23.5 C
Jember
Monday, 27 March 2023

Dulu Identik Desa Pemabuk, Kini Punya Taman Baca Pelangi

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Saban sore dan pagi, gubuk berukuran 7 x 4 meter ini ramai didatangi anak- anak untuk belajar dan mengaji. Apalagi dimasa pandemi, gubuk yang bertempat di wilayah Gedong, Krajan 1 di Desa Grenden Kecamatan Puger ini semakin ramai. Anak-anak SD hingga mahasiswa yang yang rumahnya di sekitar Puger, datang kesana untuk meminjam buku, belajar kelompok bahkan diskusi organisasi.

Gubuk ini punya buku inventaris lebih dari 100 macam. Mulai dari buku keagamaan dan berbagai macam kitab, novel, buku pelajaran, hingga buku resep memasak untuk ibu-ibu. Gubuk sederhana yang disebut Taman Baca Pelangi ini buka 24 jam. Siapapun bisa mengakses fasilitas buku-buku yang tersedia.

Di hari Sabtu malam Minggu, Taman Baca Pelangi ini berubah menjadi tempat pensi mini. Menggelar aneka kegiatan musik muda mudi setempat. Tak lupa juga disematkan kegiatan salawat. Para ibu-ibu berbondong–bondong menonton, layaknya menonton konser di sebuah panggung megah.

Mobile_AP_Rectangle 2

Rupanya, ini adalah upanya teknik pendiri untuk mengajak muda- mudinya belajar salawat, melalui musik. Sekaligus mengoptimalkan fungsi Taman Baca Pelangi yang didirikannya.

Abdul Kholiq, 52, pendiri Taman Baca Pelangi mengatakan, adanya lokasi ini sebagai upaya mengubah citra desa dan meningkatkan kualitas SDM-nya. Awalnya, gagasan membangun taman baca ini diawali dari kondisi desa yang bisa dikatakan cukup kriminalis.

Muda–mudi di desanya banyak yang suka mabuk. Nyaris setiap malam, ada remaja yang teler, lalu tertidur di teras rumah-rumah warga. Bahkan di musala. Kasus kriminal meningkat. Pencurian ayam jadi hal biasa.

Pada tahun 2008, hampir semua pemuda tidak ada yang tamat SLTA. “Paling mentok SMP, itu pun gak sampai lulus,” kata Abdul Kholiq.

Wajar jika penduduk setempat buta aksara berjamaah.

Tak betah dengan kondisi tersebut, Kholiq pun memanfaatkan lahan kosong di depan rumahnya untuk dibangun sebuah gubuk kecil. Koleksi buku semasa sekolah ia pajang disana. Setiap ada kumpulan pengajian atau kegiataan desa, Kholiq selalu menitipkan pesan agar warga mau mendorong anak- anaknya untuk berkunjung dan belajar di Taman Baca Pelangi.

“Ibu-ibunya ya saya ajak juga untuk kumpul-kumpul di sini. Saya sediakan buku-buku resep masak. Eh, ternyata baru sadar kalo mereka nggak ada yang bisa baca,” papar alumnus pesantren Nurul Jadid itu.

Kendati demikian, Kholiq tak putus semangat untuk memperkenalkan Taman Baca Pelangi dan terus mengajak muda–mudi desa setempat untuk belajar bersama disana. Kholiq bersama istri, anak dan kerabatnyalah  yang mengelola taman baca ini.

“Kadang kalau ada PR dari sekolah anak-anak langsung datang ke rumah. Langsung minta ajari. Jadi, ini ya perpustakaan, ya tempat bimbingan belajar,” kata Rohman, 21, kerabat Kholiq yang juga turut mengurus keberlangsungan Taman Baca Pelangi.

Kini, rumah baca itu dapat dikatakan menjadi rujukan tempat belajar siswa sekolah dasar setempat. Populasi pemuda mabuk pun sudah jarang. Kehidupan masyarakat di RT 02 RW 15 lumayan tertib. Kata-kata kotor dan kasar tak semarak dalu. Semangat belajar anak-anak desa tersebut mulai naik.

Kholiq berharap, kelak Taman Baca Pelangi ini mampu menjadi rujukan semua pelajar di Puger. Juga, meningkatkan minat baca warga muda-mudinya.

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Saban sore dan pagi, gubuk berukuran 7 x 4 meter ini ramai didatangi anak- anak untuk belajar dan mengaji. Apalagi dimasa pandemi, gubuk yang bertempat di wilayah Gedong, Krajan 1 di Desa Grenden Kecamatan Puger ini semakin ramai. Anak-anak SD hingga mahasiswa yang yang rumahnya di sekitar Puger, datang kesana untuk meminjam buku, belajar kelompok bahkan diskusi organisasi.

Gubuk ini punya buku inventaris lebih dari 100 macam. Mulai dari buku keagamaan dan berbagai macam kitab, novel, buku pelajaran, hingga buku resep memasak untuk ibu-ibu. Gubuk sederhana yang disebut Taman Baca Pelangi ini buka 24 jam. Siapapun bisa mengakses fasilitas buku-buku yang tersedia.

Di hari Sabtu malam Minggu, Taman Baca Pelangi ini berubah menjadi tempat pensi mini. Menggelar aneka kegiatan musik muda mudi setempat. Tak lupa juga disematkan kegiatan salawat. Para ibu-ibu berbondong–bondong menonton, layaknya menonton konser di sebuah panggung megah.

Rupanya, ini adalah upanya teknik pendiri untuk mengajak muda- mudinya belajar salawat, melalui musik. Sekaligus mengoptimalkan fungsi Taman Baca Pelangi yang didirikannya.

Abdul Kholiq, 52, pendiri Taman Baca Pelangi mengatakan, adanya lokasi ini sebagai upaya mengubah citra desa dan meningkatkan kualitas SDM-nya. Awalnya, gagasan membangun taman baca ini diawali dari kondisi desa yang bisa dikatakan cukup kriminalis.

Muda–mudi di desanya banyak yang suka mabuk. Nyaris setiap malam, ada remaja yang teler, lalu tertidur di teras rumah-rumah warga. Bahkan di musala. Kasus kriminal meningkat. Pencurian ayam jadi hal biasa.

Pada tahun 2008, hampir semua pemuda tidak ada yang tamat SLTA. “Paling mentok SMP, itu pun gak sampai lulus,” kata Abdul Kholiq.

Wajar jika penduduk setempat buta aksara berjamaah.

Tak betah dengan kondisi tersebut, Kholiq pun memanfaatkan lahan kosong di depan rumahnya untuk dibangun sebuah gubuk kecil. Koleksi buku semasa sekolah ia pajang disana. Setiap ada kumpulan pengajian atau kegiataan desa, Kholiq selalu menitipkan pesan agar warga mau mendorong anak- anaknya untuk berkunjung dan belajar di Taman Baca Pelangi.

“Ibu-ibunya ya saya ajak juga untuk kumpul-kumpul di sini. Saya sediakan buku-buku resep masak. Eh, ternyata baru sadar kalo mereka nggak ada yang bisa baca,” papar alumnus pesantren Nurul Jadid itu.

Kendati demikian, Kholiq tak putus semangat untuk memperkenalkan Taman Baca Pelangi dan terus mengajak muda–mudi desa setempat untuk belajar bersama disana. Kholiq bersama istri, anak dan kerabatnyalah  yang mengelola taman baca ini.

“Kadang kalau ada PR dari sekolah anak-anak langsung datang ke rumah. Langsung minta ajari. Jadi, ini ya perpustakaan, ya tempat bimbingan belajar,” kata Rohman, 21, kerabat Kholiq yang juga turut mengurus keberlangsungan Taman Baca Pelangi.

Kini, rumah baca itu dapat dikatakan menjadi rujukan tempat belajar siswa sekolah dasar setempat. Populasi pemuda mabuk pun sudah jarang. Kehidupan masyarakat di RT 02 RW 15 lumayan tertib. Kata-kata kotor dan kasar tak semarak dalu. Semangat belajar anak-anak desa tersebut mulai naik.

Kholiq berharap, kelak Taman Baca Pelangi ini mampu menjadi rujukan semua pelajar di Puger. Juga, meningkatkan minat baca warga muda-mudinya.

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Saban sore dan pagi, gubuk berukuran 7 x 4 meter ini ramai didatangi anak- anak untuk belajar dan mengaji. Apalagi dimasa pandemi, gubuk yang bertempat di wilayah Gedong, Krajan 1 di Desa Grenden Kecamatan Puger ini semakin ramai. Anak-anak SD hingga mahasiswa yang yang rumahnya di sekitar Puger, datang kesana untuk meminjam buku, belajar kelompok bahkan diskusi organisasi.

Gubuk ini punya buku inventaris lebih dari 100 macam. Mulai dari buku keagamaan dan berbagai macam kitab, novel, buku pelajaran, hingga buku resep memasak untuk ibu-ibu. Gubuk sederhana yang disebut Taman Baca Pelangi ini buka 24 jam. Siapapun bisa mengakses fasilitas buku-buku yang tersedia.

Di hari Sabtu malam Minggu, Taman Baca Pelangi ini berubah menjadi tempat pensi mini. Menggelar aneka kegiatan musik muda mudi setempat. Tak lupa juga disematkan kegiatan salawat. Para ibu-ibu berbondong–bondong menonton, layaknya menonton konser di sebuah panggung megah.

Rupanya, ini adalah upanya teknik pendiri untuk mengajak muda- mudinya belajar salawat, melalui musik. Sekaligus mengoptimalkan fungsi Taman Baca Pelangi yang didirikannya.

Abdul Kholiq, 52, pendiri Taman Baca Pelangi mengatakan, adanya lokasi ini sebagai upaya mengubah citra desa dan meningkatkan kualitas SDM-nya. Awalnya, gagasan membangun taman baca ini diawali dari kondisi desa yang bisa dikatakan cukup kriminalis.

Muda–mudi di desanya banyak yang suka mabuk. Nyaris setiap malam, ada remaja yang teler, lalu tertidur di teras rumah-rumah warga. Bahkan di musala. Kasus kriminal meningkat. Pencurian ayam jadi hal biasa.

Pada tahun 2008, hampir semua pemuda tidak ada yang tamat SLTA. “Paling mentok SMP, itu pun gak sampai lulus,” kata Abdul Kholiq.

Wajar jika penduduk setempat buta aksara berjamaah.

Tak betah dengan kondisi tersebut, Kholiq pun memanfaatkan lahan kosong di depan rumahnya untuk dibangun sebuah gubuk kecil. Koleksi buku semasa sekolah ia pajang disana. Setiap ada kumpulan pengajian atau kegiataan desa, Kholiq selalu menitipkan pesan agar warga mau mendorong anak- anaknya untuk berkunjung dan belajar di Taman Baca Pelangi.

“Ibu-ibunya ya saya ajak juga untuk kumpul-kumpul di sini. Saya sediakan buku-buku resep masak. Eh, ternyata baru sadar kalo mereka nggak ada yang bisa baca,” papar alumnus pesantren Nurul Jadid itu.

Kendati demikian, Kholiq tak putus semangat untuk memperkenalkan Taman Baca Pelangi dan terus mengajak muda–mudi desa setempat untuk belajar bersama disana. Kholiq bersama istri, anak dan kerabatnyalah  yang mengelola taman baca ini.

“Kadang kalau ada PR dari sekolah anak-anak langsung datang ke rumah. Langsung minta ajari. Jadi, ini ya perpustakaan, ya tempat bimbingan belajar,” kata Rohman, 21, kerabat Kholiq yang juga turut mengurus keberlangsungan Taman Baca Pelangi.

Kini, rumah baca itu dapat dikatakan menjadi rujukan tempat belajar siswa sekolah dasar setempat. Populasi pemuda mabuk pun sudah jarang. Kehidupan masyarakat di RT 02 RW 15 lumayan tertib. Kata-kata kotor dan kasar tak semarak dalu. Semangat belajar anak-anak desa tersebut mulai naik.

Kholiq berharap, kelak Taman Baca Pelangi ini mampu menjadi rujukan semua pelajar di Puger. Juga, meningkatkan minat baca warga muda-mudinya.

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca