22.8 C
Jember
Tuesday, 21 March 2023

Jember Tangani Dampak Ditinggal Orang Tua Akibat Covid-19

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER LOR, RADARJEMBER.ID – Pandemi Covid-19 juga memberikan dampak yang sangat besar terhadap anak-anak. Khususnya mereka yang kehilangan orang tuanya akibat penyakit yang menjadi wabah di seluruh dunia ini.

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember menyebutkan, sejak 2020 hingga saat ini setidaknya terdapat 33 anak dari 31 kecamatan di Jember yang menjadi yatim piatu. Sebabnya, orang tua mereka meninggal karena Covid-19. Data tersebut berdasarkan penelusuran Dinas Kesehatan yang bekerja sama dengan rumah sakit dan puskesmas.

Ironisnya, seluruhnya adalah anak berusia sekolah. Oleh sebab itu, akses pendidikan dan pemenuhan hak anak berpotensi mengalami hambatan. Belum lagi, pemulihan kesehatan secara psikologis seusai ditinggal orang tua.

Mobile_AP_Rectangle 2

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Suprihandoko menuturkan, untuk menormalkan semuanya, prosesnya cukup panjang. Perlu adanya stimulus secara psikologis sebagai penguat. Berikutnya adalah menindaklanjuti pemenuhan hak-hak anak. Salah satunya adalah hak pendidikan.

Pihaknya berupaya memenuhi hak-hak anak melalui pengarusutamaan hak anak. Baik secara psikologis maupun secara materiel. Salah satu upaya pemenuhan secara materiel adalah melalui program orang tua asuh oleh Bhayangkari. Dengan demikian, hak-hak anak dapat terjamin. “Ke-33 anak ini mendapat fasilitas berupa orang tua asuh. Ini salah satu upaya pengarusutamaan hak anak,” kata dia, Jumat (17/9).

Sementara itu, secara psikologis, anak-anak yang ditinggal orang tuanya akan mendapat pendampingan. Tujuannya untuk menurunkan trauma dan stres. “Penanganan secara psikologis kami lakukan dengan HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia, Red),” imbuh Suprihandoko.

Dengan demikian, baik secara psikologis maupun secara materiel, anak-anak yatim piatu dapat tetap mendapatkan hak-haknya. Ia berharap nantinya akses pendidikan bagi anak-anak yang kehilangan orang tua dapat terpenuhi. Sehingga tidak sampai menimbulkan putus sekolah. Sebab, selama pandemi melanda, angka putus sekolah meningkat. Beberapa insiden pernikahan dini juga meningkat.

Reporter : Dian Cahyani

Fotografer : Dian Cahyani

Editor : Lintang Anis Bena Kinanti

- Advertisement -

JEMBER LOR, RADARJEMBER.ID – Pandemi Covid-19 juga memberikan dampak yang sangat besar terhadap anak-anak. Khususnya mereka yang kehilangan orang tuanya akibat penyakit yang menjadi wabah di seluruh dunia ini.

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember menyebutkan, sejak 2020 hingga saat ini setidaknya terdapat 33 anak dari 31 kecamatan di Jember yang menjadi yatim piatu. Sebabnya, orang tua mereka meninggal karena Covid-19. Data tersebut berdasarkan penelusuran Dinas Kesehatan yang bekerja sama dengan rumah sakit dan puskesmas.

Ironisnya, seluruhnya adalah anak berusia sekolah. Oleh sebab itu, akses pendidikan dan pemenuhan hak anak berpotensi mengalami hambatan. Belum lagi, pemulihan kesehatan secara psikologis seusai ditinggal orang tua.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Suprihandoko menuturkan, untuk menormalkan semuanya, prosesnya cukup panjang. Perlu adanya stimulus secara psikologis sebagai penguat. Berikutnya adalah menindaklanjuti pemenuhan hak-hak anak. Salah satunya adalah hak pendidikan.

Pihaknya berupaya memenuhi hak-hak anak melalui pengarusutamaan hak anak. Baik secara psikologis maupun secara materiel. Salah satu upaya pemenuhan secara materiel adalah melalui program orang tua asuh oleh Bhayangkari. Dengan demikian, hak-hak anak dapat terjamin. “Ke-33 anak ini mendapat fasilitas berupa orang tua asuh. Ini salah satu upaya pengarusutamaan hak anak,” kata dia, Jumat (17/9).

Sementara itu, secara psikologis, anak-anak yang ditinggal orang tuanya akan mendapat pendampingan. Tujuannya untuk menurunkan trauma dan stres. “Penanganan secara psikologis kami lakukan dengan HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia, Red),” imbuh Suprihandoko.

Dengan demikian, baik secara psikologis maupun secara materiel, anak-anak yatim piatu dapat tetap mendapatkan hak-haknya. Ia berharap nantinya akses pendidikan bagi anak-anak yang kehilangan orang tua dapat terpenuhi. Sehingga tidak sampai menimbulkan putus sekolah. Sebab, selama pandemi melanda, angka putus sekolah meningkat. Beberapa insiden pernikahan dini juga meningkat.

Reporter : Dian Cahyani

Fotografer : Dian Cahyani

Editor : Lintang Anis Bena Kinanti

JEMBER LOR, RADARJEMBER.ID – Pandemi Covid-19 juga memberikan dampak yang sangat besar terhadap anak-anak. Khususnya mereka yang kehilangan orang tuanya akibat penyakit yang menjadi wabah di seluruh dunia ini.

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember menyebutkan, sejak 2020 hingga saat ini setidaknya terdapat 33 anak dari 31 kecamatan di Jember yang menjadi yatim piatu. Sebabnya, orang tua mereka meninggal karena Covid-19. Data tersebut berdasarkan penelusuran Dinas Kesehatan yang bekerja sama dengan rumah sakit dan puskesmas.

Ironisnya, seluruhnya adalah anak berusia sekolah. Oleh sebab itu, akses pendidikan dan pemenuhan hak anak berpotensi mengalami hambatan. Belum lagi, pemulihan kesehatan secara psikologis seusai ditinggal orang tua.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Suprihandoko menuturkan, untuk menormalkan semuanya, prosesnya cukup panjang. Perlu adanya stimulus secara psikologis sebagai penguat. Berikutnya adalah menindaklanjuti pemenuhan hak-hak anak. Salah satunya adalah hak pendidikan.

Pihaknya berupaya memenuhi hak-hak anak melalui pengarusutamaan hak anak. Baik secara psikologis maupun secara materiel. Salah satu upaya pemenuhan secara materiel adalah melalui program orang tua asuh oleh Bhayangkari. Dengan demikian, hak-hak anak dapat terjamin. “Ke-33 anak ini mendapat fasilitas berupa orang tua asuh. Ini salah satu upaya pengarusutamaan hak anak,” kata dia, Jumat (17/9).

Sementara itu, secara psikologis, anak-anak yang ditinggal orang tuanya akan mendapat pendampingan. Tujuannya untuk menurunkan trauma dan stres. “Penanganan secara psikologis kami lakukan dengan HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia, Red),” imbuh Suprihandoko.

Dengan demikian, baik secara psikologis maupun secara materiel, anak-anak yatim piatu dapat tetap mendapatkan hak-haknya. Ia berharap nantinya akses pendidikan bagi anak-anak yang kehilangan orang tua dapat terpenuhi. Sehingga tidak sampai menimbulkan putus sekolah. Sebab, selama pandemi melanda, angka putus sekolah meningkat. Beberapa insiden pernikahan dini juga meningkat.

Reporter : Dian Cahyani

Fotografer : Dian Cahyani

Editor : Lintang Anis Bena Kinanti

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca