RADAR JEMBER.ID – Bisa dipastikan orang-orang selalu membuang sampah setiap hari. Tak heran, keberadaan sampah yang dihasilkan terus meningkat. Apalagi pada momen-momen tertentu, seperti Agustusan atau hari-hari besar lainnya. Seperti yang terjadi di Alun-Alun Jember ketika ada kegiatan. Jumlah sampah yang dibuang warga meningkat dan lebih banyak dari hari biasanya.
Bagi mereka yang tidak peduli dengan urusan sampah, mungkin hanya tahu kondisi alun-alun tetap bersih. Tetapi, jika ditengok, sampah yang dihasilkan meningkat. Hanya orang-orang yang peduli terhadap sampah yang mengetahui secara pasti berapa volume sampah yang dipungut.
Ahmad, sopir truk pengangkut sampah, mengatakan, khusus untuk sampah di alun-alun, jumlahnya akan meningkat saat ada momen besar seperti Agustusan. “Sampahnya banyak, tetapi masih cukup untuk diangkut dengan satu truk. Itu hanya alun-alun saja,” katanya.
Persoalan sampah di Jember, menurutnya, patut menjadi perhatian bersama. Hal itu bukan hanya di kota, tetapi juga di tempat pembuangan akhir (TPA). Ahmad menyebut, sampah di TPA Pakusari saat ini cukup memprihatinkan akibat alat berat yang rusak. “Alatnya rusak semua, satu yang bisa operasi,” katanya.
Lantaran kekurangan alat berat, sampah di TPA Pakusari kini tak dibuang di lokasi utama seperti sebelum-sebelumnya. “Ini ya tetap dibuang ke Pakusari. Tapi sekarang dibuang di sebelahnya gudang, karena tidak bisa masuk,” jelasnya.
Menurut Wahyudi, salah seorang warga Kaliwates, persoalan sampah bukan hanya terjadi di TPA. Akan tetapi, kampanye akan pemilahan sampah kepada masyarakat juga belum sepenuhnya berhasil.
Hal itu, menurutnya, bisa dibuktikan dengan proses pembuangan awal, yakni sangat jarang orang yang membedakan sampah organik dan anorganik, serta jenis sampah lain. “Pemilahan sampah masih sebatas wacana. Penerapannya masih lemah,” ucapnya.
Wahyudi menyebut, membuang sampah dengan cara memilah memang gampang-gampang susah. Gampangnya, orang bisa melakukan pemilihan antara sampah plastik, kertas, daun, ataupun pun jenis lain. Akan tetapi, yang menjadi susah, hampir di semua tempat umum tidak ada tempat pemilahan sampah seperti yang dimaksud.
“Di alun-alun ada tepat sampah yang berbeda-beda. Tetapi, kebiasaan banyak orang masih membuang sampah dengan cara dicampur. Contohnya, orang yang makan nasi bungkus hampir tidak pernah memilah pembuangan plastik serta kertasnya. Begitu pula dengan nasi kotak, hampir tidak pernah dipilah kertas kotaknya, dengan plastik yang ada di dalamnya. Jadi, pemilahan sampah itu sampai sekarang masih sebatas wacana,” tuturnya.
Agar masyarakat menerapkan pembuangan sampah dengan memilah jenis sampah, menurutnya, kampanye tentang sampah harus terus dilakukan terutama pemerintah. “Jangan bosan-bosan mengampanyekan pentingnya kebersihan. Kalau perlu setiap ada kegiatan, ingatkan saja,” kata Wahyudi berpendapat. (*)