23.5 C
Jember
Monday, 27 March 2023

Kaum Menengah atau Parpol?

Hendy Siswanto dan M. Balya Firjaun Barlaman mengungguli calon petahana pada pilkada kemarin. Ada yang menyebut, kemenangan paslon nomor urut dua ini karena kerja mesin partai yang berjalan efektif. Benarkah demikian? Atau justru ada faktor lain yang menjadi penentu kemenangan mereka?

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Ajang pembuktian kekuatan pasangan calon bupati dan calon wakil bupati (cabup-cawabup) sudah terlaksana 9 Desember lalu. Meski awalnya banyak prediksi yang memenangkan calon petahana, hasil akhirnya melenceng dari dugaan semula. Calon yang diusung parpol menang. Apakah ini membuktikan bahwa parpol masih bertaji?

Data dari sejumlah lembaga survei ada yang sedari awal menggambarkan perkembangan dan peta kekuatan setiap kandidat. Accurate Research and Consultant Indonesia (ARCI), misalnya. Lembaga tersebut melakukan survei pada Juni, Agustus, hingga November dan Desember 2020. Hasilnya nyaris akurat dan mendekati hasil akhir Pilkada Jember.

Survei ARCI yang dikomandani Direktur Eksekutif ARC Indonesia Baihaqi Siraj pada Juni lalu merilis elektabilitas para bakal calon. Pada saat itu, Calon Bupati Faida memiliki elektabilitas yang lumayan besar, yaitu 34,05 persen. Sementara rivalnya, Cabup Hendy Siswanto, masih mendapat elektabilitas 24,92 persen. Pada Juni 2020, nama Joko Susanto juga muncul dengan elektabilitas 10 persen lebih. Sementara itu, nama-nama lain termasuk Cabup Salam masih jauh di bawahnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Pada Agustus 2020, elektabilitas Faida turun drastis berdasar Survei ARCI. Saat itu, elektabilitas Faida hanya 26 persen, sedangkan Hendy bertahan di 24 persen. Pada momen sebelum penetapan bakal calon tersebut, Djoko Susanto sempat tinggi dengan perolehan elektabilitas 23 persen pada Agustus. Sementara calon lain, rata-rata di bawah 10 persen.

Seiring perkembangan politik, dari belasan nama bakal calon mengerucut menjadi tiga paslon saja. Pertama, Faida dan Dwi Arya Nugraha Oktavianto (Faida-Vian). Kedua, Hendy Siswanto dan M. Balya Firjaun Barlaman (Hendy-Firjaun). Ketiga, Abdussalam dan Ifan Ariadna Wijaya (Salam-Ifan). Sementara itu, bakal calon Djoko terpental karena terjadi perubahan politik yang sedemikian akut.

Dari ketiga paslon itu, tidak ada pengamat politik yang secara terang-terangan memprediksi siapa pemenangnya. Sebab, masing-masing memiliki kekuatan pendukung. Faida yang berangkat dari jalur perseorangan saat itu tak bisa dianggap enteng. Sementara itu, paslon yang berangkat dari jalur partai politik juga demikian. Faida memang maju sebagai calon petahana, tapi tidak memiliki jaringan seperti saat maju lewat jalur partai. Sementara Hendy dan Salam, sama-sama memiliki kekuatan jaringan partai meski Hendy berada di atas angin dengan dukungan 28 kursi, sementara Salam hanya 22 kursi di DPRD.

Jelang Pilkada, ARCI selanjutnya merilis hasil survei terakhir. Baihaqi Siraj menyebut, hasil surveinya menunjukkan perubahan yang signifikan. Di mana elektabilitas Faida-Vian hanya 35,02 persen, sementara Hendy-Firjaun pada posisi unggul yakni 39,07 persen. Sisanya Salam-Ifan 15,03 persen. “Survei ini digelar 21 November sampai 2 Desember 2020,” katanya.

Lembaga survei lain yang juga merilis hasil survei, yaitu Politika Research and Consultant (PRC). Direktur PRC Miftahul Munir menyebut, Faida-Vian memiliki elektabilitas 35,06 persen, sedangkan Hendy-Firjaun pada posisi 35,02 persen. Survei yang menempatkan Salam-Ifan pada elektabilitas 11,04 persen tersebut dilakukan pada 26 November – 2 Desember 2020.

Sementara itu, Lembaga Survei Polmark Indonesia juga merilis survei yang dilakukan pada 27 November – 3 Desember 2020. Polmark yang awalnya melakukan survei untuk internal tim pemenangan Faida itu memposisikan Faida-Vian pada elektabilitas 51,0 persen, Hendy-Firjaun 34,7 persen, sedangkan Salam-Ifan 14,3 persen.

Proses panjang tersebut tentunya tidak lepas dari upaya dan perjuangan paslon dan tim kampanye. Menurut Ketua DPD Nasdem Jember Marsuki Abdul Ghofur, Nasdem menjadi partai yang mengusung Hendy-Firjaun. Menurut dia, pengalaman Nasdem dalam menyukseskan Faida di 2015 lalu menjadi pelajaran penting untuk mengantar cabup yang didukung.

“Kerja tim adalah syarat utama untuk memenangkan calon. Makanya, dalam memenangkan Cabup Hendy, kami bekerja dengan banyak tim. Ada tim yang tersentral langsung dari calon. Kemudian, pada porsi kami di internal partai juga bergerak. Demikian juga dengan partai pengusung lain seperti Gerindra, PKS, PPP, dan Demokrat semuanya kerja keras,” beber Marsuki.

Dalam memenangkan Hendy-Firjaun, menurutnya memiliki tantangan yang berat. Berapa tidak, opini lawan tanding mengklaim direkom rakyat. “Bagaimana pun, petahana adalah lawan yang berat. Dia punya banyak jaringan yang dibangun lima tahun terakhir. Akan tetapi, kami pun memanfaatkan semua jaringan partai,” ucapnya.

Marsuki menyebut, ada hal yang perlu diluruskan meski Pilkada merupakan pertarungan ketokohan. Bukan berarti tidak jaringan yang ada ditinggal. “Partai ini juga representasi rakyat. Pilkada dipilih rakyat, anggota dewan juga dipilih rakyat. Jadi, kepercayaan rakyat kepada parlemen masih besar,” klaimnya.

Terpisah, Ketua DPD PKS Jember Ahmad Rusdan menyampaikan, pembagian wilayah kerja menjadi penting dalam menyukseskan Hendy-Firjaun. Untuk itu, cara kerja yang dilakukan tidak seluruhnya tersentral meski ada tim sentral. “Sebagai partai politik, kami bekerja dengan jaringan yang sudah ada. Tim sentral ada, tetapi mereka punya tugas sendiri dan kami punya tugas sesuai porsinya,” beber Rusdan.

Dikatakan, konsolidasi dan kerja pemenangan ditempuh sedemikian baik. Dengan demikian tugas masing-masing tim tidak akan tumpang tindih. Tim sentral yang dibentuk paslon memiliki tugas yang jelas, sementara partai pengusung juga bergerak sesuai jaringannya. “Ketokohan ini menjadi yang utama. Kami sebut, Hendy-Firjaun ini pasangan yang sangat ideal. Satunya pengusaha dan satunya ulama. Meski begitu, pilkada adalah pemilihan tokoh. Akan tetapi, tanpa ditopang dengan tim yang benar-benar bergerak bakal sulit meraih kemenangan,” ungkapnya.

Rusdan menilai, kepercayaan warga terhadap partai politik tetap besar. Sebab, anggota dewan juga dipilih rakyat. “Bupati dan dewan sama-sama dipilih rakyat. Jadi, kepercayaan warga terhadap partai tetap besar. Pemenangan pilkada ini juga tidak lepas dari partisipasi rakyat,” pungkasnya.

Dengan demikian, pada momen pilkada ini, ketokohan seseorang menjadi penting. Demikian pula dengan kerja tim yang solid juga dapat menjadi penentu. Pengamat politik Abu Bakar Ebyhara dan Itok Wicaksono pun sempat memberikan pandangannya. Bahwa, tim yang solid dan dapat mengajak warga ke TPS-lah yang akan mengantar kemenangan Cabup-Cawabup Jember.

Dalam hitung cepat versi LSI Denny JA, Hendy-Firjaun menang dengan perolehan 47,95 persen. Sementara Faida-Vian hanya 30,41 persen, dan Salam-Ifan memperoleh 21,64 persen. Untuk hasil resminya, akan segera dihitung oleh KPU Jember dan pemenang pilkada akan segera ditetapkan.

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Ajang pembuktian kekuatan pasangan calon bupati dan calon wakil bupati (cabup-cawabup) sudah terlaksana 9 Desember lalu. Meski awalnya banyak prediksi yang memenangkan calon petahana, hasil akhirnya melenceng dari dugaan semula. Calon yang diusung parpol menang. Apakah ini membuktikan bahwa parpol masih bertaji?

Data dari sejumlah lembaga survei ada yang sedari awal menggambarkan perkembangan dan peta kekuatan setiap kandidat. Accurate Research and Consultant Indonesia (ARCI), misalnya. Lembaga tersebut melakukan survei pada Juni, Agustus, hingga November dan Desember 2020. Hasilnya nyaris akurat dan mendekati hasil akhir Pilkada Jember.

Survei ARCI yang dikomandani Direktur Eksekutif ARC Indonesia Baihaqi Siraj pada Juni lalu merilis elektabilitas para bakal calon. Pada saat itu, Calon Bupati Faida memiliki elektabilitas yang lumayan besar, yaitu 34,05 persen. Sementara rivalnya, Cabup Hendy Siswanto, masih mendapat elektabilitas 24,92 persen. Pada Juni 2020, nama Joko Susanto juga muncul dengan elektabilitas 10 persen lebih. Sementara itu, nama-nama lain termasuk Cabup Salam masih jauh di bawahnya.

Pada Agustus 2020, elektabilitas Faida turun drastis berdasar Survei ARCI. Saat itu, elektabilitas Faida hanya 26 persen, sedangkan Hendy bertahan di 24 persen. Pada momen sebelum penetapan bakal calon tersebut, Djoko Susanto sempat tinggi dengan perolehan elektabilitas 23 persen pada Agustus. Sementara calon lain, rata-rata di bawah 10 persen.

Seiring perkembangan politik, dari belasan nama bakal calon mengerucut menjadi tiga paslon saja. Pertama, Faida dan Dwi Arya Nugraha Oktavianto (Faida-Vian). Kedua, Hendy Siswanto dan M. Balya Firjaun Barlaman (Hendy-Firjaun). Ketiga, Abdussalam dan Ifan Ariadna Wijaya (Salam-Ifan). Sementara itu, bakal calon Djoko terpental karena terjadi perubahan politik yang sedemikian akut.

Dari ketiga paslon itu, tidak ada pengamat politik yang secara terang-terangan memprediksi siapa pemenangnya. Sebab, masing-masing memiliki kekuatan pendukung. Faida yang berangkat dari jalur perseorangan saat itu tak bisa dianggap enteng. Sementara itu, paslon yang berangkat dari jalur partai politik juga demikian. Faida memang maju sebagai calon petahana, tapi tidak memiliki jaringan seperti saat maju lewat jalur partai. Sementara Hendy dan Salam, sama-sama memiliki kekuatan jaringan partai meski Hendy berada di atas angin dengan dukungan 28 kursi, sementara Salam hanya 22 kursi di DPRD.

Jelang Pilkada, ARCI selanjutnya merilis hasil survei terakhir. Baihaqi Siraj menyebut, hasil surveinya menunjukkan perubahan yang signifikan. Di mana elektabilitas Faida-Vian hanya 35,02 persen, sementara Hendy-Firjaun pada posisi unggul yakni 39,07 persen. Sisanya Salam-Ifan 15,03 persen. “Survei ini digelar 21 November sampai 2 Desember 2020,” katanya.

Lembaga survei lain yang juga merilis hasil survei, yaitu Politika Research and Consultant (PRC). Direktur PRC Miftahul Munir menyebut, Faida-Vian memiliki elektabilitas 35,06 persen, sedangkan Hendy-Firjaun pada posisi 35,02 persen. Survei yang menempatkan Salam-Ifan pada elektabilitas 11,04 persen tersebut dilakukan pada 26 November – 2 Desember 2020.

Sementara itu, Lembaga Survei Polmark Indonesia juga merilis survei yang dilakukan pada 27 November – 3 Desember 2020. Polmark yang awalnya melakukan survei untuk internal tim pemenangan Faida itu memposisikan Faida-Vian pada elektabilitas 51,0 persen, Hendy-Firjaun 34,7 persen, sedangkan Salam-Ifan 14,3 persen.

Proses panjang tersebut tentunya tidak lepas dari upaya dan perjuangan paslon dan tim kampanye. Menurut Ketua DPD Nasdem Jember Marsuki Abdul Ghofur, Nasdem menjadi partai yang mengusung Hendy-Firjaun. Menurut dia, pengalaman Nasdem dalam menyukseskan Faida di 2015 lalu menjadi pelajaran penting untuk mengantar cabup yang didukung.

“Kerja tim adalah syarat utama untuk memenangkan calon. Makanya, dalam memenangkan Cabup Hendy, kami bekerja dengan banyak tim. Ada tim yang tersentral langsung dari calon. Kemudian, pada porsi kami di internal partai juga bergerak. Demikian juga dengan partai pengusung lain seperti Gerindra, PKS, PPP, dan Demokrat semuanya kerja keras,” beber Marsuki.

Dalam memenangkan Hendy-Firjaun, menurutnya memiliki tantangan yang berat. Berapa tidak, opini lawan tanding mengklaim direkom rakyat. “Bagaimana pun, petahana adalah lawan yang berat. Dia punya banyak jaringan yang dibangun lima tahun terakhir. Akan tetapi, kami pun memanfaatkan semua jaringan partai,” ucapnya.

Marsuki menyebut, ada hal yang perlu diluruskan meski Pilkada merupakan pertarungan ketokohan. Bukan berarti tidak jaringan yang ada ditinggal. “Partai ini juga representasi rakyat. Pilkada dipilih rakyat, anggota dewan juga dipilih rakyat. Jadi, kepercayaan rakyat kepada parlemen masih besar,” klaimnya.

Terpisah, Ketua DPD PKS Jember Ahmad Rusdan menyampaikan, pembagian wilayah kerja menjadi penting dalam menyukseskan Hendy-Firjaun. Untuk itu, cara kerja yang dilakukan tidak seluruhnya tersentral meski ada tim sentral. “Sebagai partai politik, kami bekerja dengan jaringan yang sudah ada. Tim sentral ada, tetapi mereka punya tugas sendiri dan kami punya tugas sesuai porsinya,” beber Rusdan.

Dikatakan, konsolidasi dan kerja pemenangan ditempuh sedemikian baik. Dengan demikian tugas masing-masing tim tidak akan tumpang tindih. Tim sentral yang dibentuk paslon memiliki tugas yang jelas, sementara partai pengusung juga bergerak sesuai jaringannya. “Ketokohan ini menjadi yang utama. Kami sebut, Hendy-Firjaun ini pasangan yang sangat ideal. Satunya pengusaha dan satunya ulama. Meski begitu, pilkada adalah pemilihan tokoh. Akan tetapi, tanpa ditopang dengan tim yang benar-benar bergerak bakal sulit meraih kemenangan,” ungkapnya.

Rusdan menilai, kepercayaan warga terhadap partai politik tetap besar. Sebab, anggota dewan juga dipilih rakyat. “Bupati dan dewan sama-sama dipilih rakyat. Jadi, kepercayaan warga terhadap partai tetap besar. Pemenangan pilkada ini juga tidak lepas dari partisipasi rakyat,” pungkasnya.

Dengan demikian, pada momen pilkada ini, ketokohan seseorang menjadi penting. Demikian pula dengan kerja tim yang solid juga dapat menjadi penentu. Pengamat politik Abu Bakar Ebyhara dan Itok Wicaksono pun sempat memberikan pandangannya. Bahwa, tim yang solid dan dapat mengajak warga ke TPS-lah yang akan mengantar kemenangan Cabup-Cawabup Jember.

Dalam hitung cepat versi LSI Denny JA, Hendy-Firjaun menang dengan perolehan 47,95 persen. Sementara Faida-Vian hanya 30,41 persen, dan Salam-Ifan memperoleh 21,64 persen. Untuk hasil resminya, akan segera dihitung oleh KPU Jember dan pemenang pilkada akan segera ditetapkan.

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Ajang pembuktian kekuatan pasangan calon bupati dan calon wakil bupati (cabup-cawabup) sudah terlaksana 9 Desember lalu. Meski awalnya banyak prediksi yang memenangkan calon petahana, hasil akhirnya melenceng dari dugaan semula. Calon yang diusung parpol menang. Apakah ini membuktikan bahwa parpol masih bertaji?

Data dari sejumlah lembaga survei ada yang sedari awal menggambarkan perkembangan dan peta kekuatan setiap kandidat. Accurate Research and Consultant Indonesia (ARCI), misalnya. Lembaga tersebut melakukan survei pada Juni, Agustus, hingga November dan Desember 2020. Hasilnya nyaris akurat dan mendekati hasil akhir Pilkada Jember.

Survei ARCI yang dikomandani Direktur Eksekutif ARC Indonesia Baihaqi Siraj pada Juni lalu merilis elektabilitas para bakal calon. Pada saat itu, Calon Bupati Faida memiliki elektabilitas yang lumayan besar, yaitu 34,05 persen. Sementara rivalnya, Cabup Hendy Siswanto, masih mendapat elektabilitas 24,92 persen. Pada Juni 2020, nama Joko Susanto juga muncul dengan elektabilitas 10 persen lebih. Sementara itu, nama-nama lain termasuk Cabup Salam masih jauh di bawahnya.

Pada Agustus 2020, elektabilitas Faida turun drastis berdasar Survei ARCI. Saat itu, elektabilitas Faida hanya 26 persen, sedangkan Hendy bertahan di 24 persen. Pada momen sebelum penetapan bakal calon tersebut, Djoko Susanto sempat tinggi dengan perolehan elektabilitas 23 persen pada Agustus. Sementara calon lain, rata-rata di bawah 10 persen.

Seiring perkembangan politik, dari belasan nama bakal calon mengerucut menjadi tiga paslon saja. Pertama, Faida dan Dwi Arya Nugraha Oktavianto (Faida-Vian). Kedua, Hendy Siswanto dan M. Balya Firjaun Barlaman (Hendy-Firjaun). Ketiga, Abdussalam dan Ifan Ariadna Wijaya (Salam-Ifan). Sementara itu, bakal calon Djoko terpental karena terjadi perubahan politik yang sedemikian akut.

Dari ketiga paslon itu, tidak ada pengamat politik yang secara terang-terangan memprediksi siapa pemenangnya. Sebab, masing-masing memiliki kekuatan pendukung. Faida yang berangkat dari jalur perseorangan saat itu tak bisa dianggap enteng. Sementara itu, paslon yang berangkat dari jalur partai politik juga demikian. Faida memang maju sebagai calon petahana, tapi tidak memiliki jaringan seperti saat maju lewat jalur partai. Sementara Hendy dan Salam, sama-sama memiliki kekuatan jaringan partai meski Hendy berada di atas angin dengan dukungan 28 kursi, sementara Salam hanya 22 kursi di DPRD.

Jelang Pilkada, ARCI selanjutnya merilis hasil survei terakhir. Baihaqi Siraj menyebut, hasil surveinya menunjukkan perubahan yang signifikan. Di mana elektabilitas Faida-Vian hanya 35,02 persen, sementara Hendy-Firjaun pada posisi unggul yakni 39,07 persen. Sisanya Salam-Ifan 15,03 persen. “Survei ini digelar 21 November sampai 2 Desember 2020,” katanya.

Lembaga survei lain yang juga merilis hasil survei, yaitu Politika Research and Consultant (PRC). Direktur PRC Miftahul Munir menyebut, Faida-Vian memiliki elektabilitas 35,06 persen, sedangkan Hendy-Firjaun pada posisi 35,02 persen. Survei yang menempatkan Salam-Ifan pada elektabilitas 11,04 persen tersebut dilakukan pada 26 November – 2 Desember 2020.

Sementara itu, Lembaga Survei Polmark Indonesia juga merilis survei yang dilakukan pada 27 November – 3 Desember 2020. Polmark yang awalnya melakukan survei untuk internal tim pemenangan Faida itu memposisikan Faida-Vian pada elektabilitas 51,0 persen, Hendy-Firjaun 34,7 persen, sedangkan Salam-Ifan 14,3 persen.

Proses panjang tersebut tentunya tidak lepas dari upaya dan perjuangan paslon dan tim kampanye. Menurut Ketua DPD Nasdem Jember Marsuki Abdul Ghofur, Nasdem menjadi partai yang mengusung Hendy-Firjaun. Menurut dia, pengalaman Nasdem dalam menyukseskan Faida di 2015 lalu menjadi pelajaran penting untuk mengantar cabup yang didukung.

“Kerja tim adalah syarat utama untuk memenangkan calon. Makanya, dalam memenangkan Cabup Hendy, kami bekerja dengan banyak tim. Ada tim yang tersentral langsung dari calon. Kemudian, pada porsi kami di internal partai juga bergerak. Demikian juga dengan partai pengusung lain seperti Gerindra, PKS, PPP, dan Demokrat semuanya kerja keras,” beber Marsuki.

Dalam memenangkan Hendy-Firjaun, menurutnya memiliki tantangan yang berat. Berapa tidak, opini lawan tanding mengklaim direkom rakyat. “Bagaimana pun, petahana adalah lawan yang berat. Dia punya banyak jaringan yang dibangun lima tahun terakhir. Akan tetapi, kami pun memanfaatkan semua jaringan partai,” ucapnya.

Marsuki menyebut, ada hal yang perlu diluruskan meski Pilkada merupakan pertarungan ketokohan. Bukan berarti tidak jaringan yang ada ditinggal. “Partai ini juga representasi rakyat. Pilkada dipilih rakyat, anggota dewan juga dipilih rakyat. Jadi, kepercayaan rakyat kepada parlemen masih besar,” klaimnya.

Terpisah, Ketua DPD PKS Jember Ahmad Rusdan menyampaikan, pembagian wilayah kerja menjadi penting dalam menyukseskan Hendy-Firjaun. Untuk itu, cara kerja yang dilakukan tidak seluruhnya tersentral meski ada tim sentral. “Sebagai partai politik, kami bekerja dengan jaringan yang sudah ada. Tim sentral ada, tetapi mereka punya tugas sendiri dan kami punya tugas sesuai porsinya,” beber Rusdan.

Dikatakan, konsolidasi dan kerja pemenangan ditempuh sedemikian baik. Dengan demikian tugas masing-masing tim tidak akan tumpang tindih. Tim sentral yang dibentuk paslon memiliki tugas yang jelas, sementara partai pengusung juga bergerak sesuai jaringannya. “Ketokohan ini menjadi yang utama. Kami sebut, Hendy-Firjaun ini pasangan yang sangat ideal. Satunya pengusaha dan satunya ulama. Meski begitu, pilkada adalah pemilihan tokoh. Akan tetapi, tanpa ditopang dengan tim yang benar-benar bergerak bakal sulit meraih kemenangan,” ungkapnya.

Rusdan menilai, kepercayaan warga terhadap partai politik tetap besar. Sebab, anggota dewan juga dipilih rakyat. “Bupati dan dewan sama-sama dipilih rakyat. Jadi, kepercayaan warga terhadap partai tetap besar. Pemenangan pilkada ini juga tidak lepas dari partisipasi rakyat,” pungkasnya.

Dengan demikian, pada momen pilkada ini, ketokohan seseorang menjadi penting. Demikian pula dengan kerja tim yang solid juga dapat menjadi penentu. Pengamat politik Abu Bakar Ebyhara dan Itok Wicaksono pun sempat memberikan pandangannya. Bahwa, tim yang solid dan dapat mengajak warga ke TPS-lah yang akan mengantar kemenangan Cabup-Cawabup Jember.

Dalam hitung cepat versi LSI Denny JA, Hendy-Firjaun menang dengan perolehan 47,95 persen. Sementara Faida-Vian hanya 30,41 persen, dan Salam-Ifan memperoleh 21,64 persen. Untuk hasil resminya, akan segera dihitung oleh KPU Jember dan pemenang pilkada akan segera ditetapkan.

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca