Mobile_AP_Rectangle 1
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Jumlah pengungsi erupsi Semeru di Jember terus bertambah. Data terbaru Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, sementara ini ada 220 jiwa dalam 66 kepala keluarga (KK). Mulai dari balita, anak-anak, dewasa, hingga lansia. Mereka tersebar di delapan kecamatan. Meliputi Kencong, Gumukmas, Jombang, Semboro, Tanggul, Ambulu, Sumberbaru, dan Kecamatan Mumbulsari.
Plt Kepala BPBD Jember Sigit Akbar mengatakan, warga Lumajang yang mengungsi ke Jember itu karena mereka sudah terlalu lama tinggal di tenda. “Karena memang di sana mereka tidak bisa kembali lagi ke rumahnya. Dan terlalu lama tinggal di tenda. Pendataan terbaru jumlahnya bertambah,” kata Sigit, kemarin (17/12).
Lantaran tinggal di Jember, para pengungsi itu dikhawatirkan tidak terdata sebagai penerima bantuan seperti pada lokasi pengungsian di Lumajang. “Yang kami khawatirkan, mereka juga tidak terdata dan mendapatkan program relokasi, yang akan mendapatkan bantuan rumah dan bantuan lain. Untuk itu, kami data terus dan komunikasikan dengan Lumajang. Biar tidak dianggap orang-orang hilang,” tambah Sigit.
Mobile_AP_Rectangle 2
Sigit berharap para relawan dari Jember yang menggelontorkan bantuan untuk bencana Semeru lebih memprioritaskan para korban yang saat ini ada di Jember. Sebab, hingga saat ini Lumajang mengalami kelebihan bantuan atau sudah overload. Diprediksi, bantuan yang ada di Lumajang saat ini dapat digunakan hingga dua bulan ke depan.
“Lumajang sudah menolak karena bantuan terlalu banyak. Dalam hitungan dua bulan ke depan mereka sudah cukup untuk itu. Yang dibutuhkan adalah yang ada di Jember. Mereka tidak terpantau,” pungkas Sigit. (ani/c2/rus)Top of Form
- Advertisement -
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Jumlah pengungsi erupsi Semeru di Jember terus bertambah. Data terbaru Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, sementara ini ada 220 jiwa dalam 66 kepala keluarga (KK). Mulai dari balita, anak-anak, dewasa, hingga lansia. Mereka tersebar di delapan kecamatan. Meliputi Kencong, Gumukmas, Jombang, Semboro, Tanggul, Ambulu, Sumberbaru, dan Kecamatan Mumbulsari.
Plt Kepala BPBD Jember Sigit Akbar mengatakan, warga Lumajang yang mengungsi ke Jember itu karena mereka sudah terlalu lama tinggal di tenda. “Karena memang di sana mereka tidak bisa kembali lagi ke rumahnya. Dan terlalu lama tinggal di tenda. Pendataan terbaru jumlahnya bertambah,” kata Sigit, kemarin (17/12).
Lantaran tinggal di Jember, para pengungsi itu dikhawatirkan tidak terdata sebagai penerima bantuan seperti pada lokasi pengungsian di Lumajang. “Yang kami khawatirkan, mereka juga tidak terdata dan mendapatkan program relokasi, yang akan mendapatkan bantuan rumah dan bantuan lain. Untuk itu, kami data terus dan komunikasikan dengan Lumajang. Biar tidak dianggap orang-orang hilang,” tambah Sigit.
Sigit berharap para relawan dari Jember yang menggelontorkan bantuan untuk bencana Semeru lebih memprioritaskan para korban yang saat ini ada di Jember. Sebab, hingga saat ini Lumajang mengalami kelebihan bantuan atau sudah overload. Diprediksi, bantuan yang ada di Lumajang saat ini dapat digunakan hingga dua bulan ke depan.
“Lumajang sudah menolak karena bantuan terlalu banyak. Dalam hitungan dua bulan ke depan mereka sudah cukup untuk itu. Yang dibutuhkan adalah yang ada di Jember. Mereka tidak terpantau,” pungkas Sigit. (ani/c2/rus)Top of Form
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Jumlah pengungsi erupsi Semeru di Jember terus bertambah. Data terbaru Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, sementara ini ada 220 jiwa dalam 66 kepala keluarga (KK). Mulai dari balita, anak-anak, dewasa, hingga lansia. Mereka tersebar di delapan kecamatan. Meliputi Kencong, Gumukmas, Jombang, Semboro, Tanggul, Ambulu, Sumberbaru, dan Kecamatan Mumbulsari.
Plt Kepala BPBD Jember Sigit Akbar mengatakan, warga Lumajang yang mengungsi ke Jember itu karena mereka sudah terlalu lama tinggal di tenda. “Karena memang di sana mereka tidak bisa kembali lagi ke rumahnya. Dan terlalu lama tinggal di tenda. Pendataan terbaru jumlahnya bertambah,” kata Sigit, kemarin (17/12).
Lantaran tinggal di Jember, para pengungsi itu dikhawatirkan tidak terdata sebagai penerima bantuan seperti pada lokasi pengungsian di Lumajang. “Yang kami khawatirkan, mereka juga tidak terdata dan mendapatkan program relokasi, yang akan mendapatkan bantuan rumah dan bantuan lain. Untuk itu, kami data terus dan komunikasikan dengan Lumajang. Biar tidak dianggap orang-orang hilang,” tambah Sigit.
Sigit berharap para relawan dari Jember yang menggelontorkan bantuan untuk bencana Semeru lebih memprioritaskan para korban yang saat ini ada di Jember. Sebab, hingga saat ini Lumajang mengalami kelebihan bantuan atau sudah overload. Diprediksi, bantuan yang ada di Lumajang saat ini dapat digunakan hingga dua bulan ke depan.
“Lumajang sudah menolak karena bantuan terlalu banyak. Dalam hitungan dua bulan ke depan mereka sudah cukup untuk itu. Yang dibutuhkan adalah yang ada di Jember. Mereka tidak terpantau,” pungkas Sigit. (ani/c2/rus)Top of Form