JEMBER, RADARJEMBER.ID – HARI itu, para pegawai tengah sibuk dengan komputer masing-masing. Sebagian ada yang berbincang dengan logat Madura di balik meja kerja, dekat pintu ruangan kepala dinas. Ada juga yang mondar-mandir sembari membawa setumpuk kertas dan map cokelat, serta tertawa sambil menyeruput kopi. “Paling pendataan CPNS. Makane podo sibuk (mungkin lagi pendataan CPNS. Makanya pada sibuk, Red),” tutur seorang pegawai yang mondar-mandir di ruangan tanpa memakai sepatu.
Tahun ini memang menjadi momentum menggembirakan bagi masyarakat Jember yang punya niat jadi abdi negara setelah dua tahun puasa tanpa ada rekrutmen. Kuotanya mencapai 634 untuk CPNS. Dari jumlah ratusan itu, hanya 13 formasi yang dialokasikan untuk penyandang disabilitas. Sebanyak 13 formasi itu terdiri atas nutrisionis, rekam medik, analis kesehatan, radiografer, apoteker, dan perawat.
Sementara itu, sebanyak 3.671 formasi untuk Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang khusus bagi tenaga pendidik, sama sekali tidak ada kuota bagi disabilitas. “Jumlah ini (kuota CPNS, Red) salah satu yang terbanyak di Jawa Timur. Ada 13 formasi yang kami sediakan untuk teman-teman disabilitas, dua persen dari jumlah yang kami ajukan,” tutur Sukowinarno, Plt Kepala Badan Kepegawaian Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Pemkab Jember.
Bagi promotor kesehatan, Arif, formasi nutrisionis dan perawat sangat membebani para penyandang disabilitas. Alasannya, butuh mobilitas yang sangat tinggi. Sebagai contoh, Arif mengisahkan rekannya, Anita, yang bertugas sebagai nutrisionis di rumah sakit umum daerah.
Anita harus berangkat ke rumah sakit dini hari. Tepatnya sekitar pukul 05.00 pagi. Ia harus memiliki data klasifikasi kondisi pasien untuk membuat perencanaan menu makanan bagi pasien. Anita juga dituntut membuat solusi cepat ketika stok bahan makanan tidak sesuai dengan kondisi pasien dan menjamin asupan gizi mereka tercukupi.
Anita tak sendirian. Dia bersama lima rekannya secara bergantian melaksanakan tanggung jawab itu. “Harus standby sejak pagi. Harus siap dengan segala perubahan kondisi pasien di rumah sakit,” terang laki-laki tamatan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Jember (Unej) itu.
Jika demikian, rasanya mustahil penyandang disabilitas bakal mendaftar formasi nutrisionis dan perawat. Terbukti, hingga pendaftaran ditutup, hanya ada satu penyandang disabilitas yang mendaftar. Bukan pada formasi nutrisionis, bukan pula perawat, sehingga masih menyisakan 12 posisi formasi yang kosong. “Ketika formasi disabilitas tidak ada yang mengisi, maka akan diperebutkan oleh yang nondisabilitas,” ujar Agung Wicahyo, Kepala Bidang Pengadaan Pemberhentian dan Informasi ASN BKPSDM Jember.
Reporter : Dian Cahyani
Fotografer : Ilustrasi Radar Jember
Editor : Mahrus Sholih