26.6 C
Jember
Wednesday, 31 May 2023

Seorang Guru Penyintas Covid-19 Hasilkan Tulisan Karena Cinta

Tulisan itu menjadi buku yang diberi judul Lepas dari Korona dengan Cinta.

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – BUKU setebal 219 halaman itu masih dipegang erat oleh Afifa. Sesekali dia membuka dan membacanya lagi, tulisan-tulisan yang berisi perjalanan hidupnya kala dia dinyatakan terpapar Covid-19, sekitar medio Desember 2020 lalu. “Ini salah satu buku yang sangat mewakili perjalanan saya,” akunya, saat ditemui Jawa Pos Radar Jember, di rumahnya, lingkungan Perumahan Tegal Besar Permai 1, RT 01 RW 10 Kelurahan Tegal Besar, Kaliwates.

Ibu dua anak ini sepertinya masih mengingat betul bagaimana badai Covid-19 saat itu menimpanya. Bahkan suami dan dua buah hatinya juga tak luput dari sasaran virus tersebut.

Tidak sampai di situ, lingkungan yang semestinya menjadi unsur pendukung kala seseorang dilanda musibah, justru sebaliknya. Dia merasa tersisih lantaran sempat dinyatakan positif. “Dulu masih gencar-gencarnya virus. Memang banyak warga sekitar rumah saya. Termasuk suami saya,” kenangnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Dia mengisahkan, awalnya yang terlebih dulu terpapar sang suami, Muhib Alwi. Suaminya bahkan harus masuk ICU selama tiga hari dan menjalani perawatan intensif selama 17 hari. Tekanan psikis jelas dirasakan Afifa beserta dua buah hatinya. “Karena suami saya mau napas itu sulit. Kita yang mau jenguk juga sulit,” akunya.

Ujian tidak terhenti di situ. Setelah sang suami dinyatakan sehat, dokter yang memeriksanya menganjurkan dirawat di rumahnya. Namun, petaka kembali datang. Dalam hitungan hari, giliran Afifa yang dinyatakan positif Covid-19. “Bahkan saya sampai ditelepon petugas, untuk dibawa ke isolasi terpusat di JSG. Dalam benak saat itu, bagaimana nasib anak saya dan mengajar saya,” sesalnya.

Di saat gundah itu, pihak sekolah tempat Afifa bertugas, SMPN 2 Ajung, mengetahui kondisi Afifa bahwa dia positif terpapar Covid-19. Akhirnya dia pun terpaksa dibebastugaskan dari jam mengajarnya. Afifa diminta untuk tidak mengajar selama beberapa pekan kemudian, sebelum dia benar-benar dinyatakan sehat. Bahkan untuk mengajar dari rumah secara daring, dia belum diizinkan.

Belum lagi saat itu, kata dia, keparnoan tetangga yang masih membalut keluarganya karena sebagai penyintas, benar-benar menjadi pukulan di benaknya. “Anak saya yang mau latihan hadrah saja, itu diminta libur. Sudah di sekolah libur ngajar, suami baru pulang, anak tidak bisa beraktivitas. Sangat jadi tekanan buat saya,” kata guru IPA ini.

Entah dapat ilham dari mana, di tengah kondisinya yang carut-marut itu, Afifa ingin menuliskan perjalanan kisahnya melawan virus tersebut. Dia memulai setahap demi setahap menulis sebuah tulisan mengenai perjalanan hidupnya, hingga kemudian dikumpulkannya tulisan itu menjadi buku yang diberi judul Lepas dari Korona dengan Cinta.

Kata Afifa, buku itu sejatinya berangkat dari kegelisahan batinnya, diangkat dari kisah nyata, kala dia dan keluarganya terpapar Covid-19. Ada beberapa tema yang dia sajikan dalam tulisannya itu. Salah satu gagasannya adalah tentang cinta, yang sejatinya harus diupayakan, ditunjukkan, kepada siapa pun dan dalam kondisi apa pun. Dia juga mengkritik soal keparnoan masyarakat, bahkan termasuk sekolahnya, yang terkesan menutup diri ketika terjadi suatu musibah tanpa ada saling support. “Sengaja saya kemas judulnya dengan kata ‘cinta’. Saya ingin membuka cara pandang pembaca bahwa cinta itu memiliki kekuatan membangkitkan dan membangun kepedulian,” terang ibu 43 tahun ini.

Tidak butuh waktu lama, Afifa merampungkan buku keduanya itu selama tiga bulan. Peluncuran buku itu juga baru-baru kemarin, sekitar akhir 2021 lalu dia mencetak sebanyak 200 eksemplar. Bagi dia, tulisan tidak hanya berisi pengalaman hidup seseorang, namun ada banyak pelajaran berharga di sana yang dirasa perlu ia sampaikan, khususnya kepada kedua buah hatinya.

Sebenarnya, selain buku tersebut, dia juga sempat menulis buku pertamanya berjudul Berdiri di Atas Dua Cinta. “Ini sedang proses penulisan buku ketiga saya, temanya tentang kondisi siswa selama KBM daring. Ada yang hamil, narkoba, kecanduan game online, dan lainnya. Semoga segera rampung,” harapnya. (c2/nur)

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – BUKU setebal 219 halaman itu masih dipegang erat oleh Afifa. Sesekali dia membuka dan membacanya lagi, tulisan-tulisan yang berisi perjalanan hidupnya kala dia dinyatakan terpapar Covid-19, sekitar medio Desember 2020 lalu. “Ini salah satu buku yang sangat mewakili perjalanan saya,” akunya, saat ditemui Jawa Pos Radar Jember, di rumahnya, lingkungan Perumahan Tegal Besar Permai 1, RT 01 RW 10 Kelurahan Tegal Besar, Kaliwates.

Ibu dua anak ini sepertinya masih mengingat betul bagaimana badai Covid-19 saat itu menimpanya. Bahkan suami dan dua buah hatinya juga tak luput dari sasaran virus tersebut.

Tidak sampai di situ, lingkungan yang semestinya menjadi unsur pendukung kala seseorang dilanda musibah, justru sebaliknya. Dia merasa tersisih lantaran sempat dinyatakan positif. “Dulu masih gencar-gencarnya virus. Memang banyak warga sekitar rumah saya. Termasuk suami saya,” kenangnya.

Dia mengisahkan, awalnya yang terlebih dulu terpapar sang suami, Muhib Alwi. Suaminya bahkan harus masuk ICU selama tiga hari dan menjalani perawatan intensif selama 17 hari. Tekanan psikis jelas dirasakan Afifa beserta dua buah hatinya. “Karena suami saya mau napas itu sulit. Kita yang mau jenguk juga sulit,” akunya.

Ujian tidak terhenti di situ. Setelah sang suami dinyatakan sehat, dokter yang memeriksanya menganjurkan dirawat di rumahnya. Namun, petaka kembali datang. Dalam hitungan hari, giliran Afifa yang dinyatakan positif Covid-19. “Bahkan saya sampai ditelepon petugas, untuk dibawa ke isolasi terpusat di JSG. Dalam benak saat itu, bagaimana nasib anak saya dan mengajar saya,” sesalnya.

Di saat gundah itu, pihak sekolah tempat Afifa bertugas, SMPN 2 Ajung, mengetahui kondisi Afifa bahwa dia positif terpapar Covid-19. Akhirnya dia pun terpaksa dibebastugaskan dari jam mengajarnya. Afifa diminta untuk tidak mengajar selama beberapa pekan kemudian, sebelum dia benar-benar dinyatakan sehat. Bahkan untuk mengajar dari rumah secara daring, dia belum diizinkan.

Belum lagi saat itu, kata dia, keparnoan tetangga yang masih membalut keluarganya karena sebagai penyintas, benar-benar menjadi pukulan di benaknya. “Anak saya yang mau latihan hadrah saja, itu diminta libur. Sudah di sekolah libur ngajar, suami baru pulang, anak tidak bisa beraktivitas. Sangat jadi tekanan buat saya,” kata guru IPA ini.

Entah dapat ilham dari mana, di tengah kondisinya yang carut-marut itu, Afifa ingin menuliskan perjalanan kisahnya melawan virus tersebut. Dia memulai setahap demi setahap menulis sebuah tulisan mengenai perjalanan hidupnya, hingga kemudian dikumpulkannya tulisan itu menjadi buku yang diberi judul Lepas dari Korona dengan Cinta.

Kata Afifa, buku itu sejatinya berangkat dari kegelisahan batinnya, diangkat dari kisah nyata, kala dia dan keluarganya terpapar Covid-19. Ada beberapa tema yang dia sajikan dalam tulisannya itu. Salah satu gagasannya adalah tentang cinta, yang sejatinya harus diupayakan, ditunjukkan, kepada siapa pun dan dalam kondisi apa pun. Dia juga mengkritik soal keparnoan masyarakat, bahkan termasuk sekolahnya, yang terkesan menutup diri ketika terjadi suatu musibah tanpa ada saling support. “Sengaja saya kemas judulnya dengan kata ‘cinta’. Saya ingin membuka cara pandang pembaca bahwa cinta itu memiliki kekuatan membangkitkan dan membangun kepedulian,” terang ibu 43 tahun ini.

Tidak butuh waktu lama, Afifa merampungkan buku keduanya itu selama tiga bulan. Peluncuran buku itu juga baru-baru kemarin, sekitar akhir 2021 lalu dia mencetak sebanyak 200 eksemplar. Bagi dia, tulisan tidak hanya berisi pengalaman hidup seseorang, namun ada banyak pelajaran berharga di sana yang dirasa perlu ia sampaikan, khususnya kepada kedua buah hatinya.

Sebenarnya, selain buku tersebut, dia juga sempat menulis buku pertamanya berjudul Berdiri di Atas Dua Cinta. “Ini sedang proses penulisan buku ketiga saya, temanya tentang kondisi siswa selama KBM daring. Ada yang hamil, narkoba, kecanduan game online, dan lainnya. Semoga segera rampung,” harapnya. (c2/nur)

JEMBER, RADARJEMBER.ID – BUKU setebal 219 halaman itu masih dipegang erat oleh Afifa. Sesekali dia membuka dan membacanya lagi, tulisan-tulisan yang berisi perjalanan hidupnya kala dia dinyatakan terpapar Covid-19, sekitar medio Desember 2020 lalu. “Ini salah satu buku yang sangat mewakili perjalanan saya,” akunya, saat ditemui Jawa Pos Radar Jember, di rumahnya, lingkungan Perumahan Tegal Besar Permai 1, RT 01 RW 10 Kelurahan Tegal Besar, Kaliwates.

Ibu dua anak ini sepertinya masih mengingat betul bagaimana badai Covid-19 saat itu menimpanya. Bahkan suami dan dua buah hatinya juga tak luput dari sasaran virus tersebut.

Tidak sampai di situ, lingkungan yang semestinya menjadi unsur pendukung kala seseorang dilanda musibah, justru sebaliknya. Dia merasa tersisih lantaran sempat dinyatakan positif. “Dulu masih gencar-gencarnya virus. Memang banyak warga sekitar rumah saya. Termasuk suami saya,” kenangnya.

Dia mengisahkan, awalnya yang terlebih dulu terpapar sang suami, Muhib Alwi. Suaminya bahkan harus masuk ICU selama tiga hari dan menjalani perawatan intensif selama 17 hari. Tekanan psikis jelas dirasakan Afifa beserta dua buah hatinya. “Karena suami saya mau napas itu sulit. Kita yang mau jenguk juga sulit,” akunya.

Ujian tidak terhenti di situ. Setelah sang suami dinyatakan sehat, dokter yang memeriksanya menganjurkan dirawat di rumahnya. Namun, petaka kembali datang. Dalam hitungan hari, giliran Afifa yang dinyatakan positif Covid-19. “Bahkan saya sampai ditelepon petugas, untuk dibawa ke isolasi terpusat di JSG. Dalam benak saat itu, bagaimana nasib anak saya dan mengajar saya,” sesalnya.

Di saat gundah itu, pihak sekolah tempat Afifa bertugas, SMPN 2 Ajung, mengetahui kondisi Afifa bahwa dia positif terpapar Covid-19. Akhirnya dia pun terpaksa dibebastugaskan dari jam mengajarnya. Afifa diminta untuk tidak mengajar selama beberapa pekan kemudian, sebelum dia benar-benar dinyatakan sehat. Bahkan untuk mengajar dari rumah secara daring, dia belum diizinkan.

Belum lagi saat itu, kata dia, keparnoan tetangga yang masih membalut keluarganya karena sebagai penyintas, benar-benar menjadi pukulan di benaknya. “Anak saya yang mau latihan hadrah saja, itu diminta libur. Sudah di sekolah libur ngajar, suami baru pulang, anak tidak bisa beraktivitas. Sangat jadi tekanan buat saya,” kata guru IPA ini.

Entah dapat ilham dari mana, di tengah kondisinya yang carut-marut itu, Afifa ingin menuliskan perjalanan kisahnya melawan virus tersebut. Dia memulai setahap demi setahap menulis sebuah tulisan mengenai perjalanan hidupnya, hingga kemudian dikumpulkannya tulisan itu menjadi buku yang diberi judul Lepas dari Korona dengan Cinta.

Kata Afifa, buku itu sejatinya berangkat dari kegelisahan batinnya, diangkat dari kisah nyata, kala dia dan keluarganya terpapar Covid-19. Ada beberapa tema yang dia sajikan dalam tulisannya itu. Salah satu gagasannya adalah tentang cinta, yang sejatinya harus diupayakan, ditunjukkan, kepada siapa pun dan dalam kondisi apa pun. Dia juga mengkritik soal keparnoan masyarakat, bahkan termasuk sekolahnya, yang terkesan menutup diri ketika terjadi suatu musibah tanpa ada saling support. “Sengaja saya kemas judulnya dengan kata ‘cinta’. Saya ingin membuka cara pandang pembaca bahwa cinta itu memiliki kekuatan membangkitkan dan membangun kepedulian,” terang ibu 43 tahun ini.

Tidak butuh waktu lama, Afifa merampungkan buku keduanya itu selama tiga bulan. Peluncuran buku itu juga baru-baru kemarin, sekitar akhir 2021 lalu dia mencetak sebanyak 200 eksemplar. Bagi dia, tulisan tidak hanya berisi pengalaman hidup seseorang, namun ada banyak pelajaran berharga di sana yang dirasa perlu ia sampaikan, khususnya kepada kedua buah hatinya.

Sebenarnya, selain buku tersebut, dia juga sempat menulis buku pertamanya berjudul Berdiri di Atas Dua Cinta. “Ini sedang proses penulisan buku ketiga saya, temanya tentang kondisi siswa selama KBM daring. Ada yang hamil, narkoba, kecanduan game online, dan lainnya. Semoga segera rampung,” harapnya. (c2/nur)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca