga diterjunkan ke lapangan untuk melakukan praktik atau simulasi. “Sehingga dalam musim penghujan nanti, para relawan sudah siap ketika ada bencana. Baik itu bencana tanah longsor maupun banjir,” terang mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air (DPU BMSDA) Jember tersebut.

Tak hanya dibekali tentang pengetahuan mitigasi bencana, para relawan itu juga dilatih untuk bekerja sama dengan relawan kebencanaan lain serta TNI dan Polri. Sebab, Rasyid menuturkan, ketika terjadi bencana, mereka akan bersama-sama anggota Polri maupun TNI untuk menolong korban atau saat melakukan evakuasi. “Tapi sebelum terjadi bencana, para relawan diminta memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Ini juga bagian dari kesiapsiagaan menghadapi bencana,” tuturnya.

Beberapa kecamatan yang masuk dalam peta kawasan rawan bencana tanah longsor dan banjir di antaranya adalah Kecamatan Sumberbaru, Kencong, Silo, Arjasa, Jelbuk, Tempurejo, Semboro, dan Ledokombo. “Harapannya, para relawan yang sudah mengikuti pelatihan dan pembekalan ini bisa lebih tanggap saat terjadi bencana di masing-masing wilayahnya,” pungkas Rasyid. (*)

RADAR JEMBER.ID – Hampir seluruh kecamatan di Jember masuk dalam peta kawasan rawan bencana alam. Dari 31 kecamatan yang ada, 22 di antaranya dikategorikan sebagai daerah yang berpotensi terdampak jenis bencana alam yang mengancam. Seperti banjir genangan, banjir bandang, tanah longsor, dan angin puting beliung.

Potensi ancaman bencana alam itu akan meningkat kala memasuki musim penghujan yang diprediksi terjadi Oktober nanti dan mencapai puncaknya pada Januari 2020. “Untuk mengurangi risiko terjadinya bencana, kami mengadakan latihan mitigasi bencana ke sejumlah relawan,” kata Rasyid Zakaria, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, kemarin (22/8).

Menurut dia, mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana. Baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan suatu aktivitas yang berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi korban ketika bencana terjadi. Baik korban jiwa maupun harta

Rasyid menjelaskan, pelatihan dan pembekalan relawan kebencanaan ini target akhirnya adalah terbentuknya Desa Tangguh Bencana (Destana). Sebagai langkah awal, pihaknya melibatkan 15 desa yang ada di Kecamatan Sumberbaru dan Kencong. Masing-masing desa diminta mengirimkan enam orang relawan untuk mengikuti pelatihan tersebut. “Untuk sementara, ada dua kecamatan. Tapi ke depan, pembentukan Destana ini hampir di semua kecamatan yang rawan terjadi bencana,” paparnya.

Enam orang relawan itu, kata dia, digembleng selama dua hari, yakni pada Rabu-Kamis (21-22/8), di salah satu hotel di Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa. Mereka dilatih agar menguasai materi pertolongan kepada korban bencana banjir dan tanah longsor. Selain itu, mereka dibekali pengetahuan supaya mampu menolong korban yang benar sehingga dapat mengurangi tingkat kefatalan korban. “Mereka juga dilatih agar bisa mendirikan tenda darurat,” ujarnya.

Dalam pelatihan dan pembekalan selama dua hari itu, mereka mendapatkan ilmu dengan pemateri dari BPBD Provinsi Jawa Timur, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dosen Universitas Jember (Unej), dan BPBD Jember.

Setelah menerima materi, para relawan juga diterjunkan ke lapangan untuk melakukan praktik atau simulasi. “Sehingga dalam musim penghujan nanti, para relawan sudah siap ketika ada bencana. Baik itu bencana tanah longsor maupun banjir,” terang mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air (DPU BMSDA) Jember tersebut.

Tak hanya dibekali tentang pengetahuan mitigasi bencana, para relawan itu juga dilatih untuk bekerja sama dengan relawan kebencanaan lain serta TNI dan Polri. Sebab, Rasyid menuturkan, ketika terjadi bencana, mereka akan bersama-sama anggota Polri maupun TNI untuk menolong korban atau saat melakukan evakuasi. “Tapi sebelum terjadi bencana, para relawan diminta memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Ini juga bagian dari kesiapsiagaan menghadapi bencana,” tuturnya.

Beberapa kecamatan yang masuk dalam peta kawasan rawan bencana tanah longsor dan banjir di antaranya adalah Kecamatan Sumberbaru, Kencong, Silo, Arjasa, Jelbuk, Tempurejo, Semboro, dan Ledokombo. “Harapannya, para relawan yang sudah mengikuti pelatihan dan pembekalan ini bisa lebih tanggap saat terjadi bencana di masing-masing wilayahnya,” pungkas Rasyid. (*)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca