Mobile_AP_Rectangle 1
JEMBER, RADARJEMBER.IDÂ –Â Â Asal ada kemauan, siapa pun bisa bikin karya. Bahkan, di tengah kesibukan sekalipun. Misalnya, yang dihasilkan para guru ini buktinya.
Di tengah kesibukan mengajar peserta didik, mengurus anak, keluarga, hingga rumah tangga, mereka masih bisa membuat karya berupa buku. “Bukan hal yang mustahil bikin buku seperti ini,” kata Zuhrotul Munawaroh sambil menunjukkan bukunya yang baru saja dirilis, November lalu.
Buku milik Zuhrotul tersebut menjadi salah satu karya yang dipamerkan saat itu. Dari sekitar 70 lebih judul buku, banyak yang dihasilkan oleh para guru yang tergabung dalam asosiasi guru se-Kabupaten Jember tersebut. Mulai guru di tingkat RA, TK, SD, hingga SMA sederajat.
Mobile_AP_Rectangle 2
Tekad para guru-guru dalam membuat buku itu bukan sekadar coba-coba. Saat Jawa Pos Radar Jember berkesempatan mengikuti launching puluhan buku, diketahui para guru memang dihimpun dan didorong untuk membuat karya buku. “Mereka sebelumnya juga diberi pelatihan, membuat karya ilmiah, dan fokusnya di bidang tulis-menulis,” terang Dimyati, pembina Komunitas Penggiat Literasi yang digawangi para guru itu.
Menurut Dimyati, gerakan literasi yang digagas tersebut sengaja dibentuk dan dikhususkan untuk para guru. Sebab, aktivitas guru cenderung monoton dan hanya mengajar saja sejak pandemi lalu. “Padahal, mereka sebenarnya bisa melakukan hal lebih, termasuk bikin buku seperti ini,” bebernya.
- Advertisement -
JEMBER, RADARJEMBER.IDÂ –Â Â Asal ada kemauan, siapa pun bisa bikin karya. Bahkan, di tengah kesibukan sekalipun. Misalnya, yang dihasilkan para guru ini buktinya.
Di tengah kesibukan mengajar peserta didik, mengurus anak, keluarga, hingga rumah tangga, mereka masih bisa membuat karya berupa buku. “Bukan hal yang mustahil bikin buku seperti ini,” kata Zuhrotul Munawaroh sambil menunjukkan bukunya yang baru saja dirilis, November lalu.
Buku milik Zuhrotul tersebut menjadi salah satu karya yang dipamerkan saat itu. Dari sekitar 70 lebih judul buku, banyak yang dihasilkan oleh para guru yang tergabung dalam asosiasi guru se-Kabupaten Jember tersebut. Mulai guru di tingkat RA, TK, SD, hingga SMA sederajat.
Tekad para guru-guru dalam membuat buku itu bukan sekadar coba-coba. Saat Jawa Pos Radar Jember berkesempatan mengikuti launching puluhan buku, diketahui para guru memang dihimpun dan didorong untuk membuat karya buku. “Mereka sebelumnya juga diberi pelatihan, membuat karya ilmiah, dan fokusnya di bidang tulis-menulis,” terang Dimyati, pembina Komunitas Penggiat Literasi yang digawangi para guru itu.
Menurut Dimyati, gerakan literasi yang digagas tersebut sengaja dibentuk dan dikhususkan untuk para guru. Sebab, aktivitas guru cenderung monoton dan hanya mengajar saja sejak pandemi lalu. “Padahal, mereka sebenarnya bisa melakukan hal lebih, termasuk bikin buku seperti ini,” bebernya.
JEMBER, RADARJEMBER.IDÂ –Â Â Asal ada kemauan, siapa pun bisa bikin karya. Bahkan, di tengah kesibukan sekalipun. Misalnya, yang dihasilkan para guru ini buktinya.
Di tengah kesibukan mengajar peserta didik, mengurus anak, keluarga, hingga rumah tangga, mereka masih bisa membuat karya berupa buku. “Bukan hal yang mustahil bikin buku seperti ini,” kata Zuhrotul Munawaroh sambil menunjukkan bukunya yang baru saja dirilis, November lalu.
Buku milik Zuhrotul tersebut menjadi salah satu karya yang dipamerkan saat itu. Dari sekitar 70 lebih judul buku, banyak yang dihasilkan oleh para guru yang tergabung dalam asosiasi guru se-Kabupaten Jember tersebut. Mulai guru di tingkat RA, TK, SD, hingga SMA sederajat.
Tekad para guru-guru dalam membuat buku itu bukan sekadar coba-coba. Saat Jawa Pos Radar Jember berkesempatan mengikuti launching puluhan buku, diketahui para guru memang dihimpun dan didorong untuk membuat karya buku. “Mereka sebelumnya juga diberi pelatihan, membuat karya ilmiah, dan fokusnya di bidang tulis-menulis,” terang Dimyati, pembina Komunitas Penggiat Literasi yang digawangi para guru itu.
Menurut Dimyati, gerakan literasi yang digagas tersebut sengaja dibentuk dan dikhususkan untuk para guru. Sebab, aktivitas guru cenderung monoton dan hanya mengajar saja sejak pandemi lalu. “Padahal, mereka sebenarnya bisa melakukan hal lebih, termasuk bikin buku seperti ini,” bebernya.