JEMBER, RADARJEMBER.ID – Masalah yang menimpa pekerja migran Indonesia (PMI) sepertinya tidak pernah surut. Mulai dari problem keabsahan dokumen kerja, kasus gaji tidak terbayar, hingga rawan menjadi sasaran penipuan di media sosial. Terbaru, Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Jember menerima aduan PMI asal Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, yang upahnya tidak dibayar. Sang majikan adalah warga India yang menetap di Malaysia.
Madiono, salah satu anggota SBMI Jember, mengungkapkan, aduan melalui media sosial itu belum lama ia terima. Melalui Facebook, SBMI telah mengantongi KTP PMI yang bersangkutan. Kini, SBMI masih mencoba untuk mengkroscek data di lapangan. Sebab, pihak keluarga ditengarai tidak begitu paham mengenai pengaduan tersebut. “Dan keluarganya juga belum ngerti SBMI,” kata Difa Ayin, Ketua SBMI Jember.
Menanggapi hal ini, Ketua Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Wilayah Jember Muhammad Iqbal mewanti-wanti, perlu adanya kehati-hatian mengenai aduan yang diterima melalui media sosial. Sebab, pengaduan serupa kerap diterima oleh BP2MI. Namun, setelah ditelusuri ternyata yang melakukan pengaduan merupakan akun abal-abal.
“Kadang, kami menindaklanjuti laporan temuan SBMI yang didapat dari pengaduan di medsos. Kami juga menerima pengaduan langsung di medsos. Setelah kami telusuri, ternyata fake account,” beber Iqbal ketika dihubungi melalui sambungan telepon.
Jika dihitung, dalam kurun waktu 2020 terdapat dua pengaduan melalui media sosial yang diterima BP2MI. Namun, ketika ditindaklanjuti, nyatanya semua aduan itu bodong. “Kami berupaya komunikasi dengan dubes (duta besar, Red). Tiba-tiba tidak ada kabar. Itu yang dua akun. Selain itu, banyak pengaduan yang kami dapat. Namun, gugur ketika di tahap verifikasi akun,” jelasnya.
Meski sampai saat ini kejadian serupa belum ada laporan signifikan, namun Iqbal menjelaskan, permasalahan yang kini marak dihadapi oleh PMI adalah adanya tawaran bekerja dan kuliah di luar negeri. Informasi itu marak disebarkan di Facebook, Line dan pesan berantai WhatsApp. Bahkan, pihaknya sudah mengantongi sekitar 170 pengaduan penipuan berkedok bekerja dan kuliah di luar negeri. “Kemarin ada yang mengadukan dari Dubai,” pungkas Iqbal.
Jurnalis : Dian Cahyani
Fotografer :
Redaktur : Mahrus Sholih