27.2 C
Jember
Saturday, 1 April 2023

Berangsur Naik, tapi Tetap Rugi

Harga Cabai di Petani Masih Rendah

Mobile_AP_Rectangle 1

JELBUK.RADARJEMBER.ID – Harga cabai di Jember terpantau tidak stabil. Dari petani harga cabai terus bergerak turun. Misalnya di desa Sucopangepok, Kecamatan Jelbuk, harga cabai melambung diangka Rp 7.000 hingga Rp 9.000 per kilogram. Harga tersebut merupakan harga yang ditetapkan pengepul kepada petani.

Sedangkan, dari para pedagang dan distributor pasar, harganya lebih rendah. Mereka memasang harga beli mulai Rp 6.000 per kilogram. “Paling mentok harganya kalau ke pedagang Rp 9.000,” kata Irul, distributor cabai rawit di Desa Sucopangepok.

Rusaknya harga cabai ini telah terjadi sejak awal pandemi. Semakin parah di bulan Agustus. Selama ini, Irul merupakan distirbutor cabai dari pengepul yang nantinya dikirim ke Palembang dan Jambi.

Mobile_AP_Rectangle 2

Sebelum pandemi, Irul mampu mengirim cabai keriting satu truk setiap harinya. Kini, ia hanya mampu kirim 5 – 10 karung cabai setiap harinya. “Itu saja saya kirimnya pakai ekspedisi. Tidak seperti dulu langsung pakai truk sendiri,” ujarnya.

Seolah tak memiliki alternatif lain, walaupun harga cukup rendah dan merugikan, Irul tetap melakukan distribusi cabai. Sebab, jika ia berhenti tidak melakukan ekspedisi, pelanggan akan melirik pemasok lain. “Jadi saya tetep kirim. Ditelateni saja,” ungkapnya.

Sementara, di tempat berbeda, di Dusun Muneng, Desa Kraton, Kecamatan Gumukmas, harga cabai rawit berada di kisaran Rp 4.000 per kilogram. “Pengepul ambilnya Rp 4.000,” tutur Ali Surahman, salah satu petani cabai di dusun setempat.

Ali mengatakan, harga ini sudah lebih baik dari harga sebelumnya, yakni Rp 2.500 per kilogram. Kendati demikian, Ali optimistis dalam kurun waktu dekat harga cabai akan bergerak naik. “Sampai di harga empat ribu, paling harganya akan naik. Tapi, liat saja nanti,” pungkasnya. (*)

- Advertisement -

JELBUK.RADARJEMBER.ID – Harga cabai di Jember terpantau tidak stabil. Dari petani harga cabai terus bergerak turun. Misalnya di desa Sucopangepok, Kecamatan Jelbuk, harga cabai melambung diangka Rp 7.000 hingga Rp 9.000 per kilogram. Harga tersebut merupakan harga yang ditetapkan pengepul kepada petani.

Sedangkan, dari para pedagang dan distributor pasar, harganya lebih rendah. Mereka memasang harga beli mulai Rp 6.000 per kilogram. “Paling mentok harganya kalau ke pedagang Rp 9.000,” kata Irul, distributor cabai rawit di Desa Sucopangepok.

Rusaknya harga cabai ini telah terjadi sejak awal pandemi. Semakin parah di bulan Agustus. Selama ini, Irul merupakan distirbutor cabai dari pengepul yang nantinya dikirim ke Palembang dan Jambi.

Sebelum pandemi, Irul mampu mengirim cabai keriting satu truk setiap harinya. Kini, ia hanya mampu kirim 5 – 10 karung cabai setiap harinya. “Itu saja saya kirimnya pakai ekspedisi. Tidak seperti dulu langsung pakai truk sendiri,” ujarnya.

Seolah tak memiliki alternatif lain, walaupun harga cukup rendah dan merugikan, Irul tetap melakukan distribusi cabai. Sebab, jika ia berhenti tidak melakukan ekspedisi, pelanggan akan melirik pemasok lain. “Jadi saya tetep kirim. Ditelateni saja,” ungkapnya.

Sementara, di tempat berbeda, di Dusun Muneng, Desa Kraton, Kecamatan Gumukmas, harga cabai rawit berada di kisaran Rp 4.000 per kilogram. “Pengepul ambilnya Rp 4.000,” tutur Ali Surahman, salah satu petani cabai di dusun setempat.

Ali mengatakan, harga ini sudah lebih baik dari harga sebelumnya, yakni Rp 2.500 per kilogram. Kendati demikian, Ali optimistis dalam kurun waktu dekat harga cabai akan bergerak naik. “Sampai di harga empat ribu, paling harganya akan naik. Tapi, liat saja nanti,” pungkasnya. (*)

JELBUK.RADARJEMBER.ID – Harga cabai di Jember terpantau tidak stabil. Dari petani harga cabai terus bergerak turun. Misalnya di desa Sucopangepok, Kecamatan Jelbuk, harga cabai melambung diangka Rp 7.000 hingga Rp 9.000 per kilogram. Harga tersebut merupakan harga yang ditetapkan pengepul kepada petani.

Sedangkan, dari para pedagang dan distributor pasar, harganya lebih rendah. Mereka memasang harga beli mulai Rp 6.000 per kilogram. “Paling mentok harganya kalau ke pedagang Rp 9.000,” kata Irul, distributor cabai rawit di Desa Sucopangepok.

Rusaknya harga cabai ini telah terjadi sejak awal pandemi. Semakin parah di bulan Agustus. Selama ini, Irul merupakan distirbutor cabai dari pengepul yang nantinya dikirim ke Palembang dan Jambi.

Sebelum pandemi, Irul mampu mengirim cabai keriting satu truk setiap harinya. Kini, ia hanya mampu kirim 5 – 10 karung cabai setiap harinya. “Itu saja saya kirimnya pakai ekspedisi. Tidak seperti dulu langsung pakai truk sendiri,” ujarnya.

Seolah tak memiliki alternatif lain, walaupun harga cukup rendah dan merugikan, Irul tetap melakukan distribusi cabai. Sebab, jika ia berhenti tidak melakukan ekspedisi, pelanggan akan melirik pemasok lain. “Jadi saya tetep kirim. Ditelateni saja,” ungkapnya.

Sementara, di tempat berbeda, di Dusun Muneng, Desa Kraton, Kecamatan Gumukmas, harga cabai rawit berada di kisaran Rp 4.000 per kilogram. “Pengepul ambilnya Rp 4.000,” tutur Ali Surahman, salah satu petani cabai di dusun setempat.

Ali mengatakan, harga ini sudah lebih baik dari harga sebelumnya, yakni Rp 2.500 per kilogram. Kendati demikian, Ali optimistis dalam kurun waktu dekat harga cabai akan bergerak naik. “Sampai di harga empat ribu, paling harganya akan naik. Tapi, liat saja nanti,” pungkasnya. (*)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca