JEMBER, RADARJEMBER.ID – Hafid Rahmatullah, datang dari Bali ke Jember untuk mengikuti kontes kelinci di Pondok Gaharu Taman Botani Sukorambi Minggu (8/12/2019). Dia tak sendiri, namun bersama teman temannya yang memiliki hobi ternak kelinci. Rupanya, hewan tersebut bisa menjadi produk ekonomi kreatif.
Hafid membawa jenis kelinci hollad loop untuk mengikuti kontes tersebut. Dia bersama 100 peserta lainnya dari daerah Tapalkuda dan Bali. “Kami ingin meramaikan kontes kelinci dan belajar cara ternak kelinci,” katanya.
Di Bali, Hafid tak hanya beternak, tapi juga memberikan edukasi pada masyarakat. Terutama keuntungan ternak kelinci. Sebab Bisa diolah menjadi produk makanan dan kerajinan. “Banyak keuntungan dari ternak kelinci,” tuturnya.
Begitu juga dengan Rizki Aldo, perserta dari Banyuwangi Rabbit Community. Dia datang mengikuti kontes adu bobot bersama sepuluh temannya. “Melalui acara kontes ini, kami bisa tau apa kekurangan dan kelebihan kelinci kami,” tuturnya.
Dua peserta tersebut begitu tertarik dengan kegiatan yang diselenggarakan oleh Komunitas Pecinta dan Peternak Kelinci (KOMPPAK) Jember tersebut. Harapannya, tidak hanya di tingkat Tapalkuda dan Bali. Namun Tingkat Jawa Timur hingga Nasional. “Ini perlu ditingkatkan, kontes yang lebih besar,” harapnya.
Dede Hanung, ketua panitia acara menambahkan kontes kelinci tersebut menjadi wadah kreatif bagi para pecinta kelinci. Mereka bisa memperbanyak jejaring, meningkatkan kemampuan dan saling belajar. “Ini untuk meningkatkan kualitas kelinci itu sendiri, sehingga kita bisa mengukur seberapa hebat kelinci di kandang masing-masing,” tambahnya.

Ada beberapa jenis kelinci yang dikonteskan, mulai dari kelinci fuzzy loop, hollad loop rex dan nedherland. Semua itu memiliki keunikan tersendiri. “Setiap jenis punya penilaian masing-masing, mulai dari bulu, kepala, telinga, tulang dan lainnya,” imbuh Adi Rusdiantara, juri kontes kelinci.
Penilain kontes kelinci itu sudah sesuai dengan standart American Rabbit Breeders Association (ARBA). Tempat dan berbagai fasilitas sudah mendukung untuk digelar tingkat nasional. “Ini sudah mencukupi untuk kontes tingkat nasional,” ujarnya.
Asep Saifullah, dewan juri kontes adu bobot kelinci mengatakan, selian bobot tertinggi dari kelinci, yang dinilai adalah kesehatan kelinci serta cacat lahir atau tidak. “Penyakit kelinci dicek, seperti hidungnya basah atau tidak, giginya panjang atau tidak,” tuturnya.
Dia berharap kontes kelinci ini bisa digelar secara rutin karena memiliki dampak yang positif. Bahkan, skalanya lebih besar, yakni tingkat nasional. “Minimal nanti regional Jatim, jurinya juga kelas internasional dari ARBA,” tuturnya.
Febrian Ananta Kahar, peternak kelinci sekaligus Pembina Komppak mengungkapkan nilai ekonomi kelinci cukup tinggi. Mulai dari kelinci hias hingga kelinci produksi. “Kulit, daging, dan kotoran berguna, urinnya bisa jadi pupuk,” ungkapnya.
Febrian menilaim, dulu kematian kelinci bisa 20 persen. Namun pihaknya bisa menurunkan kematian hingga 1 persen. “Ternyata ada ilmunya, itu kami bagikan di acara ini pada peternak,” tuturnya.
Menurut dia, ternak kelinci menjadi solusi untuk menambahkan penghasilan. Tiga empat tahun lalu, Jember surplus daging kelinci hingga dijual ke Bali untuk pakan harimau. “Sekarang cari daging kelinci di Jember susah, malah minta ke luar kota, permintaan sekarang meningkat,” tuturnya.
Untuk itulah, dia menyatukan para peternak kelinci di Tapalkuda dan Bali dalam event kontes kelinci. Harapannya, mereka bisa terus berkembang dan maju. Sebab, kelinci memiliki potensi ekonomi yang besar.