SUMBERSARI, RADARJEMBER.ID – Hujan disertai guntur menyelimuti langit Jember, Kamis (10/11) malam. Suasana itu seolah mendukung aktivitas sejumlah mahasiswa yang sedang berlatih teater di salah satu gedung kesenian Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember (Unej).
“Aduh, sakit Lin, perutku sakit,” ucap Ayu Komang Kholilatul Amah saat memerankan seorang ibu hamil. Sembari memegangi perut yang tengah hamil sembilan bulan tersebut, tangan yang lain tampak menggenggam erat pergelangan tangan Aulina Roudlotul Jannah, yang saat itu berperan sebagai sang adik.
Diceritakan dalam sebuah latihan keaktoran kala itu, Komang sedang mengandung anak pertamanya. Namun, karena sebuah pertengkaran rumah tangga yang pelik, sang suami memilih untuk minggat. “Tolong hubungi Mas Surya, Lin. Bilang kalau aku harus segera ke rumah sakit,” kata Komang, sambil merintih kesakitan.
Wajahnya tampak pucat. Sesekali dia juga mengembuskan napas panjang. “Iya, Mbak. Ini sudah saya telepon, tapi tidak diangkat. Pesan chat yang kukirim sejak tadi sore juga tidak dibalas,” timpal Aulina. Ia semakin panik melihat Komang yang terus merintih. “Ayo Mbak, ke rumah sakit sekarang. Saya takut kalau terjadi apa-apa,” ajaknya.
Aulina menetaskan air mata. Dia takut nyawa kakak atau si jabang bayi tak bisa terselamatkan jika tak segera mendapatkan pertolongan. “Ndak apa-apa, Lin, kamu terus hubungi Mas Surya saja. Aku masih bisa menahan ini. Toh, hujan juga sedang deras-derasnya,” lanjut perempuan yang sehari-hari tinggal kos di Jalan Bengawan Solo, Lingkungan Tegalboto Kidul, Kecamatan Sumbersari, tersebut.
“Kat!” pekik Dwi Aprilia, Ketua Umum Teater Tiang FKIP Unej. Dia menghentikan latihan seni peran saat itu. Kedua aktor pun beranjak dari panggung dan beristirahat. Wanita yang akrab disapa April itu menjelaskan, latihan tersebut merupakan salah satu kegiatan untuk mendukung sebuah pementasan teater.
“Kalau pas tidak ada proses pementasan, biasanya hanya sebatas melatih keaktoran agar tidak tumpul,” paparnya. Mengingat, salah satu ruh dalam pementasan teater adalah ketika para aktornya dapat memerankan peran dengan baik.
Sementara itu, jika proses pementasan digelar, ada banyak proses yang perlu dilakukan. Mulai dari pemilihan naskah, membentuk tim produksi, membaca naskah, eksplorasi dengan dan tanpa naskah, blocking, running, detail, geladi kotor, geladi bersih, hingga pementasan dapat berlangsung. “Minimal butuh waktu sebulan sebelum menggelar pementasan teater. Tapi, paling bagus itu sekitar tiga bulan,” papar dara kelahiran Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, itu.
Dengan begitu, segala persiapan pementasan yang meliputi ilustrasi, tata panggung, make-up, kostum, serta lighting dapat dimaksimalkan. Dengan waktu selama itu, para aktor bisa lebih lama melakukan observasi dari setiap peran yang dimainkan, sehingga bisa lebih menghayati peran saat pementasan digelar.
Belum lagi, April menyebutkan, ada manfaat yang dapat dirasakan setiap aktor mulai awal pembentukan tim produksi hingga pementasan berakhir. “Pasti banyak yang bilang kalau berperan menjadi orang lain itu sulit karena tak semua orang bisa memerankan orang lain,” ungkapnya.
Oleh karena itu, dia menuturkan bahwa ilmu itu perlu diamalkan di dunia nyata. Artinya, tidak mudah menjadi orang lain. “Jadi, kita harus bisa menghargai apa pun yang orang lain lakukan,” ucapnya.
Dengan demikian, para mahasiswa itu tak melulu belajar bagaimana bisa segera lulus, lalu segera pulang ke kampung halaman masing-masing. Namun, ada pembelajaran kehidupan bagaimana memanusiakan liyan lewat seni peran. (nen/c2/rus)