24.3 C
Jember
Friday, 2 June 2023

Kisah Mahasiswa yang Sukses Bisnis Hidroponik

Ada mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Jember yang sukses menekuni bisnis hidroponik. Usahanya berkembang hingga mampu membeli lahan dan memberdayakan tetangganya.

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Siang itu, Ari Dwi Prasmono tampak bersemangat. Pemuda asal Ajung Kulon, Kecamatan Ajung, tersebut itu tak ragu terjun ke dunia bisnis hidroponik. Dia pun mulai merasakan manisnya usaha yang digeluti sejak tiga tahun lalu.

Ari mengaku, dirinya mulai tertarik saat melakukan program kerja di himpunan program studi kampusnya. Dia langsung mempraktikannya sendiri di rumah. Belajar di berbagai tempat juga dilakoninya. Mulai dari bertanya kepada yang berpengalaman, mencari komunitas, hingga belajar dari internet.

Sudah berjalan 3 tahun ini Ari memutuskan untuk membangun bisnis. Modalnya Rp 25 juta dari hasil menjual motor, laptop, dan kamera pribadinya. Usahanya kini semakin berkembang meski sempat mandek selama 4 bulan di pertengahan 2021 karena tuntutan akademik dan PPKM.

Mobile_AP_Rectangle 2

Dari tanaman pakcoi (sawi daging), pemuda berusia 22 tahun ini mulai bertani hidroponik. Sambil meraba-raba pasar, dia sempat membuka lapak hasil panennya sendiri di pinggir jalan. “Awalnya ibu-ibu yang beli nawar dengan harga yang sangat rendah karena belum paham bagaimana hidroponik,” ujar Ari saat ditemui di green house miliknya, kemarin.

Di lahan seluas 18 x 24 meter, petani milenial ini membuat 16 rak hidroponik. Masing-masing rak mempunyai 80 lubang tanam. Dengan sistem NFT (nutrient film technique), kini Ari menekuni selada sebagai produk sayurannya.

Seladanya ini, kata dia, sama sekali tidak memakai pestisida. Pemasarannya sudah mulai lancar. Biasanya tengkulak secara rutin 2 sampai 3 hari sekali mengambil di rumahnya. Dia tidak bekerja sendiri, ada sejumlah karyawan yang merupakan tetangganya.

Selada hidroponik ini sudah masuk ke restoran, hotel, hingga supermarket. Selain itu, dia juga beberapa kali pernah mendapatkan permintaan dari Bondowoso dan Surabaya. Omzet yang bisa didapat dalam sebulan mencapai Rp 12 juta. “Sekali panen ada 100 kilogram,” katanya saat menceritakan perjalanan usahanya.

Menjaga kualitas dan kuantitas secara konsisten diterapkannya. Lulusan salah satu pondok pesantren di Kecamatan Jombang ini mengatakan, berbagai kendala sudah pernah dihadapi. Mulai dari hama sampai ketidakpastian pasar jika musim panen dari luar kota.

Sambil bertani dan berbisnis, Ari sedang menyelesaikan penelitian untuk tugas akhirnya. Kemudian, dalam waktu dekat, kata Ari, akan mencoba mengembangkan produknya dengan hidroponik melon. “Setelah ini saya akan mengambil kursus khusus,” tambahnya.

Mindset untuk berkembang selalu ada di benaknya. Di mana pun selalu dijadikannya tempat belajar dan mencari pengalaman baru. Sebagai anak muda, Ari ingin menularkan semangatnya kepada teman-teman sebayanya. “Jangan pernah gengsi untuk keluar, pintar-pintar membaca peluang,” motivasinya kepada anak muda.

Dunia pertanian semakin lama semakin terbuka, katanya lagi, sehingga pasti akan dibutuhkan. Sebagai anak muda harus mempunyai pandangan. Tidak boleh ragu-ragu. (c2/nur)

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Siang itu, Ari Dwi Prasmono tampak bersemangat. Pemuda asal Ajung Kulon, Kecamatan Ajung, tersebut itu tak ragu terjun ke dunia bisnis hidroponik. Dia pun mulai merasakan manisnya usaha yang digeluti sejak tiga tahun lalu.

Ari mengaku, dirinya mulai tertarik saat melakukan program kerja di himpunan program studi kampusnya. Dia langsung mempraktikannya sendiri di rumah. Belajar di berbagai tempat juga dilakoninya. Mulai dari bertanya kepada yang berpengalaman, mencari komunitas, hingga belajar dari internet.

Sudah berjalan 3 tahun ini Ari memutuskan untuk membangun bisnis. Modalnya Rp 25 juta dari hasil menjual motor, laptop, dan kamera pribadinya. Usahanya kini semakin berkembang meski sempat mandek selama 4 bulan di pertengahan 2021 karena tuntutan akademik dan PPKM.

Dari tanaman pakcoi (sawi daging), pemuda berusia 22 tahun ini mulai bertani hidroponik. Sambil meraba-raba pasar, dia sempat membuka lapak hasil panennya sendiri di pinggir jalan. “Awalnya ibu-ibu yang beli nawar dengan harga yang sangat rendah karena belum paham bagaimana hidroponik,” ujar Ari saat ditemui di green house miliknya, kemarin.

Di lahan seluas 18 x 24 meter, petani milenial ini membuat 16 rak hidroponik. Masing-masing rak mempunyai 80 lubang tanam. Dengan sistem NFT (nutrient film technique), kini Ari menekuni selada sebagai produk sayurannya.

Seladanya ini, kata dia, sama sekali tidak memakai pestisida. Pemasarannya sudah mulai lancar. Biasanya tengkulak secara rutin 2 sampai 3 hari sekali mengambil di rumahnya. Dia tidak bekerja sendiri, ada sejumlah karyawan yang merupakan tetangganya.

Selada hidroponik ini sudah masuk ke restoran, hotel, hingga supermarket. Selain itu, dia juga beberapa kali pernah mendapatkan permintaan dari Bondowoso dan Surabaya. Omzet yang bisa didapat dalam sebulan mencapai Rp 12 juta. “Sekali panen ada 100 kilogram,” katanya saat menceritakan perjalanan usahanya.

Menjaga kualitas dan kuantitas secara konsisten diterapkannya. Lulusan salah satu pondok pesantren di Kecamatan Jombang ini mengatakan, berbagai kendala sudah pernah dihadapi. Mulai dari hama sampai ketidakpastian pasar jika musim panen dari luar kota.

Sambil bertani dan berbisnis, Ari sedang menyelesaikan penelitian untuk tugas akhirnya. Kemudian, dalam waktu dekat, kata Ari, akan mencoba mengembangkan produknya dengan hidroponik melon. “Setelah ini saya akan mengambil kursus khusus,” tambahnya.

Mindset untuk berkembang selalu ada di benaknya. Di mana pun selalu dijadikannya tempat belajar dan mencari pengalaman baru. Sebagai anak muda, Ari ingin menularkan semangatnya kepada teman-teman sebayanya. “Jangan pernah gengsi untuk keluar, pintar-pintar membaca peluang,” motivasinya kepada anak muda.

Dunia pertanian semakin lama semakin terbuka, katanya lagi, sehingga pasti akan dibutuhkan. Sebagai anak muda harus mempunyai pandangan. Tidak boleh ragu-ragu. (c2/nur)

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Siang itu, Ari Dwi Prasmono tampak bersemangat. Pemuda asal Ajung Kulon, Kecamatan Ajung, tersebut itu tak ragu terjun ke dunia bisnis hidroponik. Dia pun mulai merasakan manisnya usaha yang digeluti sejak tiga tahun lalu.

Ari mengaku, dirinya mulai tertarik saat melakukan program kerja di himpunan program studi kampusnya. Dia langsung mempraktikannya sendiri di rumah. Belajar di berbagai tempat juga dilakoninya. Mulai dari bertanya kepada yang berpengalaman, mencari komunitas, hingga belajar dari internet.

Sudah berjalan 3 tahun ini Ari memutuskan untuk membangun bisnis. Modalnya Rp 25 juta dari hasil menjual motor, laptop, dan kamera pribadinya. Usahanya kini semakin berkembang meski sempat mandek selama 4 bulan di pertengahan 2021 karena tuntutan akademik dan PPKM.

Dari tanaman pakcoi (sawi daging), pemuda berusia 22 tahun ini mulai bertani hidroponik. Sambil meraba-raba pasar, dia sempat membuka lapak hasil panennya sendiri di pinggir jalan. “Awalnya ibu-ibu yang beli nawar dengan harga yang sangat rendah karena belum paham bagaimana hidroponik,” ujar Ari saat ditemui di green house miliknya, kemarin.

Di lahan seluas 18 x 24 meter, petani milenial ini membuat 16 rak hidroponik. Masing-masing rak mempunyai 80 lubang tanam. Dengan sistem NFT (nutrient film technique), kini Ari menekuni selada sebagai produk sayurannya.

Seladanya ini, kata dia, sama sekali tidak memakai pestisida. Pemasarannya sudah mulai lancar. Biasanya tengkulak secara rutin 2 sampai 3 hari sekali mengambil di rumahnya. Dia tidak bekerja sendiri, ada sejumlah karyawan yang merupakan tetangganya.

Selada hidroponik ini sudah masuk ke restoran, hotel, hingga supermarket. Selain itu, dia juga beberapa kali pernah mendapatkan permintaan dari Bondowoso dan Surabaya. Omzet yang bisa didapat dalam sebulan mencapai Rp 12 juta. “Sekali panen ada 100 kilogram,” katanya saat menceritakan perjalanan usahanya.

Menjaga kualitas dan kuantitas secara konsisten diterapkannya. Lulusan salah satu pondok pesantren di Kecamatan Jombang ini mengatakan, berbagai kendala sudah pernah dihadapi. Mulai dari hama sampai ketidakpastian pasar jika musim panen dari luar kota.

Sambil bertani dan berbisnis, Ari sedang menyelesaikan penelitian untuk tugas akhirnya. Kemudian, dalam waktu dekat, kata Ari, akan mencoba mengembangkan produknya dengan hidroponik melon. “Setelah ini saya akan mengambil kursus khusus,” tambahnya.

Mindset untuk berkembang selalu ada di benaknya. Di mana pun selalu dijadikannya tempat belajar dan mencari pengalaman baru. Sebagai anak muda, Ari ingin menularkan semangatnya kepada teman-teman sebayanya. “Jangan pernah gengsi untuk keluar, pintar-pintar membaca peluang,” motivasinya kepada anak muda.

Dunia pertanian semakin lama semakin terbuka, katanya lagi, sehingga pasti akan dibutuhkan. Sebagai anak muda harus mempunyai pandangan. Tidak boleh ragu-ragu. (c2/nur)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca

/