24.1 C
Jember
Wednesday, 29 March 2023

Cerita Relawan Peduli Lingkungan di Jember

Kesibukan Bukan Sebuah Penghalang

Mobile_AP_Rectangle 1

Sumbersari, Radar Jember – TIDAK ada orang yang tidak sibuk. Semua punya aktivitas, sekalipun pengangguran. Kesibukan itu juga dirasakan Muhammad Arifin, mahasiswa yang bekerja pada salah satu perusahaan swasta di Jember. Namun, di lubuk hatinya masih terdapat jiwa sosial dan peduli lingkungan yang tinggi. Dia pun menjadi relawan yang kerap membersihkan sampah.

Pria 20 tahun itu setidaknya sudah 3 tahun bergabung di organisasi World Cleanup Day Indonesia (WCDI). Melalui wadah itu, dia dapat membuat kegiatan nyata dalam menangani sampah di Jember.

Menurutnya, menjadi relawan yang fokus pada penanganan sampah sudah selayaknya dilakukan setiap anak muda di Jember. Kalau bukan kita, menurutnya, siapa lagi yang akan peduli terhadap sampah di Jember.

Mobile_AP_Rectangle 2

Arifin mengaku, dirinya tergerak untuk terjun langsung membersihkan sampah karena banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya. “Mereka tahu membuang sampah sembarangan itu dilarang, tapi tetap saja dilakukan,” ucapnya.

Banyak tempat yang sudah dikunjungi oleh dia dan kawan organisasinya. Misalnya, beberapa tempat wisata yang ada di Jember, banyak yang dipenuhi tumpukan sampah. Sampai-sampai, sampah tersebut menghilangkan keindahan pantai atau tempat wisata lainnya. “Miris sekali saya melihat tumpukan sampah begitu banyak di pantai,” terangnya.

Selain itu, dia dan rekannya juga sering membersihkan sampah di sungai-sungai yang ada di Jember. Meski ada larangan membuang sampah di sungai, sampai sekarang banyak warga yang tidak sadar dan membuang sampah ke sungai. Padahal jika itu terus dilakukan, dampak nyata yang akan terjadi yaitu menjadi ancaman akan terjadinya banjir.

Untuk itu, di sela kesibukannya kuliah dan bekerja, dia selalu menyempatkan waktu untuk bisa terjun membersihkan sampah di tempat-tempat tertentu. Arifin harus mengatur waktu antara kuliah, bekerja, dan menjadi relawan. Itu agar tidak bertabrakan waktunya. Meski lelah, dirinya merasa bahagia bisa berguna untuk lingkungan dan masa depan.

Tak hanya membersihkan sampah, Arifin dan sejumlah temannya juga mengedukasi warga Jember. Mulai dari warga umum, termasuk perangkat desa seperti ketua RT, RW, serta kepala desa. “Beberapa SD dan pondok pesantren juga. Edukasi ini penting dilakukan sedini mungkin. Jadi, ketika mereka mengerti dampak membuang sampah itu apa, harapannya nanti mereka bisa sadar untuk membuang sampah pada tempatnya,” terangnya.

Berjuang menjadi relawan sampah memang tidak mudah. Butuh kesabaran dan niat yang ikhlas. Selagi semua itu dilakukan dengan hati yang ikhlas karena Tuhan, diakuinya pasti akan sangat ringan. “Sama halnya dengan membiasakan diri membuang sampah. Masyarakat bisa melakukan itu, tetapi harus dengan niat karena Allah dan cinta terhadap lingkungan. Bukan karena paksaan. Pasti akan mudah dilakukan,” jelasnya. (c2/nur)

- Advertisement -

Sumbersari, Radar Jember – TIDAK ada orang yang tidak sibuk. Semua punya aktivitas, sekalipun pengangguran. Kesibukan itu juga dirasakan Muhammad Arifin, mahasiswa yang bekerja pada salah satu perusahaan swasta di Jember. Namun, di lubuk hatinya masih terdapat jiwa sosial dan peduli lingkungan yang tinggi. Dia pun menjadi relawan yang kerap membersihkan sampah.

Pria 20 tahun itu setidaknya sudah 3 tahun bergabung di organisasi World Cleanup Day Indonesia (WCDI). Melalui wadah itu, dia dapat membuat kegiatan nyata dalam menangani sampah di Jember.

Menurutnya, menjadi relawan yang fokus pada penanganan sampah sudah selayaknya dilakukan setiap anak muda di Jember. Kalau bukan kita, menurutnya, siapa lagi yang akan peduli terhadap sampah di Jember.

Arifin mengaku, dirinya tergerak untuk terjun langsung membersihkan sampah karena banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya. “Mereka tahu membuang sampah sembarangan itu dilarang, tapi tetap saja dilakukan,” ucapnya.

Banyak tempat yang sudah dikunjungi oleh dia dan kawan organisasinya. Misalnya, beberapa tempat wisata yang ada di Jember, banyak yang dipenuhi tumpukan sampah. Sampai-sampai, sampah tersebut menghilangkan keindahan pantai atau tempat wisata lainnya. “Miris sekali saya melihat tumpukan sampah begitu banyak di pantai,” terangnya.

Selain itu, dia dan rekannya juga sering membersihkan sampah di sungai-sungai yang ada di Jember. Meski ada larangan membuang sampah di sungai, sampai sekarang banyak warga yang tidak sadar dan membuang sampah ke sungai. Padahal jika itu terus dilakukan, dampak nyata yang akan terjadi yaitu menjadi ancaman akan terjadinya banjir.

Untuk itu, di sela kesibukannya kuliah dan bekerja, dia selalu menyempatkan waktu untuk bisa terjun membersihkan sampah di tempat-tempat tertentu. Arifin harus mengatur waktu antara kuliah, bekerja, dan menjadi relawan. Itu agar tidak bertabrakan waktunya. Meski lelah, dirinya merasa bahagia bisa berguna untuk lingkungan dan masa depan.

Tak hanya membersihkan sampah, Arifin dan sejumlah temannya juga mengedukasi warga Jember. Mulai dari warga umum, termasuk perangkat desa seperti ketua RT, RW, serta kepala desa. “Beberapa SD dan pondok pesantren juga. Edukasi ini penting dilakukan sedini mungkin. Jadi, ketika mereka mengerti dampak membuang sampah itu apa, harapannya nanti mereka bisa sadar untuk membuang sampah pada tempatnya,” terangnya.

Berjuang menjadi relawan sampah memang tidak mudah. Butuh kesabaran dan niat yang ikhlas. Selagi semua itu dilakukan dengan hati yang ikhlas karena Tuhan, diakuinya pasti akan sangat ringan. “Sama halnya dengan membiasakan diri membuang sampah. Masyarakat bisa melakukan itu, tetapi harus dengan niat karena Allah dan cinta terhadap lingkungan. Bukan karena paksaan. Pasti akan mudah dilakukan,” jelasnya. (c2/nur)

Sumbersari, Radar Jember – TIDAK ada orang yang tidak sibuk. Semua punya aktivitas, sekalipun pengangguran. Kesibukan itu juga dirasakan Muhammad Arifin, mahasiswa yang bekerja pada salah satu perusahaan swasta di Jember. Namun, di lubuk hatinya masih terdapat jiwa sosial dan peduli lingkungan yang tinggi. Dia pun menjadi relawan yang kerap membersihkan sampah.

Pria 20 tahun itu setidaknya sudah 3 tahun bergabung di organisasi World Cleanup Day Indonesia (WCDI). Melalui wadah itu, dia dapat membuat kegiatan nyata dalam menangani sampah di Jember.

Menurutnya, menjadi relawan yang fokus pada penanganan sampah sudah selayaknya dilakukan setiap anak muda di Jember. Kalau bukan kita, menurutnya, siapa lagi yang akan peduli terhadap sampah di Jember.

Arifin mengaku, dirinya tergerak untuk terjun langsung membersihkan sampah karena banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya. “Mereka tahu membuang sampah sembarangan itu dilarang, tapi tetap saja dilakukan,” ucapnya.

Banyak tempat yang sudah dikunjungi oleh dia dan kawan organisasinya. Misalnya, beberapa tempat wisata yang ada di Jember, banyak yang dipenuhi tumpukan sampah. Sampai-sampai, sampah tersebut menghilangkan keindahan pantai atau tempat wisata lainnya. “Miris sekali saya melihat tumpukan sampah begitu banyak di pantai,” terangnya.

Selain itu, dia dan rekannya juga sering membersihkan sampah di sungai-sungai yang ada di Jember. Meski ada larangan membuang sampah di sungai, sampai sekarang banyak warga yang tidak sadar dan membuang sampah ke sungai. Padahal jika itu terus dilakukan, dampak nyata yang akan terjadi yaitu menjadi ancaman akan terjadinya banjir.

Untuk itu, di sela kesibukannya kuliah dan bekerja, dia selalu menyempatkan waktu untuk bisa terjun membersihkan sampah di tempat-tempat tertentu. Arifin harus mengatur waktu antara kuliah, bekerja, dan menjadi relawan. Itu agar tidak bertabrakan waktunya. Meski lelah, dirinya merasa bahagia bisa berguna untuk lingkungan dan masa depan.

Tak hanya membersihkan sampah, Arifin dan sejumlah temannya juga mengedukasi warga Jember. Mulai dari warga umum, termasuk perangkat desa seperti ketua RT, RW, serta kepala desa. “Beberapa SD dan pondok pesantren juga. Edukasi ini penting dilakukan sedini mungkin. Jadi, ketika mereka mengerti dampak membuang sampah itu apa, harapannya nanti mereka bisa sadar untuk membuang sampah pada tempatnya,” terangnya.

Berjuang menjadi relawan sampah memang tidak mudah. Butuh kesabaran dan niat yang ikhlas. Selagi semua itu dilakukan dengan hati yang ikhlas karena Tuhan, diakuinya pasti akan sangat ringan. “Sama halnya dengan membiasakan diri membuang sampah. Masyarakat bisa melakukan itu, tetapi harus dengan niat karena Allah dan cinta terhadap lingkungan. Bukan karena paksaan. Pasti akan mudah dilakukan,” jelasnya. (c2/nur)

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca