JEMBER, RADARJEMBER.ID – Berangkat dengan semangat tagline, energi berbagi untuk negeri (Prepare the reader to build the future). Anggota komunitas ini benar-benar menjadi relawan sepenuh hati, bagi anak-anak desa. Komunitas yang terbentuk Maret 2012 silam di Jember ini, terus bersemangat memberikan ilmu kepada anak-anak dengan membagikan buku gratis dan mengedukasi mereka.
Sebelumnya, tahun 2015 lalu, komunitas Jendela Jember bersama Dinas Perpustakaan Jember, kerjasama mobil perpustakaan keliling. Setiap malam minggu di Alun-alun Jember, relawan komunitas ini mengajak anak-anak yang bermain disana, untuk membaca buku.

“Fokusnya komunitas ini membiasakan anak-anak membaca buku. Berusaha bagaimana membaca buku itu dikemas dalam kegiatan yang menarik bagi mereka. Seperti belajar bersama, workshop, sampai lomba, agar melatih gerak motoriknya juga,” tutur Vira Ariska Nurul Aini, kordinator komunitas tersebut.
Komunitas Jendela Jember ini juga memiliki taman baca, dimana mereka banyak kegiatan literasi yang berkaitan dengan buku. Tepatnya di Desa Kamal, Kecamatan Arjasa. Ibaratnya seperti fungsi sebuah buku sebagai jendela dunia, komunitas tersebut membuka jendela literasi bagi anak-anak di Desa Kamal. Mereka hadir dalam kegiatan sehari-hari anak-anak. Membentuk kelompok belajar, melalui kasih sayang serta edukasi di ruang terbuka. Komunitas Jendela tak bergerak sendiri tentunya. Selain dari para anggota relawan yang mereka miliki, komunitas ini juga menggandeng beberapa pihak. Istilahnya ber-partner dengan lembaga-lembaga swasta lainnya. Salah satunya dengan taman baca inovator, yang kemudian mengembangkan taman baca di Desa Kamal.

Di Desa Kamal itu, kakak-kakak Komunitas Jendela tak hanya menggairahkan semangat membaca saja. Tapi relawan komunitas ini juga mengajari adik-adik TK sampai SD pelajaran di sekolah. Seperti sains, kebudayaan, kreativitas dan pengetahuan umum lainnya. Selain mengasah otak untuk adik-adik desa, relawan ini sekaligus bersedekah ilmu loh. Tanpa dibayar.
Donasi buku yang ada di Komunitas Jendela, mereka dapatkan dari berbagai cara. “Mulai dari sumbangan dari anggota relawan sendiri, sumbangan dari Komunitas Jendela kota lain, sampai kami mengirim proposal kepada lembaga yang memproduksi buku itu sendiri,” imbuh Vira.
Meski begitu, buku yang mereka dapat tentu difilter terlebih dahulu. Karena tak sembarangan buku yang mereka berikan di taman baca. “Kalau di desa kan kebanyakan masyarakat menengah ke bawah. Tentu dengan adanya kami kesana, responnya antusias, anak-anak jadi bisa baca buku-buku yang belum mereka baca sebelumnya,” ungkap Marisa Latifah, Co Founder Komunitas Jendela.
Setelah mengadakan taman baca di Desa Kamal, kini mereka telah mulai menggelar sejumlah kegiatan literasi di salah satu mall di Jember. “Jangka pendeknya kami buka stan literasi di mall. Tapi ke depan juga kami mau kerjasama dengan desa lainnya, untuk dijadikan desa binaan taman baca,” kata Dina Mustawati, pembina Komunitas Jendela Jember.
Nantinya, kegiatan literasi Komunitas Jendela Jember terbagi dua kelas. Kelas literasi milenial dan kelas literasi anak. “Kami hadirkan narasumber yang berkompeten, tetapi mereka datang dengan sukarela. Untuk peserta juga kami gandeng dari umum, pondok-pondok, yayasan, panti asuhan dan komunitas lainnya,” pungkas Vira.