AJUNG, RADARJEMBER.ID – Cabang olahraga (cabor) atletik tidak bisa berbuat banyak ketika melihat perbaikan Stadion JSG Jember tahun ini. Sebab, stadion yang digadang-gadang jadi lokasi opening Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim 2022 itu, dalam perbaikan 2021 tidak ada untuk lintasan atletik.
“Kalau untuk lintasan atletik atau lari tidak ada. Renovasi yang diperbaiki lapangan, kusen jendela dan pintu, termasuk keramik yang pecah,” ucap Husen, pelaksana lapangan perbaikan Stadion JSG.
Pelatih atletik dari Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Jember Wahman Sumanjaya mengatakan, untuk ajang pekan olahraga pada umumnya, atletik dan sepak bola memakai stadion utama. “Kalau atletik biasanya dilaksanakan di stadion utama,” ucapnya.
Oleh karena itu, bila Jember menjadi tuan rumah, maka aneh bila atletik tidak dilaksanakan di Jember. Apalagi, atletik juga banyak nomor yang dipertandingkan. Sementara itu, perihal lintasan atletik atau lari memang terdapat standar yang harus diikuti. “Kalau aspal, ya, tidak bisa dipakai, karena tidak standar,” ucapnya.
Mengapa demikian? Sebab, menurut Wahman, berpengaruh terhadap kesehatan atlet lari. Sebab, lintasan aspal tidak ada penahan hentakan kaki. Sehingga, bila atlet berlari di aspal akan berpengaruh terhadap kerentanan cidera, seperti ke tulang kering. “Makanya kalau jogging itu butuh sepatu khusus, karena untuk mengurangi hentakan,” paparnya.
Standar dalam lintasan lari, dia memaparkan, adalah memakai gravel dan tartan atau disebut sintetis. Untuk harga tartan sendiri setidaknya Rp 9 miliar, namun untuk gravel jauh lebih murah. “Tahun 2011 saya pernah tanya ke PB PASI, tartan itu harganya Rp 9 miliar. Tidak tahu kalau sekarang berapa harganya,” jelasnya.
Karena itu, menurut dia, bila anggaran tipis dalam perbaikan olahraga, lebih baik pakai gravel. “Gravel itu sudah bagus, seperti Madiun, tuan rumah Porprov Jatim 2013 juga pakai gravel. Mungkin kisaran Rp 1 miliar kebutuhannya,” paparnya.
Wahman mengaku, Jember tidak memiliki lintasan lari yang standar. “Lintasan lari di Lapangan Brigif sebenarnya bagus dan gravel. Tapi yang buat tidak standar adalah jumlah lintasannya ada lima. Sedangkan standarnya adalah delapan,” terangnya.
Sementara itu, untuk Stadion Notohadinegoro juga tidak bisa karena jarak terlalu pendek. Apalagi juga terlalu menikung. Sehingga untuk lari jarak pendek tidak direkomendasikan, karena masih butuh ruang kosong untuk menurunkan kecepatan. “Kalau di Stadion Notohadinegoro itu langsung tembok,” imbuhnya.
Pada Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) 2016 dan Jember sebagai tuan rumah, untuk nomor lari, lintasan larinya memakai Stadion Universitas Jember (Unej). “Waktu Popda itu mendapatkan kritikan, khususnya lintasan lari. Kondisinya sangat memalukan. Kalau pakai Unej berarti mengulangi kembali Popda,” ungkapnya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Cipta Karya (DPRKPCK) Eko Verdianto mengakui bahwa perbaikan sarana olahraga dananya memang terbatas. Karenanya, tidak bisa memenuhi kebutuhan seluruhnya. Dia menjelaskan, perbaikan Stadion JSG difokuskan pada lapangan, kamar mandi, dan beberapa infrastruktur yang rusak. “Seperti keramik-keramik sudah banyak yang pecah, itu juga akan diperbaiki,” jelasnya.
Cekaknya anggaran perbaikan itu juga berpengaruh terhadap jumlah venue yang akan direnovasi. Jika awalnya ada enam, kini tinggal lima venue. Yakni Stadion JSG, Stadion Notohadinegoro, Kolam Renang Kebon Agung, GOR Argopuro, GOR PKPSO Kaliwates. Khusus untuk Lapangan Tenis Kaliwates yang semula masuk daftar perbaikan, akhirnya tidak jadi direnovasi tahun ini.
Reporter : Dwi Siswanto
Fotografer : Dwi Siswanto
Editor : Mahrus Sholih