30.4 C
Jember
Friday, 24 March 2023

Harus Kontrol Makanan Pembuka Puasa

Mobile_AP_Rectangle 1

PATRANG, Radar Jember – Banyak variasi menu yang bisa disajikan untuk berbuka puasa sebagai takjil. Mulai dari kolak, kurma, hingga aneka minuman dingin. Makanan dan minuman manis menjadi jenis yang paling banyak dicari masyarakat. Makan dengan rasa manis saat berbuka dinilai dapat mengembalikan gula darah yang turun setelah seharian berpuasa.

Namun, makan dan minum dengan yang manis patut memperhatikan kadarnya juga. Saat berpuasa, angka kecukupan gizi (AKG) harus tetap terpenuhi. Secara umum total kebutuhan kalori orang dewasa dalam kondisi normal antara 1.800 sampai 2.100 kalori. Dalam memenuhinya, bisa disiasati dengan pembagian waktu makan dengan komposisi tertentu.

“Yang disarankan saat berpuasa untuk mengonsumsi makanan yang manis, yang kalorinya 10 persen dari total kebutuhan satu hari,” ujar Farida Anggraini, Seksi Kesehatan Gizi dan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember.

Mobile_AP_Rectangle 2

Mengonsumsi makanan manis seperti buah atau kurma yang mengandung gula menjadi pilihan untuk makanan pembuka. Setelah itu, makanan utama sebaiknya disantap setelah melaksanakan salat Magrib.

Farida menambahkan, masih ada buah-buahan dengan kandungan gula alami yang dapat dikonsumsi setelah jeda salat Tarawih.  Artinya, kisaran 200 kalori dari AKG dapat dipenuhi dengan makanan mengandung gula.

Baru sisanya, 1/3 dari kebutuhan kalori dalam satu hari bisa dipenuhi saat waktu sahur. Ahli Gizi lulusan Diploma 4 Poltekes Malang itu meruntutkan pembagian waktu makan yang bisa dilakukan saat puasa. “Terbagi setelah shalat Magrib, Isya, dan waktu sahur,” jelasnya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Yang terpenting dalam hal ini juga kecakapan dalam mengatur komposisi makanan serta cara pengolahannya. Asupan yang diperbanyak seharusnya serat dan protein. Sumber lemak bisa dipilih dari bahan makanan yang sehat atau lemak tidak jenuh. Seperti ikan laut dan daging merah. “Lemak tidak melebihi 1/3 dari total kebutuhan kalori,” tambah Farida.

Guna mengantisipasi adanya lemak jenuh dalam tubuh, dia mengatakan, agar tidak terlalu banyak makan gorengan. Jika ingin menggoreng, bisa disiasati pada salah satu menu makanan saja. “Yang lain bisa dikukus atau dibakar. Hal ini untuk mengurangi timbunan lemak dalam tubuh,” pungkasnya. (Mg8/c2/bud)

 

- Advertisement -

PATRANG, Radar Jember – Banyak variasi menu yang bisa disajikan untuk berbuka puasa sebagai takjil. Mulai dari kolak, kurma, hingga aneka minuman dingin. Makanan dan minuman manis menjadi jenis yang paling banyak dicari masyarakat. Makan dengan rasa manis saat berbuka dinilai dapat mengembalikan gula darah yang turun setelah seharian berpuasa.

Namun, makan dan minum dengan yang manis patut memperhatikan kadarnya juga. Saat berpuasa, angka kecukupan gizi (AKG) harus tetap terpenuhi. Secara umum total kebutuhan kalori orang dewasa dalam kondisi normal antara 1.800 sampai 2.100 kalori. Dalam memenuhinya, bisa disiasati dengan pembagian waktu makan dengan komposisi tertentu.

“Yang disarankan saat berpuasa untuk mengonsumsi makanan yang manis, yang kalorinya 10 persen dari total kebutuhan satu hari,” ujar Farida Anggraini, Seksi Kesehatan Gizi dan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember.

Mengonsumsi makanan manis seperti buah atau kurma yang mengandung gula menjadi pilihan untuk makanan pembuka. Setelah itu, makanan utama sebaiknya disantap setelah melaksanakan salat Magrib.

Farida menambahkan, masih ada buah-buahan dengan kandungan gula alami yang dapat dikonsumsi setelah jeda salat Tarawih.  Artinya, kisaran 200 kalori dari AKG dapat dipenuhi dengan makanan mengandung gula.

Baru sisanya, 1/3 dari kebutuhan kalori dalam satu hari bisa dipenuhi saat waktu sahur. Ahli Gizi lulusan Diploma 4 Poltekes Malang itu meruntutkan pembagian waktu makan yang bisa dilakukan saat puasa. “Terbagi setelah shalat Magrib, Isya, dan waktu sahur,” jelasnya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Yang terpenting dalam hal ini juga kecakapan dalam mengatur komposisi makanan serta cara pengolahannya. Asupan yang diperbanyak seharusnya serat dan protein. Sumber lemak bisa dipilih dari bahan makanan yang sehat atau lemak tidak jenuh. Seperti ikan laut dan daging merah. “Lemak tidak melebihi 1/3 dari total kebutuhan kalori,” tambah Farida.

Guna mengantisipasi adanya lemak jenuh dalam tubuh, dia mengatakan, agar tidak terlalu banyak makan gorengan. Jika ingin menggoreng, bisa disiasati pada salah satu menu makanan saja. “Yang lain bisa dikukus atau dibakar. Hal ini untuk mengurangi timbunan lemak dalam tubuh,” pungkasnya. (Mg8/c2/bud)

 

PATRANG, Radar Jember – Banyak variasi menu yang bisa disajikan untuk berbuka puasa sebagai takjil. Mulai dari kolak, kurma, hingga aneka minuman dingin. Makanan dan minuman manis menjadi jenis yang paling banyak dicari masyarakat. Makan dengan rasa manis saat berbuka dinilai dapat mengembalikan gula darah yang turun setelah seharian berpuasa.

Namun, makan dan minum dengan yang manis patut memperhatikan kadarnya juga. Saat berpuasa, angka kecukupan gizi (AKG) harus tetap terpenuhi. Secara umum total kebutuhan kalori orang dewasa dalam kondisi normal antara 1.800 sampai 2.100 kalori. Dalam memenuhinya, bisa disiasati dengan pembagian waktu makan dengan komposisi tertentu.

“Yang disarankan saat berpuasa untuk mengonsumsi makanan yang manis, yang kalorinya 10 persen dari total kebutuhan satu hari,” ujar Farida Anggraini, Seksi Kesehatan Gizi dan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember.

Mengonsumsi makanan manis seperti buah atau kurma yang mengandung gula menjadi pilihan untuk makanan pembuka. Setelah itu, makanan utama sebaiknya disantap setelah melaksanakan salat Magrib.

Farida menambahkan, masih ada buah-buahan dengan kandungan gula alami yang dapat dikonsumsi setelah jeda salat Tarawih.  Artinya, kisaran 200 kalori dari AKG dapat dipenuhi dengan makanan mengandung gula.

Baru sisanya, 1/3 dari kebutuhan kalori dalam satu hari bisa dipenuhi saat waktu sahur. Ahli Gizi lulusan Diploma 4 Poltekes Malang itu meruntutkan pembagian waktu makan yang bisa dilakukan saat puasa. “Terbagi setelah shalat Magrib, Isya, dan waktu sahur,” jelasnya kepada Jawa Pos Radar Jember.

Yang terpenting dalam hal ini juga kecakapan dalam mengatur komposisi makanan serta cara pengolahannya. Asupan yang diperbanyak seharusnya serat dan protein. Sumber lemak bisa dipilih dari bahan makanan yang sehat atau lemak tidak jenuh. Seperti ikan laut dan daging merah. “Lemak tidak melebihi 1/3 dari total kebutuhan kalori,” tambah Farida.

Guna mengantisipasi adanya lemak jenuh dalam tubuh, dia mengatakan, agar tidak terlalu banyak makan gorengan. Jika ingin menggoreng, bisa disiasati pada salah satu menu makanan saja. “Yang lain bisa dikukus atau dibakar. Hal ini untuk mengurangi timbunan lemak dalam tubuh,” pungkasnya. (Mg8/c2/bud)

 

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca