29.5 C
Jember
Tuesday, 28 March 2023

Tingkatan Orang Berpuasa, Bukan Sekadar Tak Makan dan Minum

Mobile_AP_Rectangle 1

TEGALBOTO, RADARJEMBER.ID- Wakil Bupati Jember MB Firjaun Barlaman pada momen Ramadan kali ini juga memberikan tausiah, seperti yang dilakukan di Masjid Al-Miftah Unej, kemarin (14/4). Dirinya menjelaskan tentang puasa, termasuk tingkatannya.

Wabup Jember itu menjelaskan, istilah puasa dalam bahasa Arab disebut “as-shiyaam” atau “as-shaum” yang berarti menahan. “Menahan dari segala yang membatalkan puasa maupun yang membatalkan pahalanya,” paparnya.

MB Firjaun Barlaman, atau yang akrab di sapa Gus Firjaun, menerangkan, ada tingkatan orang berpuasa. Mengutip pesan Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, puasa memiliki tiga tingkatan. Pertama, puasanya orang awam, puasanya orang khusus, dan puasanya orang yang khusus buat orang khusus. “Ketiganya bagaikan tingkatan tangga. Yang menarik, orang berpuasa agar bisa mencapai tingkatan yang khususil khusus atau tingkatan paling tinggi,” jelasnya dalam pengajian rutin di Unej tersebut.

Mobile_AP_Rectangle 2

Gus Firjaun melanjutkan, puasa orang awam, puasa level pertama ini disebut sebagai shaumul umum atau puasanya orang awam. Level puasa ini adalah yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang. “Praktik puasa yang dilakukan di level ini sebatas menahan haus dan lapar saja,” tuturnya.

Dia melanjutkan, praktik puasa yang banyak terjadi, mereka hanya menahan haus dan lapar saja. Sedangkan hal-hal yang menghilangkan pahalanya tetap dilakukan. Seperti mengadu domba, melihat dengan syahwat, berkata bohong, ingkar janji, ghibah atau menggosip. “Ini yang banyak terjadi, pada saat menyiapkan buka puasa, si A menceritakan kejelekan si B,” terangnya.

Kemudian, lanjutnya, yang kedua ini disebut sebagai shaumul khushus atau puasanya orang-orang spesial. Mereka berpuasa lebih dari sekadar untuk menahan haus, lapar, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Mereka juga berpuasa untuk menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki, dan segala anggota badannya dari perbuatan dosa dan maksiat. “Mulutnya bukan saja menahan diri dari mengunyah, tapi juga menahan diri dari menggunjing, bergosip, apalagi memfitnah. Kalau zaman sekarang, mungkin termasuk juga menahan jari-jarinya agar tidak menyebarkan berita-berita bohong atau hoax,” terangnya.

Ketiga, jelas Gus Firjaun, yaitu puasanya orang super khusus. “Ini level yang paling tinggi menurut klasifikasi Imam Al-Ghazali, disebut shaumul khushusil khushus. Inilah praktik puasanya orang-orang istimewa,” paparnya.

Menurutnya, mereka tidak saja menahan diri dari maksiat, tapi juga menahan hatinya dari keraguan akan hal-hal keakhiratan. Menahan pikirannya dari masalah dunia, serta menjaga diri dari berpikir kepada selain Allah. “Standar batalnya puasa bagi mereka sangat tinggi. Apabila tebersit di dalam hati dan pikirannya tentang selain Allah, seperti cenderung memikirkan harta dan kekayaan dunia,” pungkasnya.

Puasa kategori level ketiga ini adalah puasanya para nabi, shiddiqin, dan muqarrabin. “Sementara di level kedua adalah puasanya orang-orang saleh,” tuturnya di akhir ceramah.

Reporter : mg6
Editor : Dwi Siswanto
Fotografer : Achmad Faiz/Radar Jember

- Advertisement -

TEGALBOTO, RADARJEMBER.ID- Wakil Bupati Jember MB Firjaun Barlaman pada momen Ramadan kali ini juga memberikan tausiah, seperti yang dilakukan di Masjid Al-Miftah Unej, kemarin (14/4). Dirinya menjelaskan tentang puasa, termasuk tingkatannya.

Wabup Jember itu menjelaskan, istilah puasa dalam bahasa Arab disebut “as-shiyaam” atau “as-shaum” yang berarti menahan. “Menahan dari segala yang membatalkan puasa maupun yang membatalkan pahalanya,” paparnya.

MB Firjaun Barlaman, atau yang akrab di sapa Gus Firjaun, menerangkan, ada tingkatan orang berpuasa. Mengutip pesan Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, puasa memiliki tiga tingkatan. Pertama, puasanya orang awam, puasanya orang khusus, dan puasanya orang yang khusus buat orang khusus. “Ketiganya bagaikan tingkatan tangga. Yang menarik, orang berpuasa agar bisa mencapai tingkatan yang khususil khusus atau tingkatan paling tinggi,” jelasnya dalam pengajian rutin di Unej tersebut.

Gus Firjaun melanjutkan, puasa orang awam, puasa level pertama ini disebut sebagai shaumul umum atau puasanya orang awam. Level puasa ini adalah yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang. “Praktik puasa yang dilakukan di level ini sebatas menahan haus dan lapar saja,” tuturnya.

Dia melanjutkan, praktik puasa yang banyak terjadi, mereka hanya menahan haus dan lapar saja. Sedangkan hal-hal yang menghilangkan pahalanya tetap dilakukan. Seperti mengadu domba, melihat dengan syahwat, berkata bohong, ingkar janji, ghibah atau menggosip. “Ini yang banyak terjadi, pada saat menyiapkan buka puasa, si A menceritakan kejelekan si B,” terangnya.

Kemudian, lanjutnya, yang kedua ini disebut sebagai shaumul khushus atau puasanya orang-orang spesial. Mereka berpuasa lebih dari sekadar untuk menahan haus, lapar, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Mereka juga berpuasa untuk menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki, dan segala anggota badannya dari perbuatan dosa dan maksiat. “Mulutnya bukan saja menahan diri dari mengunyah, tapi juga menahan diri dari menggunjing, bergosip, apalagi memfitnah. Kalau zaman sekarang, mungkin termasuk juga menahan jari-jarinya agar tidak menyebarkan berita-berita bohong atau hoax,” terangnya.

Ketiga, jelas Gus Firjaun, yaitu puasanya orang super khusus. “Ini level yang paling tinggi menurut klasifikasi Imam Al-Ghazali, disebut shaumul khushusil khushus. Inilah praktik puasanya orang-orang istimewa,” paparnya.

Menurutnya, mereka tidak saja menahan diri dari maksiat, tapi juga menahan hatinya dari keraguan akan hal-hal keakhiratan. Menahan pikirannya dari masalah dunia, serta menjaga diri dari berpikir kepada selain Allah. “Standar batalnya puasa bagi mereka sangat tinggi. Apabila tebersit di dalam hati dan pikirannya tentang selain Allah, seperti cenderung memikirkan harta dan kekayaan dunia,” pungkasnya.

Puasa kategori level ketiga ini adalah puasanya para nabi, shiddiqin, dan muqarrabin. “Sementara di level kedua adalah puasanya orang-orang saleh,” tuturnya di akhir ceramah.

Reporter : mg6
Editor : Dwi Siswanto
Fotografer : Achmad Faiz/Radar Jember

TEGALBOTO, RADARJEMBER.ID- Wakil Bupati Jember MB Firjaun Barlaman pada momen Ramadan kali ini juga memberikan tausiah, seperti yang dilakukan di Masjid Al-Miftah Unej, kemarin (14/4). Dirinya menjelaskan tentang puasa, termasuk tingkatannya.

Wabup Jember itu menjelaskan, istilah puasa dalam bahasa Arab disebut “as-shiyaam” atau “as-shaum” yang berarti menahan. “Menahan dari segala yang membatalkan puasa maupun yang membatalkan pahalanya,” paparnya.

MB Firjaun Barlaman, atau yang akrab di sapa Gus Firjaun, menerangkan, ada tingkatan orang berpuasa. Mengutip pesan Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, puasa memiliki tiga tingkatan. Pertama, puasanya orang awam, puasanya orang khusus, dan puasanya orang yang khusus buat orang khusus. “Ketiganya bagaikan tingkatan tangga. Yang menarik, orang berpuasa agar bisa mencapai tingkatan yang khususil khusus atau tingkatan paling tinggi,” jelasnya dalam pengajian rutin di Unej tersebut.

Gus Firjaun melanjutkan, puasa orang awam, puasa level pertama ini disebut sebagai shaumul umum atau puasanya orang awam. Level puasa ini adalah yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang. “Praktik puasa yang dilakukan di level ini sebatas menahan haus dan lapar saja,” tuturnya.

Dia melanjutkan, praktik puasa yang banyak terjadi, mereka hanya menahan haus dan lapar saja. Sedangkan hal-hal yang menghilangkan pahalanya tetap dilakukan. Seperti mengadu domba, melihat dengan syahwat, berkata bohong, ingkar janji, ghibah atau menggosip. “Ini yang banyak terjadi, pada saat menyiapkan buka puasa, si A menceritakan kejelekan si B,” terangnya.

Kemudian, lanjutnya, yang kedua ini disebut sebagai shaumul khushus atau puasanya orang-orang spesial. Mereka berpuasa lebih dari sekadar untuk menahan haus, lapar, dan hal-hal yang membatalkan puasa. Mereka juga berpuasa untuk menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki, dan segala anggota badannya dari perbuatan dosa dan maksiat. “Mulutnya bukan saja menahan diri dari mengunyah, tapi juga menahan diri dari menggunjing, bergosip, apalagi memfitnah. Kalau zaman sekarang, mungkin termasuk juga menahan jari-jarinya agar tidak menyebarkan berita-berita bohong atau hoax,” terangnya.

Ketiga, jelas Gus Firjaun, yaitu puasanya orang super khusus. “Ini level yang paling tinggi menurut klasifikasi Imam Al-Ghazali, disebut shaumul khushusil khushus. Inilah praktik puasanya orang-orang istimewa,” paparnya.

Menurutnya, mereka tidak saja menahan diri dari maksiat, tapi juga menahan hatinya dari keraguan akan hal-hal keakhiratan. Menahan pikirannya dari masalah dunia, serta menjaga diri dari berpikir kepada selain Allah. “Standar batalnya puasa bagi mereka sangat tinggi. Apabila tebersit di dalam hati dan pikirannya tentang selain Allah, seperti cenderung memikirkan harta dan kekayaan dunia,” pungkasnya.

Puasa kategori level ketiga ini adalah puasanya para nabi, shiddiqin, dan muqarrabin. “Sementara di level kedua adalah puasanya orang-orang saleh,” tuturnya di akhir ceramah.

Reporter : mg6
Editor : Dwi Siswanto
Fotografer : Achmad Faiz/Radar Jember

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca