RADAR JEMBER.ID – Mengawali kegiatan Konfercab PCNU Jember, kegiatan sidang komisi dimulai di Ponpes Nurul Islam Antirogo, (21/7) kemarin. Sidang komisi itu membahas berbagai agenda penting lima tahun ke depan. Mulai dari komisi program, bathsul masail, keorganisasian, dan lainnya.
Prof MN Harisudin, Katib Syuriah PCNU Jember, mengatakan, sidang komisi itu membahas beberapa hal penting yang akan dilakukan selama lima tahun mendatang. “Ada rekomendasi-rekomendasi yang dimunculkan,” katanya.
Menurut dia, beberapa hal penting yang perlu menjadi perhatian NU adalah tantangan ke depan. Salah satunya adalah sumber daya manusia (SDM). Sebab, di era Revolusi Industri 4.0 ini, kualitas SDM menjadi kata kunci. “Warga NU harus berkompetisi dengan SDM di dalam dan luar negeri,” katanya.
Persaingan global menuntut SDM NU harus berkualitas. Upaya untuk hal ini sesuai dengan kebutuhan zaman saat ini. Selain itu, kata Dekan Fakultas Syariah IAIN Jember ini, yang juga menjadi pekerjaan rumah NU adalah menghalang gerakan radikalisme, tak hanya di Indonesia, namun juga di seluruh dunia. Begitu juga di Jember, gerakan Islam radikal yang mengancam NKRI menjadi PR bersama untuk dicegah dan diminimalisasi. “Ini tidak ringan, berat, karena itu harus berkolaborasi dengan elemen lain,” jelasnya.
Kemudian, lanjut Haris, NU perlu mempercepat organisasi yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Missal menyeimbangkan dengan arus informasi yang begitu cepat.
Begitu juga dengan respons terhadap isu lingkungan, misal terkait kepedulian sampah. Kini, NU bukan lagi pada tahap diskusi, namun praktik. Seperti membudayakan diri agar mengurangi sampah plastik. Di Jember sendiri, lanjut dia, PCNU tegas menolak tambang, baik di Silo maupun Paseban.
Tak kalah penting, kata dia, pemberantasan kemiskinan juga menjadi harus diperhatikan. Sebab, warga nahdliyin masih banyak berada di sana. Salah satu rekomendasinya adalah penguatan koin NU dan penguatan Laziznu. “Penguatannya di situ, di atas semua itu harus dikelola organisasinya,” imbuhnya.
Roda organisasi harus lebih cepat. Seperti pelatihan kader penggerak NU. “Jember melakukan baru satu kali. Kalah dengan Bondowoso yang sudah 26 kali,” tambahnya.
“Internal kita harus digerakkan dan dikelola dengan baik dan diopeni,” tambahnya. Selama ini, dakwah Islam moderat di Jember sudah luar biasa. Namun, yang perlu ditingkatkan adalah manajemen di dalam untuk mengatasi berbagai tantangan dari luar.
Haris sendiri dimunculkan sebagai calon ketua Tanfidziyah PCNU Jember. Di tubuh NU, kata dia, tidak ada tradisi mencalonkan diri. Namun, yang ada adalah dicalonkan. “Tapi, bila ada yang memunculkan nama, seperti polling, tidak bisa ditolak,” jelasnya.
Munculnya beberapa kader NU sebagai calon itu menunjukkan bahwa NU tidak kekurangan kader yang siap regenerasi. “Hal itu yang menjadikan NU dinamis,” pungkasnya. (*)