23.3 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Terobosan Ponpes Darus Sholah Jember, Ngaji Kitab Kuning secara Live

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Berawal dari membina pengajian dari kampung ke kampung, Kiai Yusuf Muhammad, atau biasa dipanggil Gus Yus, mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes) Darus Sholah. Ponpes ini berdiri pada tahun 1987. lokasinya di Jalan Moh. Yamin, Kelurahan Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates, dengan luas sekitar 8 hektare. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh KHR As’ad Syamsul Arifin, Sukorejo, Sitobondo.

Baca Juga : Perlu Jaga Asupan Gizi saat Puasa

Ketua Pengurus Ponpes Darus Sholah M Agustia Maradika mengatakan, Gus Yus merupakan cucu dari Kiai Siddiq, Jember, salah satu tokoh yang banyak melahirkan pejuang-pejuang Islam. “Kiai Muhammad menikah dengan Nyai Zainab, putri Kiai Shiddiq, jadi Gus Yus ini masih keponakan Kiai Achmad Siddiq, tokoh besar NU itu,” jelasnya.

Mobile_AP_Rectangle 2

Setelah wafatnya sang pendiri pada 30 November 2004, akibat kecelakaan pesawat Lion Air di Surakarta, kepemimpinan pesantren ini dipegang istrinya, Nyai Rosyidah, sampai sekarang. “Bu Nyai semua yang pegang, mulai dari pengasuh sama ketua yayasan pesantren, namun dibantu sama putra-putranya,” tambahnya.

Hingga sekarang, Pesantren Darus Sholah sudah berusia 35 tahun. Tentu dengan pesatnya perkembangan, pesantren ini mampu beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Beberapa program sekolah dan kegiatan pondok sudah memakai sistem modern. Seperti TK, SD, SMP plus, SMA unggulan, MA/MAK, dan lain-lain. Dengannya, Darus Sholah makin diminati masyarakat. “Alhamdulillah, santrinya sudah banyak, tidak seperti awal merintis,” ujar Dika.

Sementara, pesantren ini bukan hanya disinggahi oleh mereka yang menetap di pondok. Pesantren tetap menerima santri yang pulang pergi (PP) dari rumahnya untuk mengikuti kegiatan pondok. Hal ini karena banyak anak-anak di Tegal Besar dan sekitarnya yang juga menimba ilmu di pondok pesantren tersebut. “Kalau kegiatan pondok sekarang, kami sering live streaming agar yang di luar bisa nimbrung juga,” jelasnya.

Bangun Kebersamaan lewat Buka dan Sahur Bersama

Ponpes Darus Sholah ini nantinya akan meliburkan semua kegiatan santri pada tanggal 17 Ramadan atau sebentar lagi. Sebelum libur, para santri wajib mengikuti kegiatan keagamaan. Mulai dari Subuh hingga menjelang buka puasa. Dilanjutkan setelah salat Tarawih ada kajian kitab oleh para pengurus pesantren.

Menelisik lebih dalam kegiatan pesantren se-Jember, ternyata memiliki banyak variasi kegiatan. Termasuk Ponpes Darus Sholah. Santri di pesantren tersebut tidak menghabiskan bulan Ramadan di pondok. Melainkan hanya 17 hari saja. Setelah itu, santri diliburkan menjelang Lebaran. Namun, sebelum libur para santri wajib mengikuti program pengajian kitab kuning setiap hari. “Biasanya, selama beberapa hari di pondok. Para santri start baca kitab setelah Subuh, kemudian dilanjutkan setelah asar. Ada jeda istirahat setelah salat Duhur,” tambah M Agustia Maradika.

Sementara itu, aktivitas sekolah formal dikurangi selama bulan Ramadan. Para santri lebih banyak berkegiatan di pondok. “Istilah kegiatan kalau di bulan ini, diisi dengan aktivitas tabarrukan,” tambah Dika. Pihak pesantren melihat kepentingan intensitas belajar agama di bulan Ramadan sebagai waktu yang tepat untuk berupaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.

“Untuk santri yang pulang pergi, sebenarnya bisa juga mengikuti kegiatan pondok, namun tidak ada yang datang. Makanya alternatifnya sebagian kajian kitab sambil live streaming,” jelasnya. Dikatakan, siaran langsung kegiatan pesantren bertujuan untuk mempermudah santri di luar pesantren agar tetap bisa mengikuti dari rumahnya.

Menjelang waktu berbuka, Darus Sholah mempunyai budaya santri yang unik, dengan program buka bersama. Setiap selesai kegiatan, para santri berjejer di depan pesantren untuk mengambil takjil. “Mereka bawa piring, gelas, dan sendok sendiri-sendiri. jadi, lebih mudah daripada makan bersama pakai kertas minyak,” ujarnya.

Ainur Rahman, santri yang ikut mengantre, mengatakan, dia betah di pondok karena banyak teman dan sering buka puasa bersama. “Banyak teman, dan bisa buka puasa bersama dengan bahagia. Kalau di rumah belum tentu berpuasa penuh,” ungkapnya.

Hal ini dilakukan untuk seluruh santri Darus Sholah laki-laki dan perempuan. “Pondoknya dipisah, kegiatan juga dipisah. Terus ambil bukbernya bareng-bareng semua santri. Hanya beda lorong saja,” pungkasnya.

 

Jurnalis : mg4
Fotografer : mg4
Redaktur : Nur Hariri

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Berawal dari membina pengajian dari kampung ke kampung, Kiai Yusuf Muhammad, atau biasa dipanggil Gus Yus, mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes) Darus Sholah. Ponpes ini berdiri pada tahun 1987. lokasinya di Jalan Moh. Yamin, Kelurahan Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates, dengan luas sekitar 8 hektare. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh KHR As’ad Syamsul Arifin, Sukorejo, Sitobondo.

Baca Juga : Perlu Jaga Asupan Gizi saat Puasa

Ketua Pengurus Ponpes Darus Sholah M Agustia Maradika mengatakan, Gus Yus merupakan cucu dari Kiai Siddiq, Jember, salah satu tokoh yang banyak melahirkan pejuang-pejuang Islam. “Kiai Muhammad menikah dengan Nyai Zainab, putri Kiai Shiddiq, jadi Gus Yus ini masih keponakan Kiai Achmad Siddiq, tokoh besar NU itu,” jelasnya.

Setelah wafatnya sang pendiri pada 30 November 2004, akibat kecelakaan pesawat Lion Air di Surakarta, kepemimpinan pesantren ini dipegang istrinya, Nyai Rosyidah, sampai sekarang. “Bu Nyai semua yang pegang, mulai dari pengasuh sama ketua yayasan pesantren, namun dibantu sama putra-putranya,” tambahnya.

Hingga sekarang, Pesantren Darus Sholah sudah berusia 35 tahun. Tentu dengan pesatnya perkembangan, pesantren ini mampu beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Beberapa program sekolah dan kegiatan pondok sudah memakai sistem modern. Seperti TK, SD, SMP plus, SMA unggulan, MA/MAK, dan lain-lain. Dengannya, Darus Sholah makin diminati masyarakat. “Alhamdulillah, santrinya sudah banyak, tidak seperti awal merintis,” ujar Dika.

Sementara, pesantren ini bukan hanya disinggahi oleh mereka yang menetap di pondok. Pesantren tetap menerima santri yang pulang pergi (PP) dari rumahnya untuk mengikuti kegiatan pondok. Hal ini karena banyak anak-anak di Tegal Besar dan sekitarnya yang juga menimba ilmu di pondok pesantren tersebut. “Kalau kegiatan pondok sekarang, kami sering live streaming agar yang di luar bisa nimbrung juga,” jelasnya.

Bangun Kebersamaan lewat Buka dan Sahur Bersama

Ponpes Darus Sholah ini nantinya akan meliburkan semua kegiatan santri pada tanggal 17 Ramadan atau sebentar lagi. Sebelum libur, para santri wajib mengikuti kegiatan keagamaan. Mulai dari Subuh hingga menjelang buka puasa. Dilanjutkan setelah salat Tarawih ada kajian kitab oleh para pengurus pesantren.

Menelisik lebih dalam kegiatan pesantren se-Jember, ternyata memiliki banyak variasi kegiatan. Termasuk Ponpes Darus Sholah. Santri di pesantren tersebut tidak menghabiskan bulan Ramadan di pondok. Melainkan hanya 17 hari saja. Setelah itu, santri diliburkan menjelang Lebaran. Namun, sebelum libur para santri wajib mengikuti program pengajian kitab kuning setiap hari. “Biasanya, selama beberapa hari di pondok. Para santri start baca kitab setelah Subuh, kemudian dilanjutkan setelah asar. Ada jeda istirahat setelah salat Duhur,” tambah M Agustia Maradika.

Sementara itu, aktivitas sekolah formal dikurangi selama bulan Ramadan. Para santri lebih banyak berkegiatan di pondok. “Istilah kegiatan kalau di bulan ini, diisi dengan aktivitas tabarrukan,” tambah Dika. Pihak pesantren melihat kepentingan intensitas belajar agama di bulan Ramadan sebagai waktu yang tepat untuk berupaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.

“Untuk santri yang pulang pergi, sebenarnya bisa juga mengikuti kegiatan pondok, namun tidak ada yang datang. Makanya alternatifnya sebagian kajian kitab sambil live streaming,” jelasnya. Dikatakan, siaran langsung kegiatan pesantren bertujuan untuk mempermudah santri di luar pesantren agar tetap bisa mengikuti dari rumahnya.

Menjelang waktu berbuka, Darus Sholah mempunyai budaya santri yang unik, dengan program buka bersama. Setiap selesai kegiatan, para santri berjejer di depan pesantren untuk mengambil takjil. “Mereka bawa piring, gelas, dan sendok sendiri-sendiri. jadi, lebih mudah daripada makan bersama pakai kertas minyak,” ujarnya.

Ainur Rahman, santri yang ikut mengantre, mengatakan, dia betah di pondok karena banyak teman dan sering buka puasa bersama. “Banyak teman, dan bisa buka puasa bersama dengan bahagia. Kalau di rumah belum tentu berpuasa penuh,” ungkapnya.

Hal ini dilakukan untuk seluruh santri Darus Sholah laki-laki dan perempuan. “Pondoknya dipisah, kegiatan juga dipisah. Terus ambil bukbernya bareng-bareng semua santri. Hanya beda lorong saja,” pungkasnya.

 

Jurnalis : mg4
Fotografer : mg4
Redaktur : Nur Hariri

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Berawal dari membina pengajian dari kampung ke kampung, Kiai Yusuf Muhammad, atau biasa dipanggil Gus Yus, mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes) Darus Sholah. Ponpes ini berdiri pada tahun 1987. lokasinya di Jalan Moh. Yamin, Kelurahan Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates, dengan luas sekitar 8 hektare. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh KHR As’ad Syamsul Arifin, Sukorejo, Sitobondo.

Baca Juga : Perlu Jaga Asupan Gizi saat Puasa

Ketua Pengurus Ponpes Darus Sholah M Agustia Maradika mengatakan, Gus Yus merupakan cucu dari Kiai Siddiq, Jember, salah satu tokoh yang banyak melahirkan pejuang-pejuang Islam. “Kiai Muhammad menikah dengan Nyai Zainab, putri Kiai Shiddiq, jadi Gus Yus ini masih keponakan Kiai Achmad Siddiq, tokoh besar NU itu,” jelasnya.

Setelah wafatnya sang pendiri pada 30 November 2004, akibat kecelakaan pesawat Lion Air di Surakarta, kepemimpinan pesantren ini dipegang istrinya, Nyai Rosyidah, sampai sekarang. “Bu Nyai semua yang pegang, mulai dari pengasuh sama ketua yayasan pesantren, namun dibantu sama putra-putranya,” tambahnya.

Hingga sekarang, Pesantren Darus Sholah sudah berusia 35 tahun. Tentu dengan pesatnya perkembangan, pesantren ini mampu beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Beberapa program sekolah dan kegiatan pondok sudah memakai sistem modern. Seperti TK, SD, SMP plus, SMA unggulan, MA/MAK, dan lain-lain. Dengannya, Darus Sholah makin diminati masyarakat. “Alhamdulillah, santrinya sudah banyak, tidak seperti awal merintis,” ujar Dika.

Sementara, pesantren ini bukan hanya disinggahi oleh mereka yang menetap di pondok. Pesantren tetap menerima santri yang pulang pergi (PP) dari rumahnya untuk mengikuti kegiatan pondok. Hal ini karena banyak anak-anak di Tegal Besar dan sekitarnya yang juga menimba ilmu di pondok pesantren tersebut. “Kalau kegiatan pondok sekarang, kami sering live streaming agar yang di luar bisa nimbrung juga,” jelasnya.

Bangun Kebersamaan lewat Buka dan Sahur Bersama

Ponpes Darus Sholah ini nantinya akan meliburkan semua kegiatan santri pada tanggal 17 Ramadan atau sebentar lagi. Sebelum libur, para santri wajib mengikuti kegiatan keagamaan. Mulai dari Subuh hingga menjelang buka puasa. Dilanjutkan setelah salat Tarawih ada kajian kitab oleh para pengurus pesantren.

Menelisik lebih dalam kegiatan pesantren se-Jember, ternyata memiliki banyak variasi kegiatan. Termasuk Ponpes Darus Sholah. Santri di pesantren tersebut tidak menghabiskan bulan Ramadan di pondok. Melainkan hanya 17 hari saja. Setelah itu, santri diliburkan menjelang Lebaran. Namun, sebelum libur para santri wajib mengikuti program pengajian kitab kuning setiap hari. “Biasanya, selama beberapa hari di pondok. Para santri start baca kitab setelah Subuh, kemudian dilanjutkan setelah asar. Ada jeda istirahat setelah salat Duhur,” tambah M Agustia Maradika.

Sementara itu, aktivitas sekolah formal dikurangi selama bulan Ramadan. Para santri lebih banyak berkegiatan di pondok. “Istilah kegiatan kalau di bulan ini, diisi dengan aktivitas tabarrukan,” tambah Dika. Pihak pesantren melihat kepentingan intensitas belajar agama di bulan Ramadan sebagai waktu yang tepat untuk berupaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.

“Untuk santri yang pulang pergi, sebenarnya bisa juga mengikuti kegiatan pondok, namun tidak ada yang datang. Makanya alternatifnya sebagian kajian kitab sambil live streaming,” jelasnya. Dikatakan, siaran langsung kegiatan pesantren bertujuan untuk mempermudah santri di luar pesantren agar tetap bisa mengikuti dari rumahnya.

Menjelang waktu berbuka, Darus Sholah mempunyai budaya santri yang unik, dengan program buka bersama. Setiap selesai kegiatan, para santri berjejer di depan pesantren untuk mengambil takjil. “Mereka bawa piring, gelas, dan sendok sendiri-sendiri. jadi, lebih mudah daripada makan bersama pakai kertas minyak,” ujarnya.

Ainur Rahman, santri yang ikut mengantre, mengatakan, dia betah di pondok karena banyak teman dan sering buka puasa bersama. “Banyak teman, dan bisa buka puasa bersama dengan bahagia. Kalau di rumah belum tentu berpuasa penuh,” ungkapnya.

Hal ini dilakukan untuk seluruh santri Darus Sholah laki-laki dan perempuan. “Pondoknya dipisah, kegiatan juga dipisah. Terus ambil bukbernya bareng-bareng semua santri. Hanya beda lorong saja,” pungkasnya.

 

Jurnalis : mg4
Fotografer : mg4
Redaktur : Nur Hariri

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca