Mobile_AP_Rectangle 1
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Babatan hasil binaan Dinas Pariwisata Kabupaten Jember telah berhasil membuat wisata yang instagrammable dengan berbagai wahana wisata yang disuguhkan. Kawasan ini kemudian diberi nama Wahana Wisata Simbat.
Nama Simbat sendiri merupakan singkatan dari Sukmo Ilang, Manggar, dan Babatan. Sukmo Ilang merupakan istilah karena dulu kawasan tersebut merupakan hutan yang sangat rimbun, sehingga dikenal dengan Sukmo Ilang. Kedua adalah Manggar yakni nama gunung yang digarap, dan terakhir Babatan yang merupakan nama desa setempat.
Uniknya ternyata wisata yang tengah viral ini dikelola sendiri oleh masyarakat sekitar dengan gotong royong. “Awalnya pembabat itu berjumlah 16 orang dan selama empat bulan tanpa gaji,” ungkap Mohammad Jimin, warga setempat.
Mobile_AP_Rectangle 2
Sementara dana pembangunan dan pengembangan tempat wisata Simbat pun diambil dari hasil uang parkir pengunjung setiap harinya. “Yang bangun dari masyarakat, ya uang parkir sepeda itu diolah dengan satu organisasi,” lanjutnya.
Jimin selaku pembabat wisata tersebut mengatakan bahwa para penjaga tempat wisata tersebut tidak digaji. Hanya uang operasional setiap hari yang dipotong dari penghasilan uang parkir pengunjung. Lebih lanjut Jimin menjelaskan bahwa untuk saat ini masih belum ada uang karcis untuk memasuki wisata tersebut. Hanya cukup membayar uang parkir saja.
Saat ini wisata Simbat telah memiliki banyak spot foto yang kerap didatangi pengunjung. Mulai dari rumah pohon, rumah burung dan lain sebagainya. Ditambah dengan warna-warni cat yang menghiasi tempat tersebut, menambah sensasi kenyamanan tersendiri.
- Advertisement -
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Babatan hasil binaan Dinas Pariwisata Kabupaten Jember telah berhasil membuat wisata yang instagrammable dengan berbagai wahana wisata yang disuguhkan. Kawasan ini kemudian diberi nama Wahana Wisata Simbat.
Nama Simbat sendiri merupakan singkatan dari Sukmo Ilang, Manggar, dan Babatan. Sukmo Ilang merupakan istilah karena dulu kawasan tersebut merupakan hutan yang sangat rimbun, sehingga dikenal dengan Sukmo Ilang. Kedua adalah Manggar yakni nama gunung yang digarap, dan terakhir Babatan yang merupakan nama desa setempat.
Uniknya ternyata wisata yang tengah viral ini dikelola sendiri oleh masyarakat sekitar dengan gotong royong. “Awalnya pembabat itu berjumlah 16 orang dan selama empat bulan tanpa gaji,” ungkap Mohammad Jimin, warga setempat.
Sementara dana pembangunan dan pengembangan tempat wisata Simbat pun diambil dari hasil uang parkir pengunjung setiap harinya. “Yang bangun dari masyarakat, ya uang parkir sepeda itu diolah dengan satu organisasi,” lanjutnya.
Jimin selaku pembabat wisata tersebut mengatakan bahwa para penjaga tempat wisata tersebut tidak digaji. Hanya uang operasional setiap hari yang dipotong dari penghasilan uang parkir pengunjung. Lebih lanjut Jimin menjelaskan bahwa untuk saat ini masih belum ada uang karcis untuk memasuki wisata tersebut. Hanya cukup membayar uang parkir saja.
Saat ini wisata Simbat telah memiliki banyak spot foto yang kerap didatangi pengunjung. Mulai dari rumah pohon, rumah burung dan lain sebagainya. Ditambah dengan warna-warni cat yang menghiasi tempat tersebut, menambah sensasi kenyamanan tersendiri.
JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Babatan hasil binaan Dinas Pariwisata Kabupaten Jember telah berhasil membuat wisata yang instagrammable dengan berbagai wahana wisata yang disuguhkan. Kawasan ini kemudian diberi nama Wahana Wisata Simbat.
Nama Simbat sendiri merupakan singkatan dari Sukmo Ilang, Manggar, dan Babatan. Sukmo Ilang merupakan istilah karena dulu kawasan tersebut merupakan hutan yang sangat rimbun, sehingga dikenal dengan Sukmo Ilang. Kedua adalah Manggar yakni nama gunung yang digarap, dan terakhir Babatan yang merupakan nama desa setempat.
Uniknya ternyata wisata yang tengah viral ini dikelola sendiri oleh masyarakat sekitar dengan gotong royong. “Awalnya pembabat itu berjumlah 16 orang dan selama empat bulan tanpa gaji,” ungkap Mohammad Jimin, warga setempat.
Sementara dana pembangunan dan pengembangan tempat wisata Simbat pun diambil dari hasil uang parkir pengunjung setiap harinya. “Yang bangun dari masyarakat, ya uang parkir sepeda itu diolah dengan satu organisasi,” lanjutnya.
Jimin selaku pembabat wisata tersebut mengatakan bahwa para penjaga tempat wisata tersebut tidak digaji. Hanya uang operasional setiap hari yang dipotong dari penghasilan uang parkir pengunjung. Lebih lanjut Jimin menjelaskan bahwa untuk saat ini masih belum ada uang karcis untuk memasuki wisata tersebut. Hanya cukup membayar uang parkir saja.
Saat ini wisata Simbat telah memiliki banyak spot foto yang kerap didatangi pengunjung. Mulai dari rumah pohon, rumah burung dan lain sebagainya. Ditambah dengan warna-warni cat yang menghiasi tempat tersebut, menambah sensasi kenyamanan tersendiri.