21 C
Jember
Saturday, 10 June 2023

Tetap Semangat Meski Situasinya Memprihatinkan

Mobile_AP_Rectangle 1

PANDEMI covid-19 telah banyak merontokkan sendi kehidupan sosial ekonomi di masyarakat. Banyak warga yang cemas dan takut oleh dahsyatnya penyebaran virus ini. Mengingat, virus yang berawal dari Wuhan Cina ini dampaknya sangat luar biasa. Selain telah menimbulkan kematian ratusan ribu penduduk dunia, jutaan warga lainnya yang terinfeksi positif covid-19 juga menunggu takdir. Bisa sehat kembali atau menambah jumlah angka kematian.

Pandemi ini juga menimbulkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Para pelaku usaha banyak yang bangkrut. Sendi-sendi perekonomian mandek. Pengangguran melonjak tajam. Jumlah warga miskin meningkat. Dampak lain yang perlu diantisipasi adalah maraknya aksi kerawanan sosial berupa tindak kejahatan. Apalagi, banyak mantan residivis yang dibebaskan dari penjara sebelum masa hukumnya habis.

Hantaman dahsyat pandemi covid-19 ini juga dialami oleh industri media massa. Tak terkecuali Radar Semeru yang kemarin genap berusia enam tahun. Para wartawan Radar Semeru yang bertugas di lapangan tentu dihantui oleh bayang-bayang ketakutan virus corona. Sebab, wujudnya tidak bisa dideteksi. Datangnya dari arah mana juga tidak diketahui. Tetapi efeknya sangat mematikan.

Mobile_AP_Rectangle 2

Bahkan, di tengah merebaknya virus korona yang tak kunjung membaik ini, mobilitas wartawan makin tinggi. Terutama untuk mendapatkan up-date berita-berita aktual terkait pandemi covid-19 di Lumajang. Itu semua untuk memenuhi kebutuhan warga kota pisang agar tak ketinggalan informasi. Termasuk terkait dengan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah maupun informasi yang lain.

Karena itu, peran media dan wartawan yang tugasnya penuh risiko ini tak bisa diremehkan. Di satu sisi, wartawan cukup rawan terinfeksi covid. Namun di sisi lain berita-berita yang disuguhkan cukup mengedukasi masyarakat. Bahkan, ikut mendorong Lumajang menjadi daerah yang lebih maju dan dinamis.

Namun di tengah pandemi covid-19 ini hampir seluruh perusahaan media massa mengalami goncangan dahsyat. Sebagian diantaranya sudah ada yang sampai merumahkan karyawannya. Itu dilakukan karena perusahaan sudah tak mampu lagi membayar karyawannya. Mengingat, pemasukan dari hasil pendapatan iklan sudah tak bisa diandalkan untuk menopang biaya produksi maupun operasional.

Begitu kuatnya dampak pandemik covid-19 hingga menyebabkan banyak pelaku industri media bereaksi keras menyikapi kondisi ini. Ada 12 perwakilan institusi yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Media dan Asosiasi Profesi Media. Mereka berasal dari Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS), Dewan Pers, Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Pewarta Foto Indonesia (PFI), Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), dan beberapa yang lain.

Isi kesepakatannya itu diantaranya mendorong negara untuk mengalokasikan dana sosialisasi kebijakan, program atau kampanye penanggulangan covid-19, baik di pusat maupun daerah untuk perusahaan pers. Selanjutnya, mendorong negara untuk memberikan subsidi harga kertas dan biaya listrik perusahaan pers. Menangguhkan kewajiban karyawan dan perusahaan pers membayar iuran BPJS ketenagakerjaan maupun BPJS kesehatan.

Selain itu, para praktisi perusahaan media juga mendorong negara memaksimalkan pemungutan pajak pendapatan dari perusahaan platform global yang beropersi di Indonesia. Seperti dari Google, Facebook, Youtube, Twitter, Instagram, Microsoft dan lain-lain. Hasil pemungutan pajak ini sangat penting untuk menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat dan setara, serta layak dialokasikan untuk pengembangan dan penyelamatan institusi jurnalistik di negeri ini.

Kalau hal itu tidak segera dilakukan, maka jumlah media cetak maupun media elektronik yang kolaps akan semakin banyak. Padahal, sumbangsih media mainstream nondaring terhadap kemajuan negeri ini cukup besar. Sementara kehadiran perusahaan platform global pengelola aplikasi maupun media sosial terkenal yang banyak dikendalikan dari luar negeri ini kontribusinya ke negeri ini tak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh. Maka perlu ada langkah bijak dari pemerintah untuk menyelamatkan media lokal maupun nasional.

Salah satunya, langkah penanganan pandemi covid-19 yang dilakukan oleh Pemkab Lumajang diharapkan lebih transparan. Baik itu menyangkut bentuk program yang akan dilakukan maupun pengalokasian anggarannya. Sehingga, penanganan pandemi covid-19 bisa lebih terukur hasilnya. Termasuk, memanfaatkan peran media dalam menyosialisasikan program itu ke masyarakat.

Dalam suasana penyebaran pandemik covid yang cukup memprihatinkan ini, kru Radar Semeru kemarin masih tetap bersemangat menyiapkan hari ulang tahun yang keenam. Hal ini untuk mengingatkan kembali akan sejarah yang telah diukir di bumi Lumajang. Apalagi acara yang disiapkan di kantor hanya khotmil Quran dan pemotongan tumpeng sebagai tanda rasa syukur. Dilakukan secara sederhana bersamaan dengan buka puasa yang dipimpin oleh H Suharyo, anggota tim ombudsman Radar Jember.

Meski demikian, antusias kolega yang menyatakan ingin hadir langsung ke kantor seperti tahun-tahun sebelumnya cukup banyak. Setidaknya ini menambah kepercayaan diri kami. Bahwa senyatanya koran terbesar di Lumajang ini masih begitu diperhatikan, begitu mendapat tempat. Tidak hanya oleh para pemangku kebijakan, para tokoh tapi juga  masyarakat luas.

Namun, karena situasi yang tidak memungkinkan dengan berat hati dan tanpa mengurangi rasa hormat, tidak semuanya bisa kami penuhi. Hanya beberapa kolega yang diizinkan untuk datang ke kantor kami di Jalan Kiai Ghozali. Itupun waktunya harus dikondisikan supaya tidak datang dalam waktu bersamaan dan dengan pembatasan-pembatasan interaksi berupa physical distancing. Protokoler kesehatan menghadapi covid 19 lah yang mengharuskan demikian. Sedih memang, tapi percayalah semua itu tak akan mampu menggerus silaturahim maupun jalinan sinergi yang telah terjalin. Tetap semangat dan terus memberi yang terbaik untuk Lumajang tercinta. (choliqbaya@gmail.com)

 

 

- Advertisement -

PANDEMI covid-19 telah banyak merontokkan sendi kehidupan sosial ekonomi di masyarakat. Banyak warga yang cemas dan takut oleh dahsyatnya penyebaran virus ini. Mengingat, virus yang berawal dari Wuhan Cina ini dampaknya sangat luar biasa. Selain telah menimbulkan kematian ratusan ribu penduduk dunia, jutaan warga lainnya yang terinfeksi positif covid-19 juga menunggu takdir. Bisa sehat kembali atau menambah jumlah angka kematian.

Pandemi ini juga menimbulkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Para pelaku usaha banyak yang bangkrut. Sendi-sendi perekonomian mandek. Pengangguran melonjak tajam. Jumlah warga miskin meningkat. Dampak lain yang perlu diantisipasi adalah maraknya aksi kerawanan sosial berupa tindak kejahatan. Apalagi, banyak mantan residivis yang dibebaskan dari penjara sebelum masa hukumnya habis.

Hantaman dahsyat pandemi covid-19 ini juga dialami oleh industri media massa. Tak terkecuali Radar Semeru yang kemarin genap berusia enam tahun. Para wartawan Radar Semeru yang bertugas di lapangan tentu dihantui oleh bayang-bayang ketakutan virus corona. Sebab, wujudnya tidak bisa dideteksi. Datangnya dari arah mana juga tidak diketahui. Tetapi efeknya sangat mematikan.

Bahkan, di tengah merebaknya virus korona yang tak kunjung membaik ini, mobilitas wartawan makin tinggi. Terutama untuk mendapatkan up-date berita-berita aktual terkait pandemi covid-19 di Lumajang. Itu semua untuk memenuhi kebutuhan warga kota pisang agar tak ketinggalan informasi. Termasuk terkait dengan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah maupun informasi yang lain.

Karena itu, peran media dan wartawan yang tugasnya penuh risiko ini tak bisa diremehkan. Di satu sisi, wartawan cukup rawan terinfeksi covid. Namun di sisi lain berita-berita yang disuguhkan cukup mengedukasi masyarakat. Bahkan, ikut mendorong Lumajang menjadi daerah yang lebih maju dan dinamis.

Namun di tengah pandemi covid-19 ini hampir seluruh perusahaan media massa mengalami goncangan dahsyat. Sebagian diantaranya sudah ada yang sampai merumahkan karyawannya. Itu dilakukan karena perusahaan sudah tak mampu lagi membayar karyawannya. Mengingat, pemasukan dari hasil pendapatan iklan sudah tak bisa diandalkan untuk menopang biaya produksi maupun operasional.

Begitu kuatnya dampak pandemik covid-19 hingga menyebabkan banyak pelaku industri media bereaksi keras menyikapi kondisi ini. Ada 12 perwakilan institusi yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Media dan Asosiasi Profesi Media. Mereka berasal dari Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS), Dewan Pers, Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Pewarta Foto Indonesia (PFI), Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), dan beberapa yang lain.

Isi kesepakatannya itu diantaranya mendorong negara untuk mengalokasikan dana sosialisasi kebijakan, program atau kampanye penanggulangan covid-19, baik di pusat maupun daerah untuk perusahaan pers. Selanjutnya, mendorong negara untuk memberikan subsidi harga kertas dan biaya listrik perusahaan pers. Menangguhkan kewajiban karyawan dan perusahaan pers membayar iuran BPJS ketenagakerjaan maupun BPJS kesehatan.

Selain itu, para praktisi perusahaan media juga mendorong negara memaksimalkan pemungutan pajak pendapatan dari perusahaan platform global yang beropersi di Indonesia. Seperti dari Google, Facebook, Youtube, Twitter, Instagram, Microsoft dan lain-lain. Hasil pemungutan pajak ini sangat penting untuk menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat dan setara, serta layak dialokasikan untuk pengembangan dan penyelamatan institusi jurnalistik di negeri ini.

Kalau hal itu tidak segera dilakukan, maka jumlah media cetak maupun media elektronik yang kolaps akan semakin banyak. Padahal, sumbangsih media mainstream nondaring terhadap kemajuan negeri ini cukup besar. Sementara kehadiran perusahaan platform global pengelola aplikasi maupun media sosial terkenal yang banyak dikendalikan dari luar negeri ini kontribusinya ke negeri ini tak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh. Maka perlu ada langkah bijak dari pemerintah untuk menyelamatkan media lokal maupun nasional.

Salah satunya, langkah penanganan pandemi covid-19 yang dilakukan oleh Pemkab Lumajang diharapkan lebih transparan. Baik itu menyangkut bentuk program yang akan dilakukan maupun pengalokasian anggarannya. Sehingga, penanganan pandemi covid-19 bisa lebih terukur hasilnya. Termasuk, memanfaatkan peran media dalam menyosialisasikan program itu ke masyarakat.

Dalam suasana penyebaran pandemik covid yang cukup memprihatinkan ini, kru Radar Semeru kemarin masih tetap bersemangat menyiapkan hari ulang tahun yang keenam. Hal ini untuk mengingatkan kembali akan sejarah yang telah diukir di bumi Lumajang. Apalagi acara yang disiapkan di kantor hanya khotmil Quran dan pemotongan tumpeng sebagai tanda rasa syukur. Dilakukan secara sederhana bersamaan dengan buka puasa yang dipimpin oleh H Suharyo, anggota tim ombudsman Radar Jember.

Meski demikian, antusias kolega yang menyatakan ingin hadir langsung ke kantor seperti tahun-tahun sebelumnya cukup banyak. Setidaknya ini menambah kepercayaan diri kami. Bahwa senyatanya koran terbesar di Lumajang ini masih begitu diperhatikan, begitu mendapat tempat. Tidak hanya oleh para pemangku kebijakan, para tokoh tapi juga  masyarakat luas.

Namun, karena situasi yang tidak memungkinkan dengan berat hati dan tanpa mengurangi rasa hormat, tidak semuanya bisa kami penuhi. Hanya beberapa kolega yang diizinkan untuk datang ke kantor kami di Jalan Kiai Ghozali. Itupun waktunya harus dikondisikan supaya tidak datang dalam waktu bersamaan dan dengan pembatasan-pembatasan interaksi berupa physical distancing. Protokoler kesehatan menghadapi covid 19 lah yang mengharuskan demikian. Sedih memang, tapi percayalah semua itu tak akan mampu menggerus silaturahim maupun jalinan sinergi yang telah terjalin. Tetap semangat dan terus memberi yang terbaik untuk Lumajang tercinta. (choliqbaya@gmail.com)

 

 

PANDEMI covid-19 telah banyak merontokkan sendi kehidupan sosial ekonomi di masyarakat. Banyak warga yang cemas dan takut oleh dahsyatnya penyebaran virus ini. Mengingat, virus yang berawal dari Wuhan Cina ini dampaknya sangat luar biasa. Selain telah menimbulkan kematian ratusan ribu penduduk dunia, jutaan warga lainnya yang terinfeksi positif covid-19 juga menunggu takdir. Bisa sehat kembali atau menambah jumlah angka kematian.

Pandemi ini juga menimbulkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Para pelaku usaha banyak yang bangkrut. Sendi-sendi perekonomian mandek. Pengangguran melonjak tajam. Jumlah warga miskin meningkat. Dampak lain yang perlu diantisipasi adalah maraknya aksi kerawanan sosial berupa tindak kejahatan. Apalagi, banyak mantan residivis yang dibebaskan dari penjara sebelum masa hukumnya habis.

Hantaman dahsyat pandemi covid-19 ini juga dialami oleh industri media massa. Tak terkecuali Radar Semeru yang kemarin genap berusia enam tahun. Para wartawan Radar Semeru yang bertugas di lapangan tentu dihantui oleh bayang-bayang ketakutan virus corona. Sebab, wujudnya tidak bisa dideteksi. Datangnya dari arah mana juga tidak diketahui. Tetapi efeknya sangat mematikan.

Bahkan, di tengah merebaknya virus korona yang tak kunjung membaik ini, mobilitas wartawan makin tinggi. Terutama untuk mendapatkan up-date berita-berita aktual terkait pandemi covid-19 di Lumajang. Itu semua untuk memenuhi kebutuhan warga kota pisang agar tak ketinggalan informasi. Termasuk terkait dengan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah maupun informasi yang lain.

Karena itu, peran media dan wartawan yang tugasnya penuh risiko ini tak bisa diremehkan. Di satu sisi, wartawan cukup rawan terinfeksi covid. Namun di sisi lain berita-berita yang disuguhkan cukup mengedukasi masyarakat. Bahkan, ikut mendorong Lumajang menjadi daerah yang lebih maju dan dinamis.

Namun di tengah pandemi covid-19 ini hampir seluruh perusahaan media massa mengalami goncangan dahsyat. Sebagian diantaranya sudah ada yang sampai merumahkan karyawannya. Itu dilakukan karena perusahaan sudah tak mampu lagi membayar karyawannya. Mengingat, pemasukan dari hasil pendapatan iklan sudah tak bisa diandalkan untuk menopang biaya produksi maupun operasional.

Begitu kuatnya dampak pandemik covid-19 hingga menyebabkan banyak pelaku industri media bereaksi keras menyikapi kondisi ini. Ada 12 perwakilan institusi yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Media dan Asosiasi Profesi Media. Mereka berasal dari Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS), Dewan Pers, Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Pewarta Foto Indonesia (PFI), Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), dan beberapa yang lain.

Isi kesepakatannya itu diantaranya mendorong negara untuk mengalokasikan dana sosialisasi kebijakan, program atau kampanye penanggulangan covid-19, baik di pusat maupun daerah untuk perusahaan pers. Selanjutnya, mendorong negara untuk memberikan subsidi harga kertas dan biaya listrik perusahaan pers. Menangguhkan kewajiban karyawan dan perusahaan pers membayar iuran BPJS ketenagakerjaan maupun BPJS kesehatan.

Selain itu, para praktisi perusahaan media juga mendorong negara memaksimalkan pemungutan pajak pendapatan dari perusahaan platform global yang beropersi di Indonesia. Seperti dari Google, Facebook, Youtube, Twitter, Instagram, Microsoft dan lain-lain. Hasil pemungutan pajak ini sangat penting untuk menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat dan setara, serta layak dialokasikan untuk pengembangan dan penyelamatan institusi jurnalistik di negeri ini.

Kalau hal itu tidak segera dilakukan, maka jumlah media cetak maupun media elektronik yang kolaps akan semakin banyak. Padahal, sumbangsih media mainstream nondaring terhadap kemajuan negeri ini cukup besar. Sementara kehadiran perusahaan platform global pengelola aplikasi maupun media sosial terkenal yang banyak dikendalikan dari luar negeri ini kontribusinya ke negeri ini tak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh. Maka perlu ada langkah bijak dari pemerintah untuk menyelamatkan media lokal maupun nasional.

Salah satunya, langkah penanganan pandemi covid-19 yang dilakukan oleh Pemkab Lumajang diharapkan lebih transparan. Baik itu menyangkut bentuk program yang akan dilakukan maupun pengalokasian anggarannya. Sehingga, penanganan pandemi covid-19 bisa lebih terukur hasilnya. Termasuk, memanfaatkan peran media dalam menyosialisasikan program itu ke masyarakat.

Dalam suasana penyebaran pandemik covid yang cukup memprihatinkan ini, kru Radar Semeru kemarin masih tetap bersemangat menyiapkan hari ulang tahun yang keenam. Hal ini untuk mengingatkan kembali akan sejarah yang telah diukir di bumi Lumajang. Apalagi acara yang disiapkan di kantor hanya khotmil Quran dan pemotongan tumpeng sebagai tanda rasa syukur. Dilakukan secara sederhana bersamaan dengan buka puasa yang dipimpin oleh H Suharyo, anggota tim ombudsman Radar Jember.

Meski demikian, antusias kolega yang menyatakan ingin hadir langsung ke kantor seperti tahun-tahun sebelumnya cukup banyak. Setidaknya ini menambah kepercayaan diri kami. Bahwa senyatanya koran terbesar di Lumajang ini masih begitu diperhatikan, begitu mendapat tempat. Tidak hanya oleh para pemangku kebijakan, para tokoh tapi juga  masyarakat luas.

Namun, karena situasi yang tidak memungkinkan dengan berat hati dan tanpa mengurangi rasa hormat, tidak semuanya bisa kami penuhi. Hanya beberapa kolega yang diizinkan untuk datang ke kantor kami di Jalan Kiai Ghozali. Itupun waktunya harus dikondisikan supaya tidak datang dalam waktu bersamaan dan dengan pembatasan-pembatasan interaksi berupa physical distancing. Protokoler kesehatan menghadapi covid 19 lah yang mengharuskan demikian. Sedih memang, tapi percayalah semua itu tak akan mampu menggerus silaturahim maupun jalinan sinergi yang telah terjalin. Tetap semangat dan terus memberi yang terbaik untuk Lumajang tercinta. (choliqbaya@gmail.com)

 

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca