24.4 C
Jember
Thursday, 1 June 2023

Ketat meski Zona Kuning

Salat Id di Masjid Jamik Al Baitul Amien

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Rencana pelaksanaan salat Idul Fitri di Masjid Jamik Al Baitul Amien Jember tak jauh berbeda dengan Lebaran pada awal pandemi 2020 lalu. Pihak takmir masjid tetap menyiapkan sarana cuci tangan sebagai pendukung penerapan protokol kesehatan (prokes). Terlihat, beberapa wastafel lengkap dengan tandon air terpasang di halaman masjid tersebut.

“Masjid ini tetap menjalankan protokol kesehatan yang sangat ketat,” terang KH Muhammad Hasien, Ketua Yayasan Masjid Jamik Al Baitul Amien Jember. Menurut dia, penerapan prokes selama pandemi ini sudah berlangsung sejak 2020 lalu. Saat itu, Masjid Jamik Al Baitul Amien masuk menjadi salah satu kawasan yang terdampak pandemi.

Karena itu, dalam pelaksanaan ibadah salat Idul Fitri itu, lanjutnya, pihak yayasan masih tetap mewanti-wanti para jamaah agar menjalankan imbauan pemerintah tentang prokes. Misalnya, mengenakan masker, cuci tangan, serta jaga jarak. Bagi jamaah yang suhu tubunya melebihi 37,5 derajat Celsius, diminta pulang atau salat di rumah.

Mobile_AP_Rectangle 2

Hasien menambahkan, takmir juga menyediakan alat cuci tangan dan menerapkan pembatasan jumlah jamaah yang masuk ke dalam masjid. Sebab, sesuai ketentuan Satgas Covid-19, menurut dia, Masjid Baitul Amien yang masuk di Kecamatan Patrang itu, kondisi teranyar berada di zona kuning. Sehingga sangat memungkinkan untuk dilakukan salat Idul Fitri dengan menerapkan prokes dan jamaah dibatasi sebanyak 50 persen dari kapasitas masjid.

“Skemanya masih sama seperti tahun lalu. Sama-sama menerapkan prokes. Bedanya, yang hari ini berada di posisi zona kuning,” pungkas Hasien.

 

Jamaah Diprediksi Meningkat

Pada Lebaran tahun ini, jumlah jamaah yang akan mengikuti salat Id di masjid dan tempat ibadah lain diperkirakan akan meningkat. Oleh karena itu, takmir diminta lebih siaga dan disiplin menerapkan prokes. Sehingga, ritual ibadah itu tidak sampai menimbulkan klaster baru penyebaran Covid-19.

Ketua Dewan Majelis Indonesia (DMI) Balung M Nurhuda mengaku, akan banyak panitia salat Id yang kewalahan lantaran banyak yang tak memiliki alat pengecek suhu. Jika tak ada solusi, pihaknya khawatir bisa kecolongan dan merugikan banyak jamaah yang melaksanakan salat Id.

Merespons hal itu, Bupati Jember Hendy Siswanto menyarankan, agar panitia meminjam alat pengecek suhu tubuh ke sekolah terdekat. Karena sudah banyak lembaga pendidikan yang memiliki alat pendeteksi suhu tubuh tersebut. “Ada ide dari salah seorang tokoh agama supaya panitia salat Id meminjam alat pengecekan suhu di sekolah terdekat lebih dulu. Selanjutnya, kami mengimbau camat dan kades setempat supaya bisa menyediakan peralatan itu. Setidaknya, satu atau dua alat pengecek suhu,” kata Hendy.

Dia menegaskan, masyarakat tak boleh lengah meski saat ini Jember berada dalam zona kuning. Bahkan beberapa daerah sudah masuk zona hijau sehingga bisa melaksanakan salat Id berjamaah dengan kapasitas lebih banyak, yakni maksimal 50 persen dari kapasitas tempat ibadah. “Namun, harus tetap pakai masker dan jangan berkerumun,” ujarnya.

Berdasar data yang dikeluarkan Satgas Covid-19 Jawa Timur, Jember masih berstatus oranye. Namun, jika berkaca pada pembagian zona, ada 12 kecamatan yang berstatus zona oranye. Sementara untuk 19 kecamatan lain, masuk zona kuning dan hijau. “Penerapan salat Id di Jember mengacu pada ketentuan gubernur yang membaginya berdasar zonasi PPKM mikro,” tutur Hendy. Artinya, penerapan aturan zonasi itu berdasar pada kriteria zonasi pengendalian wilayah hingga tingkat RT.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jember Habib Salim menerangkan, di Jember terdapat 14.527 RT. Pada 10 Mei, tercatat ada 28 RT yang masuk zona kuning. Sementara itu, sejumlah 14.499 RT sisanya sudah zona hijau. Ini menandakan, masyarakat bisa melaksanakan salat Id berjamaah maksimal 50 persen dari kapasitas tempat ibadah. Baik di masjid atau di lapangan.

ASN Diminta Sosialisasi Prokes

Di sisi lain, Bupati Hendy juga kembali menegaskan soal larangan mudik bagi seluruh warga. Tidak ketinggalan, juga kepada seluruh aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemkab Jember.

Khusus bagi ASN, baik pegawai negeri sipil (PNS) maupun pegawai pemerintah dengan perjanjian kontrak (P3K), harus menjadi contoh yang baik kepada seluruh warga di sekitarnya. Jika ngeyel dan tetap mudik ke luar kota, akan disiapkan sanksi. “Akan ada sanksi,” tegas Hendy usai memberi santunan kepada anak yatim piatu di Pendapa Wahya Wibawagraha, kemarin (11/5).

Terkait dengan kebijakan larangan mudik mulai pemerintah pusat hingga daerah, menurut dia bukan kebijakan yang asal-asalan. Akan tetapi, itu erat kaitannya dengan keselamatan seluruh warga Jember. “Tidak boleh mudik. Jangan main-main untuk masalah ini. Sebab, ini masalah nyawa,” paparnya.

Kepada Jawa Pos Radar Jember, Hendy menyampaikan bahwa wabah korona masih ada dan ancamannya tidak terlihat. Karena masih berbahaya, Hendy meminta agar seluruh ASN berlebaran di rumah masing-masing. Sambil lalu, melakukan sosialisasi tentang pentingnya prokes. “ASN, sudah di rumah saja, ikuti peraturannya. Bantu sosialisasi protokol kesehatan,” katanya.

Hendy kembali meminta agar ASN tidak mendatangi tempat-tempat pariwisata karena di Jember ditutup. Untuk itu, libur hari raya cukup dilakukan di sekitar rumah saja. “Anggap rekreasinya keliling di Jember. Bantu sosialisasi minimal keliling di wilayahnya masing-masing, tidak usah ke luar ke mana-mana,” pungkas Hendy yang juga merupakan Ketua Satgas Covid-19 Pemkab Jember tersebut.

 

 

Jurnalis : Maulana, Isnein Purnomo, Nur Hariri
Fotografer : Maulana
Redaktur : Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Rencana pelaksanaan salat Idul Fitri di Masjid Jamik Al Baitul Amien Jember tak jauh berbeda dengan Lebaran pada awal pandemi 2020 lalu. Pihak takmir masjid tetap menyiapkan sarana cuci tangan sebagai pendukung penerapan protokol kesehatan (prokes). Terlihat, beberapa wastafel lengkap dengan tandon air terpasang di halaman masjid tersebut.

“Masjid ini tetap menjalankan protokol kesehatan yang sangat ketat,” terang KH Muhammad Hasien, Ketua Yayasan Masjid Jamik Al Baitul Amien Jember. Menurut dia, penerapan prokes selama pandemi ini sudah berlangsung sejak 2020 lalu. Saat itu, Masjid Jamik Al Baitul Amien masuk menjadi salah satu kawasan yang terdampak pandemi.

Karena itu, dalam pelaksanaan ibadah salat Idul Fitri itu, lanjutnya, pihak yayasan masih tetap mewanti-wanti para jamaah agar menjalankan imbauan pemerintah tentang prokes. Misalnya, mengenakan masker, cuci tangan, serta jaga jarak. Bagi jamaah yang suhu tubunya melebihi 37,5 derajat Celsius, diminta pulang atau salat di rumah.

Hasien menambahkan, takmir juga menyediakan alat cuci tangan dan menerapkan pembatasan jumlah jamaah yang masuk ke dalam masjid. Sebab, sesuai ketentuan Satgas Covid-19, menurut dia, Masjid Baitul Amien yang masuk di Kecamatan Patrang itu, kondisi teranyar berada di zona kuning. Sehingga sangat memungkinkan untuk dilakukan salat Idul Fitri dengan menerapkan prokes dan jamaah dibatasi sebanyak 50 persen dari kapasitas masjid.

“Skemanya masih sama seperti tahun lalu. Sama-sama menerapkan prokes. Bedanya, yang hari ini berada di posisi zona kuning,” pungkas Hasien.

 

Jamaah Diprediksi Meningkat

Pada Lebaran tahun ini, jumlah jamaah yang akan mengikuti salat Id di masjid dan tempat ibadah lain diperkirakan akan meningkat. Oleh karena itu, takmir diminta lebih siaga dan disiplin menerapkan prokes. Sehingga, ritual ibadah itu tidak sampai menimbulkan klaster baru penyebaran Covid-19.

Ketua Dewan Majelis Indonesia (DMI) Balung M Nurhuda mengaku, akan banyak panitia salat Id yang kewalahan lantaran banyak yang tak memiliki alat pengecek suhu. Jika tak ada solusi, pihaknya khawatir bisa kecolongan dan merugikan banyak jamaah yang melaksanakan salat Id.

Merespons hal itu, Bupati Jember Hendy Siswanto menyarankan, agar panitia meminjam alat pengecek suhu tubuh ke sekolah terdekat. Karena sudah banyak lembaga pendidikan yang memiliki alat pendeteksi suhu tubuh tersebut. “Ada ide dari salah seorang tokoh agama supaya panitia salat Id meminjam alat pengecekan suhu di sekolah terdekat lebih dulu. Selanjutnya, kami mengimbau camat dan kades setempat supaya bisa menyediakan peralatan itu. Setidaknya, satu atau dua alat pengecek suhu,” kata Hendy.

Dia menegaskan, masyarakat tak boleh lengah meski saat ini Jember berada dalam zona kuning. Bahkan beberapa daerah sudah masuk zona hijau sehingga bisa melaksanakan salat Id berjamaah dengan kapasitas lebih banyak, yakni maksimal 50 persen dari kapasitas tempat ibadah. “Namun, harus tetap pakai masker dan jangan berkerumun,” ujarnya.

Berdasar data yang dikeluarkan Satgas Covid-19 Jawa Timur, Jember masih berstatus oranye. Namun, jika berkaca pada pembagian zona, ada 12 kecamatan yang berstatus zona oranye. Sementara untuk 19 kecamatan lain, masuk zona kuning dan hijau. “Penerapan salat Id di Jember mengacu pada ketentuan gubernur yang membaginya berdasar zonasi PPKM mikro,” tutur Hendy. Artinya, penerapan aturan zonasi itu berdasar pada kriteria zonasi pengendalian wilayah hingga tingkat RT.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jember Habib Salim menerangkan, di Jember terdapat 14.527 RT. Pada 10 Mei, tercatat ada 28 RT yang masuk zona kuning. Sementara itu, sejumlah 14.499 RT sisanya sudah zona hijau. Ini menandakan, masyarakat bisa melaksanakan salat Id berjamaah maksimal 50 persen dari kapasitas tempat ibadah. Baik di masjid atau di lapangan.

ASN Diminta Sosialisasi Prokes

Di sisi lain, Bupati Hendy juga kembali menegaskan soal larangan mudik bagi seluruh warga. Tidak ketinggalan, juga kepada seluruh aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemkab Jember.

Khusus bagi ASN, baik pegawai negeri sipil (PNS) maupun pegawai pemerintah dengan perjanjian kontrak (P3K), harus menjadi contoh yang baik kepada seluruh warga di sekitarnya. Jika ngeyel dan tetap mudik ke luar kota, akan disiapkan sanksi. “Akan ada sanksi,” tegas Hendy usai memberi santunan kepada anak yatim piatu di Pendapa Wahya Wibawagraha, kemarin (11/5).

Terkait dengan kebijakan larangan mudik mulai pemerintah pusat hingga daerah, menurut dia bukan kebijakan yang asal-asalan. Akan tetapi, itu erat kaitannya dengan keselamatan seluruh warga Jember. “Tidak boleh mudik. Jangan main-main untuk masalah ini. Sebab, ini masalah nyawa,” paparnya.

Kepada Jawa Pos Radar Jember, Hendy menyampaikan bahwa wabah korona masih ada dan ancamannya tidak terlihat. Karena masih berbahaya, Hendy meminta agar seluruh ASN berlebaran di rumah masing-masing. Sambil lalu, melakukan sosialisasi tentang pentingnya prokes. “ASN, sudah di rumah saja, ikuti peraturannya. Bantu sosialisasi protokol kesehatan,” katanya.

Hendy kembali meminta agar ASN tidak mendatangi tempat-tempat pariwisata karena di Jember ditutup. Untuk itu, libur hari raya cukup dilakukan di sekitar rumah saja. “Anggap rekreasinya keliling di Jember. Bantu sosialisasi minimal keliling di wilayahnya masing-masing, tidak usah ke luar ke mana-mana,” pungkas Hendy yang juga merupakan Ketua Satgas Covid-19 Pemkab Jember tersebut.

 

 

Jurnalis : Maulana, Isnein Purnomo, Nur Hariri
Fotografer : Maulana
Redaktur : Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Rencana pelaksanaan salat Idul Fitri di Masjid Jamik Al Baitul Amien Jember tak jauh berbeda dengan Lebaran pada awal pandemi 2020 lalu. Pihak takmir masjid tetap menyiapkan sarana cuci tangan sebagai pendukung penerapan protokol kesehatan (prokes). Terlihat, beberapa wastafel lengkap dengan tandon air terpasang di halaman masjid tersebut.

“Masjid ini tetap menjalankan protokol kesehatan yang sangat ketat,” terang KH Muhammad Hasien, Ketua Yayasan Masjid Jamik Al Baitul Amien Jember. Menurut dia, penerapan prokes selama pandemi ini sudah berlangsung sejak 2020 lalu. Saat itu, Masjid Jamik Al Baitul Amien masuk menjadi salah satu kawasan yang terdampak pandemi.

Karena itu, dalam pelaksanaan ibadah salat Idul Fitri itu, lanjutnya, pihak yayasan masih tetap mewanti-wanti para jamaah agar menjalankan imbauan pemerintah tentang prokes. Misalnya, mengenakan masker, cuci tangan, serta jaga jarak. Bagi jamaah yang suhu tubunya melebihi 37,5 derajat Celsius, diminta pulang atau salat di rumah.

Hasien menambahkan, takmir juga menyediakan alat cuci tangan dan menerapkan pembatasan jumlah jamaah yang masuk ke dalam masjid. Sebab, sesuai ketentuan Satgas Covid-19, menurut dia, Masjid Baitul Amien yang masuk di Kecamatan Patrang itu, kondisi teranyar berada di zona kuning. Sehingga sangat memungkinkan untuk dilakukan salat Idul Fitri dengan menerapkan prokes dan jamaah dibatasi sebanyak 50 persen dari kapasitas masjid.

“Skemanya masih sama seperti tahun lalu. Sama-sama menerapkan prokes. Bedanya, yang hari ini berada di posisi zona kuning,” pungkas Hasien.

 

Jamaah Diprediksi Meningkat

Pada Lebaran tahun ini, jumlah jamaah yang akan mengikuti salat Id di masjid dan tempat ibadah lain diperkirakan akan meningkat. Oleh karena itu, takmir diminta lebih siaga dan disiplin menerapkan prokes. Sehingga, ritual ibadah itu tidak sampai menimbulkan klaster baru penyebaran Covid-19.

Ketua Dewan Majelis Indonesia (DMI) Balung M Nurhuda mengaku, akan banyak panitia salat Id yang kewalahan lantaran banyak yang tak memiliki alat pengecek suhu. Jika tak ada solusi, pihaknya khawatir bisa kecolongan dan merugikan banyak jamaah yang melaksanakan salat Id.

Merespons hal itu, Bupati Jember Hendy Siswanto menyarankan, agar panitia meminjam alat pengecek suhu tubuh ke sekolah terdekat. Karena sudah banyak lembaga pendidikan yang memiliki alat pendeteksi suhu tubuh tersebut. “Ada ide dari salah seorang tokoh agama supaya panitia salat Id meminjam alat pengecekan suhu di sekolah terdekat lebih dulu. Selanjutnya, kami mengimbau camat dan kades setempat supaya bisa menyediakan peralatan itu. Setidaknya, satu atau dua alat pengecek suhu,” kata Hendy.

Dia menegaskan, masyarakat tak boleh lengah meski saat ini Jember berada dalam zona kuning. Bahkan beberapa daerah sudah masuk zona hijau sehingga bisa melaksanakan salat Id berjamaah dengan kapasitas lebih banyak, yakni maksimal 50 persen dari kapasitas tempat ibadah. “Namun, harus tetap pakai masker dan jangan berkerumun,” ujarnya.

Berdasar data yang dikeluarkan Satgas Covid-19 Jawa Timur, Jember masih berstatus oranye. Namun, jika berkaca pada pembagian zona, ada 12 kecamatan yang berstatus zona oranye. Sementara untuk 19 kecamatan lain, masuk zona kuning dan hijau. “Penerapan salat Id di Jember mengacu pada ketentuan gubernur yang membaginya berdasar zonasi PPKM mikro,” tutur Hendy. Artinya, penerapan aturan zonasi itu berdasar pada kriteria zonasi pengendalian wilayah hingga tingkat RT.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jember Habib Salim menerangkan, di Jember terdapat 14.527 RT. Pada 10 Mei, tercatat ada 28 RT yang masuk zona kuning. Sementara itu, sejumlah 14.499 RT sisanya sudah zona hijau. Ini menandakan, masyarakat bisa melaksanakan salat Id berjamaah maksimal 50 persen dari kapasitas tempat ibadah. Baik di masjid atau di lapangan.

ASN Diminta Sosialisasi Prokes

Di sisi lain, Bupati Hendy juga kembali menegaskan soal larangan mudik bagi seluruh warga. Tidak ketinggalan, juga kepada seluruh aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemkab Jember.

Khusus bagi ASN, baik pegawai negeri sipil (PNS) maupun pegawai pemerintah dengan perjanjian kontrak (P3K), harus menjadi contoh yang baik kepada seluruh warga di sekitarnya. Jika ngeyel dan tetap mudik ke luar kota, akan disiapkan sanksi. “Akan ada sanksi,” tegas Hendy usai memberi santunan kepada anak yatim piatu di Pendapa Wahya Wibawagraha, kemarin (11/5).

Terkait dengan kebijakan larangan mudik mulai pemerintah pusat hingga daerah, menurut dia bukan kebijakan yang asal-asalan. Akan tetapi, itu erat kaitannya dengan keselamatan seluruh warga Jember. “Tidak boleh mudik. Jangan main-main untuk masalah ini. Sebab, ini masalah nyawa,” paparnya.

Kepada Jawa Pos Radar Jember, Hendy menyampaikan bahwa wabah korona masih ada dan ancamannya tidak terlihat. Karena masih berbahaya, Hendy meminta agar seluruh ASN berlebaran di rumah masing-masing. Sambil lalu, melakukan sosialisasi tentang pentingnya prokes. “ASN, sudah di rumah saja, ikuti peraturannya. Bantu sosialisasi protokol kesehatan,” katanya.

Hendy kembali meminta agar ASN tidak mendatangi tempat-tempat pariwisata karena di Jember ditutup. Untuk itu, libur hari raya cukup dilakukan di sekitar rumah saja. “Anggap rekreasinya keliling di Jember. Bantu sosialisasi minimal keliling di wilayahnya masing-masing, tidak usah ke luar ke mana-mana,” pungkas Hendy yang juga merupakan Ketua Satgas Covid-19 Pemkab Jember tersebut.

 

 

Jurnalis : Maulana, Isnein Purnomo, Nur Hariri
Fotografer : Maulana
Redaktur : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca