Mobile_AP_Rectangle 1
Kegiatan ini sebenarnya sudah dilakukan sejak 20 tahun terakhir. Spesial dibuka khusus bulan puasa. “Melanjutkan dari para senior kami,” kata Eli. Sementara, pada pandemi kemarin sempat tidak dibuka karena adanya larangan berkerumun.
Pembukaan warung murah berawal ketika anggota WKRI pulang ibadah dari gereja. Mereka melihat banyak abang becak yang menanyakan apakah telah berbuka puasa. “Dari situlah ada inisiatif untuk menolong mereka yang rumahnya jauh,” jelasnya.
Dana pengelolaan dilakukan dengan iuran anggota. Hingga terkumpul sebagai modal penjualan. Jika dihitung, sangat jauh selisih antara pendapatan dengan pengeluarannya. Pendapatannya hanya Rp 300 ribu, sedangkan modalnya sekitar Rp 1 juta. Tetapi, dari hal ini banyak orang yang akhirnya ikut menyumbang.
Mobile_AP_Rectangle 2
Orang-orang bergabung dan memberikan modal sebagai wujud berbagi. “Menggerakkan orang lain untuk berbagi,” tutur Eli. Sumbangan ini berupa bahan makanan yang bisa dimasak, seperti beras, telur, dan sebagainya.
WKRI yang beranggotakan 40 orang ini membuka warung murah di hari-hari selama Ramadan. Namun, akan tutup di hari ibadah umat Katolik. “Senin sampai Kamis buka. Selain itu kami ibadah,” tutupnya.
Reporter : Mega Silviana (mg)
Editor : Nur Hariri
Fotografer : Jumai
- Advertisement -
Kegiatan ini sebenarnya sudah dilakukan sejak 20 tahun terakhir. Spesial dibuka khusus bulan puasa. “Melanjutkan dari para senior kami,” kata Eli. Sementara, pada pandemi kemarin sempat tidak dibuka karena adanya larangan berkerumun.
Pembukaan warung murah berawal ketika anggota WKRI pulang ibadah dari gereja. Mereka melihat banyak abang becak yang menanyakan apakah telah berbuka puasa. “Dari situlah ada inisiatif untuk menolong mereka yang rumahnya jauh,” jelasnya.
Dana pengelolaan dilakukan dengan iuran anggota. Hingga terkumpul sebagai modal penjualan. Jika dihitung, sangat jauh selisih antara pendapatan dengan pengeluarannya. Pendapatannya hanya Rp 300 ribu, sedangkan modalnya sekitar Rp 1 juta. Tetapi, dari hal ini banyak orang yang akhirnya ikut menyumbang.
Orang-orang bergabung dan memberikan modal sebagai wujud berbagi. “Menggerakkan orang lain untuk berbagi,” tutur Eli. Sumbangan ini berupa bahan makanan yang bisa dimasak, seperti beras, telur, dan sebagainya.
WKRI yang beranggotakan 40 orang ini membuka warung murah di hari-hari selama Ramadan. Namun, akan tutup di hari ibadah umat Katolik. “Senin sampai Kamis buka. Selain itu kami ibadah,” tutupnya.
Reporter : Mega Silviana (mg)
Editor : Nur Hariri
Fotografer : Jumai
Kegiatan ini sebenarnya sudah dilakukan sejak 20 tahun terakhir. Spesial dibuka khusus bulan puasa. “Melanjutkan dari para senior kami,” kata Eli. Sementara, pada pandemi kemarin sempat tidak dibuka karena adanya larangan berkerumun.
Pembukaan warung murah berawal ketika anggota WKRI pulang ibadah dari gereja. Mereka melihat banyak abang becak yang menanyakan apakah telah berbuka puasa. “Dari situlah ada inisiatif untuk menolong mereka yang rumahnya jauh,” jelasnya.
Dana pengelolaan dilakukan dengan iuran anggota. Hingga terkumpul sebagai modal penjualan. Jika dihitung, sangat jauh selisih antara pendapatan dengan pengeluarannya. Pendapatannya hanya Rp 300 ribu, sedangkan modalnya sekitar Rp 1 juta. Tetapi, dari hal ini banyak orang yang akhirnya ikut menyumbang.
Orang-orang bergabung dan memberikan modal sebagai wujud berbagi. “Menggerakkan orang lain untuk berbagi,” tutur Eli. Sumbangan ini berupa bahan makanan yang bisa dimasak, seperti beras, telur, dan sebagainya.
WKRI yang beranggotakan 40 orang ini membuka warung murah di hari-hari selama Ramadan. Namun, akan tutup di hari ibadah umat Katolik. “Senin sampai Kamis buka. Selain itu kami ibadah,” tutupnya.
Reporter : Mega Silviana (mg)
Editor : Nur Hariri
Fotografer : Jumai