24.4 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Sehari Dapat Rp 25 Ribu, Tetap Kerja meski Hujan

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER – Sore itu hujan mengguyur sebagian besar wilayah Jember. Jalanan di sekitar stasiun tampak sepi. Dari jauh, seorang lelaki terlihat pergi dari lokasi pembuangan sampah sementara. Dia pun sempat berteduh, namun melanjutkan pekerjaanya meski hujan deras mengguyur.

Tak lama kemudian, hujan mereda. Supria Anang Syah tampak tersenyum saat dihampiri. Seketika, pria 42 tahun itu berdiri dan berbincang dengan wartawan Jawa Pos Radar Jember. Supri tak mau salaman karena tangannya kotor bekas memilah sampah.

Supri menyebut, menjadi pemulung sudah dilakoninya sekitar 17 tahun terakhir. Dia tak pernah ganti profesi hingga sampai punya dua orang anak. “Mulai dulu sampai sekarang tetap mencari rongsokan. Mencarinya di sekitar stasiun saja dan di tempat sampah ini,” tuturnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Supri mengaku tak pernah berkhayal mendapatkan barang bekas yang banyak. Dia hanya berharap agar mendapatkan rezeki yang cukup. Namun, karena hanya memulung sampah, hasilnya tak pernah banyak. “Hampir setiap hari dapatnya sekitar Rp 25 ribu. Kadang-kadang kurang dari itu. Kalau lebih jarang,” ucap Supri sambil memasukkan barang bekas ke dalam sak yang nyaris penuh.

Hasil tersebut, menurut Supri memang tak cukup. Namun demikian, lantaran tak ada lagi pekerjaan lain yang bisa dilakukan, dia tetap sabar menjalani hidup meski bergelut dengan sampah. Bahkan, saat hujan dia tetap mengais sampah demi mendapatkan barang bekas yang bisa dijual kembali. “Saya tidak pernah kerja lain, hanya ini. Kalau saya berhenti bekerja, nanti di rumah tidak ada yang dimakan,” jelas Supri yang saat itu tak mengenakan baju.

Dikatakan, demi memenuhi kebutuhan keluarganya, Supri yang tinggal di Jember Lor, Kecamatan Patrang tersebut, harus tetap bekerja dalam keadaan apa pun. Termasuk, ketika areal sampah yang menjadi tempatnya mencari barang bekas sudah penuh dengan air hujan.

Perjuangan Supri tak lain demi keluarga tercintanya. “Di rumah istri juga bekerja. Kalau tidak, nggak nutut (tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan, Red),” jelasnya. Supri mengaku selama ini dia dan keluarganya hidup serba pas-pasan. Namun, Supri dan keluarganya tak pernah putus asa untuk tetap berupaya mencari rezeki yang halal.

Supri berharap, dua anaknya kelak bisa menjadi anak yang saleh, berpendidikan, dan bisa menjadi orang yang sukses. Dengan demikian, nasib mereka bisa lebih baik dari apa yang dijalaninya sekarang.

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER – Sore itu hujan mengguyur sebagian besar wilayah Jember. Jalanan di sekitar stasiun tampak sepi. Dari jauh, seorang lelaki terlihat pergi dari lokasi pembuangan sampah sementara. Dia pun sempat berteduh, namun melanjutkan pekerjaanya meski hujan deras mengguyur.

Tak lama kemudian, hujan mereda. Supria Anang Syah tampak tersenyum saat dihampiri. Seketika, pria 42 tahun itu berdiri dan berbincang dengan wartawan Jawa Pos Radar Jember. Supri tak mau salaman karena tangannya kotor bekas memilah sampah.

Supri menyebut, menjadi pemulung sudah dilakoninya sekitar 17 tahun terakhir. Dia tak pernah ganti profesi hingga sampai punya dua orang anak. “Mulai dulu sampai sekarang tetap mencari rongsokan. Mencarinya di sekitar stasiun saja dan di tempat sampah ini,” tuturnya.

Supri mengaku tak pernah berkhayal mendapatkan barang bekas yang banyak. Dia hanya berharap agar mendapatkan rezeki yang cukup. Namun, karena hanya memulung sampah, hasilnya tak pernah banyak. “Hampir setiap hari dapatnya sekitar Rp 25 ribu. Kadang-kadang kurang dari itu. Kalau lebih jarang,” ucap Supri sambil memasukkan barang bekas ke dalam sak yang nyaris penuh.

Hasil tersebut, menurut Supri memang tak cukup. Namun demikian, lantaran tak ada lagi pekerjaan lain yang bisa dilakukan, dia tetap sabar menjalani hidup meski bergelut dengan sampah. Bahkan, saat hujan dia tetap mengais sampah demi mendapatkan barang bekas yang bisa dijual kembali. “Saya tidak pernah kerja lain, hanya ini. Kalau saya berhenti bekerja, nanti di rumah tidak ada yang dimakan,” jelas Supri yang saat itu tak mengenakan baju.

Dikatakan, demi memenuhi kebutuhan keluarganya, Supri yang tinggal di Jember Lor, Kecamatan Patrang tersebut, harus tetap bekerja dalam keadaan apa pun. Termasuk, ketika areal sampah yang menjadi tempatnya mencari barang bekas sudah penuh dengan air hujan.

Perjuangan Supri tak lain demi keluarga tercintanya. “Di rumah istri juga bekerja. Kalau tidak, nggak nutut (tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan, Red),” jelasnya. Supri mengaku selama ini dia dan keluarganya hidup serba pas-pasan. Namun, Supri dan keluarganya tak pernah putus asa untuk tetap berupaya mencari rezeki yang halal.

Supri berharap, dua anaknya kelak bisa menjadi anak yang saleh, berpendidikan, dan bisa menjadi orang yang sukses. Dengan demikian, nasib mereka bisa lebih baik dari apa yang dijalaninya sekarang.

JEMBER, RADARJEMBER – Sore itu hujan mengguyur sebagian besar wilayah Jember. Jalanan di sekitar stasiun tampak sepi. Dari jauh, seorang lelaki terlihat pergi dari lokasi pembuangan sampah sementara. Dia pun sempat berteduh, namun melanjutkan pekerjaanya meski hujan deras mengguyur.

Tak lama kemudian, hujan mereda. Supria Anang Syah tampak tersenyum saat dihampiri. Seketika, pria 42 tahun itu berdiri dan berbincang dengan wartawan Jawa Pos Radar Jember. Supri tak mau salaman karena tangannya kotor bekas memilah sampah.

Supri menyebut, menjadi pemulung sudah dilakoninya sekitar 17 tahun terakhir. Dia tak pernah ganti profesi hingga sampai punya dua orang anak. “Mulai dulu sampai sekarang tetap mencari rongsokan. Mencarinya di sekitar stasiun saja dan di tempat sampah ini,” tuturnya.

Supri mengaku tak pernah berkhayal mendapatkan barang bekas yang banyak. Dia hanya berharap agar mendapatkan rezeki yang cukup. Namun, karena hanya memulung sampah, hasilnya tak pernah banyak. “Hampir setiap hari dapatnya sekitar Rp 25 ribu. Kadang-kadang kurang dari itu. Kalau lebih jarang,” ucap Supri sambil memasukkan barang bekas ke dalam sak yang nyaris penuh.

Hasil tersebut, menurut Supri memang tak cukup. Namun demikian, lantaran tak ada lagi pekerjaan lain yang bisa dilakukan, dia tetap sabar menjalani hidup meski bergelut dengan sampah. Bahkan, saat hujan dia tetap mengais sampah demi mendapatkan barang bekas yang bisa dijual kembali. “Saya tidak pernah kerja lain, hanya ini. Kalau saya berhenti bekerja, nanti di rumah tidak ada yang dimakan,” jelas Supri yang saat itu tak mengenakan baju.

Dikatakan, demi memenuhi kebutuhan keluarganya, Supri yang tinggal di Jember Lor, Kecamatan Patrang tersebut, harus tetap bekerja dalam keadaan apa pun. Termasuk, ketika areal sampah yang menjadi tempatnya mencari barang bekas sudah penuh dengan air hujan.

Perjuangan Supri tak lain demi keluarga tercintanya. “Di rumah istri juga bekerja. Kalau tidak, nggak nutut (tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan, Red),” jelasnya. Supri mengaku selama ini dia dan keluarganya hidup serba pas-pasan. Namun, Supri dan keluarganya tak pernah putus asa untuk tetap berupaya mencari rezeki yang halal.

Supri berharap, dua anaknya kelak bisa menjadi anak yang saleh, berpendidikan, dan bisa menjadi orang yang sukses. Dengan demikian, nasib mereka bisa lebih baik dari apa yang dijalaninya sekarang.

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca