28.4 C
Jember
Thursday, 23 March 2023

Bonsai, Oase Hutan Mini di Tengah Kota

Kawasan yang berada di Jalan Bengawan Solo ini dipenuhi tanaman bonsai dengan berbagai jenis. Tak heran jika area tersebut dijuluki Kampung Bonsai.

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Belakangan ini pencinta tanaman kerdil atau bonsai semakin bermunculan. Mulai dari kalangan remaja, dewasa, hingga lansia. Di tengah kota Jember, tanaman yang hampir banyak ditemui di kawasan hutan dan sungai tersebut justru dibudidayakan oleh masyarakat satu kampung. Ya, layaknya kampung tematik, kampung yang dipenuhi tanaman bonsai ini bernama Jember Bonsai Community (JBC).

Lokasinya tak jauh dari kantor DPRD Kabupaten Jember yang terletak di Jalan Bengawan Solo, Kelurahan/Kecamatan Sumbersari. Hanya dengan berjalan kaki menyeberangi jalan sekitar dua menit, terlihatlah sebuah gang kecil dengan tulisan JBC. Begitu memasuki kampung itu, pengunjung akan dimanjakan oleh tanaman bonsai yang berjejer di depan rumah warga.

Kampung dengan tanaman hias itu belum lama berdiri, yakni sekitar bulan Juni. Terbentuknya JBC itu berawal dari adanya musibah banjir yang menimpa warga yang tinggal di tepian Sungai Bedadung pada awal 2021 silam. Masyarakat perkampungan yang suka memancing akhirnya berinisiatif untuk membentuk komunitas bonsai itu. Mereka mulai mengumpulkan tanaman bonsai dari tepian sungai, dan menanamnya dalam berbagai media untuk dipajang di depan rumah masing-masing.

Mobile_AP_Rectangle 2

Ketua JBC Agus Prajitno menjelaskan, sekumpulan warga yang tergabung dalam komunitas tersebut mencari cara agar tanaman yang menjadi peliharaan kesayangan itu menghasilkan cuan dan terus berkembang. “Pelan-pelan, ada teman di DPMD minta saran untuk dikembangkan. Dari situ kemudian didukung, dan kami teruskan aktivitas ini. Usai adanya pemberitaan, justru semua masyarakat di sini merespons dengan baik dan mulai muncul wacana untuk membuat Kampung Wisata Bonsai (KWB),” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Karena belum setahun, warga kampung yang baru saja dirintis itu setiap harinya bergotong royong menata bonsai. Tanaman mulai ditata di tiap-tiap sudut kampung, dan membuat spot foto berlatar tanaman dan lukisan bonsai. “Kami mulai membentuk sentra, spot selfie, dan untuk menjadi kampung wisata bonsai kami wajibkan di rumah anggota harus menyiapkan bonsai sampel,” imbuh Agus.

Meski hanya sekumpulan warga di perkampungan, namun tujuan dari KWB ini untuk mengedukasi masyarakat umum. Khususnya pencinta bonsai yang semakin hari semakin meningkat. Pasalnya, di luar, banyak pencinta bonsai yang rela membeli dengan harga mahal. Namun, tak sedikit juga pencinta bonsai yang memilih untuk mencari di hutan atau tepian sungai dengan cara eksploitasi.

“Selain untuk pemberdayaan warga sekitar agar bisa mandiri dengan segala kekurangannya, kami juga berniat mengedukasi masyarakat, bahwa kalau mencari bonsai harus ada kewajiban menanamnya kembali, minimal satu bonsai,” katanya.

Jurnalis: Delfi Nihayah
Fotografer: Delfi Nihayah
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Belakangan ini pencinta tanaman kerdil atau bonsai semakin bermunculan. Mulai dari kalangan remaja, dewasa, hingga lansia. Di tengah kota Jember, tanaman yang hampir banyak ditemui di kawasan hutan dan sungai tersebut justru dibudidayakan oleh masyarakat satu kampung. Ya, layaknya kampung tematik, kampung yang dipenuhi tanaman bonsai ini bernama Jember Bonsai Community (JBC).

Lokasinya tak jauh dari kantor DPRD Kabupaten Jember yang terletak di Jalan Bengawan Solo, Kelurahan/Kecamatan Sumbersari. Hanya dengan berjalan kaki menyeberangi jalan sekitar dua menit, terlihatlah sebuah gang kecil dengan tulisan JBC. Begitu memasuki kampung itu, pengunjung akan dimanjakan oleh tanaman bonsai yang berjejer di depan rumah warga.

Kampung dengan tanaman hias itu belum lama berdiri, yakni sekitar bulan Juni. Terbentuknya JBC itu berawal dari adanya musibah banjir yang menimpa warga yang tinggal di tepian Sungai Bedadung pada awal 2021 silam. Masyarakat perkampungan yang suka memancing akhirnya berinisiatif untuk membentuk komunitas bonsai itu. Mereka mulai mengumpulkan tanaman bonsai dari tepian sungai, dan menanamnya dalam berbagai media untuk dipajang di depan rumah masing-masing.

Ketua JBC Agus Prajitno menjelaskan, sekumpulan warga yang tergabung dalam komunitas tersebut mencari cara agar tanaman yang menjadi peliharaan kesayangan itu menghasilkan cuan dan terus berkembang. “Pelan-pelan, ada teman di DPMD minta saran untuk dikembangkan. Dari situ kemudian didukung, dan kami teruskan aktivitas ini. Usai adanya pemberitaan, justru semua masyarakat di sini merespons dengan baik dan mulai muncul wacana untuk membuat Kampung Wisata Bonsai (KWB),” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Karena belum setahun, warga kampung yang baru saja dirintis itu setiap harinya bergotong royong menata bonsai. Tanaman mulai ditata di tiap-tiap sudut kampung, dan membuat spot foto berlatar tanaman dan lukisan bonsai. “Kami mulai membentuk sentra, spot selfie, dan untuk menjadi kampung wisata bonsai kami wajibkan di rumah anggota harus menyiapkan bonsai sampel,” imbuh Agus.

Meski hanya sekumpulan warga di perkampungan, namun tujuan dari KWB ini untuk mengedukasi masyarakat umum. Khususnya pencinta bonsai yang semakin hari semakin meningkat. Pasalnya, di luar, banyak pencinta bonsai yang rela membeli dengan harga mahal. Namun, tak sedikit juga pencinta bonsai yang memilih untuk mencari di hutan atau tepian sungai dengan cara eksploitasi.

“Selain untuk pemberdayaan warga sekitar agar bisa mandiri dengan segala kekurangannya, kami juga berniat mengedukasi masyarakat, bahwa kalau mencari bonsai harus ada kewajiban menanamnya kembali, minimal satu bonsai,” katanya.

Jurnalis: Delfi Nihayah
Fotografer: Delfi Nihayah
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Belakangan ini pencinta tanaman kerdil atau bonsai semakin bermunculan. Mulai dari kalangan remaja, dewasa, hingga lansia. Di tengah kota Jember, tanaman yang hampir banyak ditemui di kawasan hutan dan sungai tersebut justru dibudidayakan oleh masyarakat satu kampung. Ya, layaknya kampung tematik, kampung yang dipenuhi tanaman bonsai ini bernama Jember Bonsai Community (JBC).

Lokasinya tak jauh dari kantor DPRD Kabupaten Jember yang terletak di Jalan Bengawan Solo, Kelurahan/Kecamatan Sumbersari. Hanya dengan berjalan kaki menyeberangi jalan sekitar dua menit, terlihatlah sebuah gang kecil dengan tulisan JBC. Begitu memasuki kampung itu, pengunjung akan dimanjakan oleh tanaman bonsai yang berjejer di depan rumah warga.

Kampung dengan tanaman hias itu belum lama berdiri, yakni sekitar bulan Juni. Terbentuknya JBC itu berawal dari adanya musibah banjir yang menimpa warga yang tinggal di tepian Sungai Bedadung pada awal 2021 silam. Masyarakat perkampungan yang suka memancing akhirnya berinisiatif untuk membentuk komunitas bonsai itu. Mereka mulai mengumpulkan tanaman bonsai dari tepian sungai, dan menanamnya dalam berbagai media untuk dipajang di depan rumah masing-masing.

Ketua JBC Agus Prajitno menjelaskan, sekumpulan warga yang tergabung dalam komunitas tersebut mencari cara agar tanaman yang menjadi peliharaan kesayangan itu menghasilkan cuan dan terus berkembang. “Pelan-pelan, ada teman di DPMD minta saran untuk dikembangkan. Dari situ kemudian didukung, dan kami teruskan aktivitas ini. Usai adanya pemberitaan, justru semua masyarakat di sini merespons dengan baik dan mulai muncul wacana untuk membuat Kampung Wisata Bonsai (KWB),” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Karena belum setahun, warga kampung yang baru saja dirintis itu setiap harinya bergotong royong menata bonsai. Tanaman mulai ditata di tiap-tiap sudut kampung, dan membuat spot foto berlatar tanaman dan lukisan bonsai. “Kami mulai membentuk sentra, spot selfie, dan untuk menjadi kampung wisata bonsai kami wajibkan di rumah anggota harus menyiapkan bonsai sampel,” imbuh Agus.

Meski hanya sekumpulan warga di perkampungan, namun tujuan dari KWB ini untuk mengedukasi masyarakat umum. Khususnya pencinta bonsai yang semakin hari semakin meningkat. Pasalnya, di luar, banyak pencinta bonsai yang rela membeli dengan harga mahal. Namun, tak sedikit juga pencinta bonsai yang memilih untuk mencari di hutan atau tepian sungai dengan cara eksploitasi.

“Selain untuk pemberdayaan warga sekitar agar bisa mandiri dengan segala kekurangannya, kami juga berniat mengedukasi masyarakat, bahwa kalau mencari bonsai harus ada kewajiban menanamnya kembali, minimal satu bonsai,” katanya.

Jurnalis: Delfi Nihayah
Fotografer: Delfi Nihayah
Editor: Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca