29.4 C
Jember
Wednesday, 22 March 2023

Filter Radikalisme dengan RMB

Mobile_AP_Rectangle 1

GLAGAHWERO, RADARJEMBER.ID-  Hadirnya Rumah Moderasi Beragama (RMB) di lingkungan PTKIN, seperti di Kampus Universitas Islam Negeri KH Ahmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, diharapkan mampu mengedukasi sekaligus menjadi filter terhadap radikalisme. Baik kepada mahasiswa, dosen, maupun pegawai di lingkungan kampus tersebut dari paham keagamaan garis keras.

Kepala RMB UIN KHAS Ahmad Badrus Sholihin mengatakan, keberadaan RMB merupakan arahan langsung dari Menteri Agama KH Yaqut Kholul Qaumas saat memberikan Pelatihan Instruktur Nasional Moderasi Beragama (PIN MB), di kantor Kemenag Pusat pada tahun 2019. “Beliau mengamanatkan kepada peserta pelatihan untuk membentuk rumah moderasi beragama di setiap PTKIN. Kemudian, dituangkan oleh Prof Babun, dan di-SK pada 2020” terangnya kepada Jawa Pos Radar Jember saat ditemui di rumahnya, Desa Glagahwero, Kecamatan Kalisat, kemarin (14/4).

Ditambahkan, salah satu fungsi dari RMB yaitu sebagai wadah penelitian dan pelatihan, seminar, konferensi, dan pendidikan di bidang moderasi beragama, serta advokasi dan kerja sama di bidang tersebut. Selama ini, kegiatan yang dilaksanakan masih pada tahap mainstreaming isu.

Mobile_AP_Rectangle 2

“Jadi, kita mencoba membuat serangkaian kegiatan seperti webinar untuk memperkenalkan moderasi beragama ini di internal kampus UIN KHAS maupun di luar. Kemudian, workshop penguatan moderasi beragama untuk CPNS dan mahasiswa,” ucap Badrus, yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum Kalisat.

Ke depan, lanjutnya, RMB ini tidak hanya melakukan kegiatan mainstreaming, melainkan akan fokus pada proses pendampingan dan pengadvokasian kelapangan. “Untuk format kegiatannya masih dalam proses pengkajian,” paparnya.

Dia mengatakan, semenjak RMB dilebur ke Lembaga Pusat Penelitian Mahasiswa (LP2M) kegiatan yang akan dilakukan yaitu dengan menyisipkan paham moderasi beragama itu dalam pengabdian mahasiswa (KKN) dan dosen. “Kami masukkan itu ke dalam poin-poin pengabdian mahasiswa seperti KKN. Dan saat ini masih proses penyusunan buku khotbah Jumat yang memuat moderasi beragama,” ungkapnya.

Kemudian, indikator dari keberadaan RMB ini ada empat, di antaranya komitmen kebangsaan, menekankan nilai toleransi antarumat beragama dan antarsuku, menolak segala bentuk kekerasan untuk penyelesaian apa pun, dan yang terakhir  penerimaan terhadap budaya lokal. “Bagaimana kearifan lokal di lingkungan kita itu bisa diterima dan kita hormati keberadaannya,” terangnya.

Menurutnya, tugas besar yang diemban RMB sendiri sebenarnya adalah memberikan pendampingan kepada yang sudah terpapar paham radikalisme, seperti menolak ideologi Pancasila dan lain-lain. “Ke depan, untuk menangkal ini, kita akan melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan sekolah umum dari tingkatan bawah sampai atas,” pungkasnya. (mg6/c2/nur)

Reporter : MG6
Editor : Nur Hariri
Fotografer : Achmad Faiz

- Advertisement -

GLAGAHWERO, RADARJEMBER.ID-  Hadirnya Rumah Moderasi Beragama (RMB) di lingkungan PTKIN, seperti di Kampus Universitas Islam Negeri KH Ahmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, diharapkan mampu mengedukasi sekaligus menjadi filter terhadap radikalisme. Baik kepada mahasiswa, dosen, maupun pegawai di lingkungan kampus tersebut dari paham keagamaan garis keras.

Kepala RMB UIN KHAS Ahmad Badrus Sholihin mengatakan, keberadaan RMB merupakan arahan langsung dari Menteri Agama KH Yaqut Kholul Qaumas saat memberikan Pelatihan Instruktur Nasional Moderasi Beragama (PIN MB), di kantor Kemenag Pusat pada tahun 2019. “Beliau mengamanatkan kepada peserta pelatihan untuk membentuk rumah moderasi beragama di setiap PTKIN. Kemudian, dituangkan oleh Prof Babun, dan di-SK pada 2020” terangnya kepada Jawa Pos Radar Jember saat ditemui di rumahnya, Desa Glagahwero, Kecamatan Kalisat, kemarin (14/4).

Ditambahkan, salah satu fungsi dari RMB yaitu sebagai wadah penelitian dan pelatihan, seminar, konferensi, dan pendidikan di bidang moderasi beragama, serta advokasi dan kerja sama di bidang tersebut. Selama ini, kegiatan yang dilaksanakan masih pada tahap mainstreaming isu.

“Jadi, kita mencoba membuat serangkaian kegiatan seperti webinar untuk memperkenalkan moderasi beragama ini di internal kampus UIN KHAS maupun di luar. Kemudian, workshop penguatan moderasi beragama untuk CPNS dan mahasiswa,” ucap Badrus, yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum Kalisat.

Ke depan, lanjutnya, RMB ini tidak hanya melakukan kegiatan mainstreaming, melainkan akan fokus pada proses pendampingan dan pengadvokasian kelapangan. “Untuk format kegiatannya masih dalam proses pengkajian,” paparnya.

Dia mengatakan, semenjak RMB dilebur ke Lembaga Pusat Penelitian Mahasiswa (LP2M) kegiatan yang akan dilakukan yaitu dengan menyisipkan paham moderasi beragama itu dalam pengabdian mahasiswa (KKN) dan dosen. “Kami masukkan itu ke dalam poin-poin pengabdian mahasiswa seperti KKN. Dan saat ini masih proses penyusunan buku khotbah Jumat yang memuat moderasi beragama,” ungkapnya.

Kemudian, indikator dari keberadaan RMB ini ada empat, di antaranya komitmen kebangsaan, menekankan nilai toleransi antarumat beragama dan antarsuku, menolak segala bentuk kekerasan untuk penyelesaian apa pun, dan yang terakhir  penerimaan terhadap budaya lokal. “Bagaimana kearifan lokal di lingkungan kita itu bisa diterima dan kita hormati keberadaannya,” terangnya.

Menurutnya, tugas besar yang diemban RMB sendiri sebenarnya adalah memberikan pendampingan kepada yang sudah terpapar paham radikalisme, seperti menolak ideologi Pancasila dan lain-lain. “Ke depan, untuk menangkal ini, kita akan melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan sekolah umum dari tingkatan bawah sampai atas,” pungkasnya. (mg6/c2/nur)

Reporter : MG6
Editor : Nur Hariri
Fotografer : Achmad Faiz

GLAGAHWERO, RADARJEMBER.ID-  Hadirnya Rumah Moderasi Beragama (RMB) di lingkungan PTKIN, seperti di Kampus Universitas Islam Negeri KH Ahmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, diharapkan mampu mengedukasi sekaligus menjadi filter terhadap radikalisme. Baik kepada mahasiswa, dosen, maupun pegawai di lingkungan kampus tersebut dari paham keagamaan garis keras.

Kepala RMB UIN KHAS Ahmad Badrus Sholihin mengatakan, keberadaan RMB merupakan arahan langsung dari Menteri Agama KH Yaqut Kholul Qaumas saat memberikan Pelatihan Instruktur Nasional Moderasi Beragama (PIN MB), di kantor Kemenag Pusat pada tahun 2019. “Beliau mengamanatkan kepada peserta pelatihan untuk membentuk rumah moderasi beragama di setiap PTKIN. Kemudian, dituangkan oleh Prof Babun, dan di-SK pada 2020” terangnya kepada Jawa Pos Radar Jember saat ditemui di rumahnya, Desa Glagahwero, Kecamatan Kalisat, kemarin (14/4).

Ditambahkan, salah satu fungsi dari RMB yaitu sebagai wadah penelitian dan pelatihan, seminar, konferensi, dan pendidikan di bidang moderasi beragama, serta advokasi dan kerja sama di bidang tersebut. Selama ini, kegiatan yang dilaksanakan masih pada tahap mainstreaming isu.

“Jadi, kita mencoba membuat serangkaian kegiatan seperti webinar untuk memperkenalkan moderasi beragama ini di internal kampus UIN KHAS maupun di luar. Kemudian, workshop penguatan moderasi beragama untuk CPNS dan mahasiswa,” ucap Badrus, yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum Kalisat.

Ke depan, lanjutnya, RMB ini tidak hanya melakukan kegiatan mainstreaming, melainkan akan fokus pada proses pendampingan dan pengadvokasian kelapangan. “Untuk format kegiatannya masih dalam proses pengkajian,” paparnya.

Dia mengatakan, semenjak RMB dilebur ke Lembaga Pusat Penelitian Mahasiswa (LP2M) kegiatan yang akan dilakukan yaitu dengan menyisipkan paham moderasi beragama itu dalam pengabdian mahasiswa (KKN) dan dosen. “Kami masukkan itu ke dalam poin-poin pengabdian mahasiswa seperti KKN. Dan saat ini masih proses penyusunan buku khotbah Jumat yang memuat moderasi beragama,” ungkapnya.

Kemudian, indikator dari keberadaan RMB ini ada empat, di antaranya komitmen kebangsaan, menekankan nilai toleransi antarumat beragama dan antarsuku, menolak segala bentuk kekerasan untuk penyelesaian apa pun, dan yang terakhir  penerimaan terhadap budaya lokal. “Bagaimana kearifan lokal di lingkungan kita itu bisa diterima dan kita hormati keberadaannya,” terangnya.

Menurutnya, tugas besar yang diemban RMB sendiri sebenarnya adalah memberikan pendampingan kepada yang sudah terpapar paham radikalisme, seperti menolak ideologi Pancasila dan lain-lain. “Ke depan, untuk menangkal ini, kita akan melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan sekolah umum dari tingkatan bawah sampai atas,” pungkasnya. (mg6/c2/nur)

Reporter : MG6
Editor : Nur Hariri
Fotografer : Achmad Faiz

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca