JEMBER, RADARJEMBER.IDÂ – Wacana Bupati Jember Hendy Siswanto yang akan melakukan pengembangan terhadap Bandara Notohadinegoro bakal disambut antusias warga Jember. Terlebih, Hendy secara gamblang berencana membuka rute penerbangan Jember-Jakarta yang diprediksi akan terealisasi pada 2022 mendatang.
Wacana itu disampaikan Hendy saat ditemui awak media di Pendapa Wahyawibawagraha, Kamis (20/5) lalu. Dalam kesempatan itu, orang nomor satu di Jember ini bakal merencanakan lebih dulu pengaktifan kembali rute Jember-Surabaya. Kemudian, menjalin komunikasi dengan maskapai penerbangan yang sempat beroperasi di Bandara Jember, beberapa tahun silam. Seperti Citylink dan Lion Air. “Dengan jaminan dari Pemkab Jember bahwa penumpang Jember-Surabaya akan memenuhi standar 50 persen dari kapasitas maksimal pesawat,” terangnya.
Ia optimistis bakal memenuhi target itu. Selain itu, pihaknya juga akan mengomunikasikan kepada seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) yang ada di Jember, agar tiap melakukan perjalanan dinas ke Surabaya, bisa menggunakan pesawat. “Upaya itu sebagai garansi kepada maskapai yang akan beroperasi di Jember,” tambahnya.
Sementara itu, pemerhati kebijakan publik sekaligus dosen di Universitas Jember Prof M Arief Amrullah menilai, rencana Bupati Jember itu bakal disambut baik oleh warga Jember. Sebab, selama ini, masyarakat, utamanya kalangan pebisnis, sangat membutuhkan akses perjalanan yang dapat memangkas waktu.
Namun, dia menyarankan, pemkab perlu melakukan kajian lebih dulu apakah memang pengembangan yang dibutuhkan, atau justru bandara baru. Sebab, Bandara Notohadinegoro baru bisa memberangkatkan pesawat jenis ATR atau baling-baling. Sementara, untuk jenis Boeing belum bisa. “Karena memang banyak persyaratan yang harus dipenuhi,” jelasnya.
Menurut dia, berdasarkan catatan pengalaman terbang yang banyak dilakukan di bandara-bandara besar, Bandara Notohadinegoro belum memenuhi syarat untuk pesawat Boeing. Salah satunya karena kondisi geografis.
Jika bandara besar banyak meletakkan posisi bandara di pinggir pantai dan jauh dari permukiman untuk menghindari kabut, kondisi di Jember berbeda. “Penting juga, kabut kalau di darat sulit hilangnya. Kalau pinggir pantai bisa cepat,” ulasnya.
Hal inilah yang dinilainya perlu menjadi perhatian pemerintah daerah. Sebab, urusan menghidupkan bandara, berarti urusan jangka panjang. Jika hanya fokus pada pengembangan bandara yang ada sekarang, maka selamanya Jember tidak bisa didarati oleh pesawat Boeing.
Ia juga membenarkan, dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2015 tentang Standardisasi Bandar Udara, terdapat cukup banyak persyaratan untuk sebuah bandara agar bisa beroperasi sesuai standar. Alasan faktor geografis itu dinilainya cukup logis. Mengingat, banyak bandara besar selama ini yang berlokasi jauh dari permukiman dengan akses jalan besar dan di dekat pantai.
Selain itu, dengan posisi di tepi pantai, kata Arief, bisa lebih menghidupkan perekonomian masyarakat pesisir. Sekaligus membangkitkan potensi wisata yang bisa dijual oleh Pemkab Jember. Biasanya, majalah yang menyuguhkan tentang potensi wisata, hotel, dan resto yang bisa menjadi jujukan, selalu disediakan oleh pesawat jenis Boeing.
Hal ini disebutnya sangat informatif untuk para pelancong maupun investor yang hendak ke Jember. “Hadirnya maskapai penerbangan Boeing itu impact-nya akan luar biasa untuk potensi wisata di Jember,” terangnya.
Kini, Bupati Jember tinggal menentukan dua pilihan. Apakah mau fokus mengembangkan bandara yang sudah ada dengan hadirnya pesawat ATR, atau akan membuat bandara baru untuk kepentingan yang lebih besar dan jangka panjang. “Karena itu, dalam tiap kebijakan perlu bottom up. Jangan top down. Agar pembangunan itu benar-benar dirasakan bersama manfaatnya. Dan merasa memiliki bersama,” tukas Arief.
Jurnalis : Maulana
Fotografer : Dokumentasi Radar Jember
Redaktur : Mahrus Sholih