MESKI telah memasuki pertengahan Oktober, Perayaan Hari Batik Nasional (HBN) masih terus berlanjut. Dalam waktu dekat ini, Pemkab Jember melalui Dinas Koperasi dan UMKM akan menggelar lomba desain motif dan lomba fashion batik khas Jember. Acara itu bekerja sama dengan Jawa Pos Radar Jember.
Kompetisi yang dibuka untuk umum tersebut mendapat respons positif dari masyarakat, termasuk kalangan pelajar. Cukup banyak siswa SMP, SMA, hingga mahasiswa yang antusias mendaftarkan dirinya untuk mengikuti lomba. Tak terkecuali para pembatik lokal hingga luar kota.
Kali ini, Jawa Pos Radar Jember mengundang dua pembatik profesional yang karyanya sudah sampai di tangan masyarakat luar. Indi Naidha, owner batik Notonegoro, bersama Wahyu Wulandari, owner batik Barata, membawakan materi teknik mendesain motif batik dan membuat fashion batik yang estetik melalui webinar The Art of Batik.
Dalam forum santai itu, Wulan menjelaskan, dalam mendesain motif batik, maka harus ditentukan desain tersebut akan digunakan untuk apa. Apakah untuk baju, taplak, ataupun untuk syal. Sebab, teknik menjahitnya juga akan berbeda antara teknik berpola atau yang sebaran. “Misalnya untuk badan depan atau badan belakang biasanya sama. Namun, untuk kerah atau mungkin mansetnya, ada motif lain. Kemudian, desain juga harus ditentukan. Desainnya untuk batik cap atau batik tulis,” tuturnya.
Dia juga mengatakan, untuk membuat motif juga perlu diperhatikan. Terutama dalam lomba yang akan digelar nanti setidaknya membuat motif yang khas dari Jember, tembakau misalnya. Sebab, adanya lomba batik ini juga sebagai upaya untuk mematenkan seperti apa motif batik Jember.
“Alhamdulillah, sempat ada bocoran dari Ibu Bupati, bakalan ada khas paten motif tembakau Jember. Terus, karena ada halangan, beliaunya nggak jadi dipatenkan. Nanti akan ada motif batik tembakau yang menjadi khasnya Jember dan itu akan dipatenkan. Jadi, semua pembatik buat motif itu sama,” imbuhnya.
Menurut dia, lomba ini juga dapat menjadi media yang dapat menyatukan para pembatik di Jember. “Jadi, bisa mematenkan apa yang menjadi motif batik khas dari Jember ini,” katanya.
Dia juga menyarankan kepada para peserta lomba desain motif batik untuk menentukan dulu, apakah batik akan dibuat sebaran atau berpola. “Kemudian, harus paham apakah batik itu ada bentangan malam. Sebab, kalau motifnya terlalu kecil, itu akan sulit untuk dibatik. Karena lombanya ini di Jember, kalau bisa motifnya yang mengangkat khas Jember,” jelasnya.
Host Jawa Pos Radar Jember Viona Alvioniza saat itu menanyakan kepada dua narasumber, apakah semua hal bisa dijadikan batik. “Kalau Papuma apa bisa dijadikan motif batik juga?” tanya Viona.
Indi Naidha menjelaskan, semua hal bisa dijadikan motif batik. Sebagai kabupaten yang kaya akan potensi, jangankan Papuma, hal kecil seperti rumput pun bisa dibuat batik. “Batik itu karya seni luar biasa yang tidak disangka orang, ternyata ini hal kecil, tetapi setelah menjadi karya, bisa jadi luar biasa,” papar Indi.
Untuk membuat batik, pertama harus memakai pensil. Kemudian, setelah motif dirasa cocok, dapat diulangi dengan menggunakan spidol. Sebab, jika hanya pakai pensil, waktu proses jiplak tidak terlihat.
Indi berpesan kepada para peserta lomba, dalam mempersiapkan karya setidaknya harus memiliki ketertarikan dan ikatan dengan motif yang ingin dibuat. “Kita harus membuat chemistry dulu dengan apa yang kita desain. Jadi, yang menjadi pikiran kita itu tuangkan,” pungkasnya. (del/c2/rus)