RADAR JEMBER.ID – Tak seperti biasanya, para guru di SMP Nuris mulai menggunakan sepeda ketika pergi ke sekolah. Mereka tampak ceria ketika bersama-sama mengayuh sepeda. Rupanya, kegiatan ini berlangsung sekitar sebulan.
Suharto, salah satu guru di sekolah ini pun tampak begitu semangat bersepeda. Dari rumahnya di perumahan Rembangan Hill Baratan, dia mengayuh sepeda ke sekolah. “Kalau waktu mepet, tetap bawa sepeda motor, tapi di lingkungan pesantren harus pakai sepeda,” jelasnya.
Guru yang jaraknya cukup jauh tetap membawa sepeda motor ke sekolah. Namun, di sekolah disediakan area parkir khusus. Ketika tiba di kawasan pesantren, mereka disediakan sepeda. “Tiba di lingkungan pesantren, ganti pakai sepeda kalau mau ke SMP,” akunya.
Penerapan diwajibkannya para pengajar menggunakan sepeda mendapat apresiasi dari para santri. Mereka tidak terganggu dengan kebisingan sepeda motor ataupun mobil. “Banyak yang mengapresiasi, bisa menjadi contoh bagi lembaga lain,” tuturnya.
“Ini bisa mengurangi polusi udara di lingkungan pesantren,” tambah Ahmad Nanang Rasyid, guru lainnya. Menurut dia, gerakan bersepeda ke sekolah itu menjadi upaya untuk merawat lingkungan dan udara yang bersih.
Apalagi, Ponpes Nuris sedang melakukan pembangunan. Perlu upaya untuk mengurangi polusi udara. Selain gerakan bersepeda, juga melakukan penghijauan. “Gerakan ini sudah dimulai sekitar satu bulan,” tambah Kepala SMP Nuris Gus Rahmatulloh Rijal.
Menurut dia, gerakan bersepeda ke sekolah itu karena pihaknya tak ingin udara menjadi kotor. Sebab, tercemari oleh asap kendaraan bermotor dan debu yang beterbangan. “Tujuan untuk kesehatan, apalagi Nuris tambah luas, jarak dari tempat ke tempat yang lain cukup jauh,” terangnya.
Selain itu, para pelajar juga diwajibkan mondok. Mereka berjalan kaki dari asrama ke sekolah. “Kami ingin mentradisikan jalan kaki, atau naik sepeda selama di kawasan Nuris,” terangnya. Bila tak ada sepeda, maka mereka bisa berjalan kaki.
Ide ini mendapat sambutan baik dari para guru dan pelajar. Tak heran, mereka berlomba-lomba mewujudkan udara yang bersih dengan bersepeda. Harapannya, bisa diikuti oleh sekolah yang lain. “Semua kompak naik sepeda untuk pergi mengajar,” ujarnya.
Sekolah menyediakan sekitar 12 sepeda di lingkungan sekolah. Sementara itu, ada sekitar 30 guru di lingkungan SMP Nuris. Namun, ada beberapa guru yang membawa sepeda sendiri.
Dia menjelaskan, Ponpes Nuris sedang melakukan pembangunan. Di lembaga yang sudah dibangun juga disediakan taman agar lingkungan semakin hijau. “Kami juga melakukan penghijauan, menanam pohon di depan kelas,” tuturnya.
Milal, pondok tahfiz yang sudah selesai, halamannya diberi taman. Begitu juga dengan gedung yang lain. “Kalau musim kemarau, butuh taman untuk kenyamanan belajar, butuh pemandangan hijau,” tuturnya.
Di lingkungan pesantren, kesadaran menjaga lingkungan diterapkan dengan berbagai cara. Seperti piket menjaga kebersihan, sanksi berupa menjaga kebersihan, hingga memberikan contoh langsung dari para kiai dan pengurus pesantren.
Santri diajarkan untuk mengamalkan ilmunya. Meskipun ilmunya tak banyak, tapi ada manfaat. Misal dengan membuang sampah pada tempatnya. “Gerakan bersepeda ini juga menjadikan guru dan murid semakin akrab, tak ada jarak,” pungkasnya. (*)