JEMBER, RADARJEMBER.ID – Bupati Jember Hendy Siswanto bersama Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jember Bambang Saputro berdialog dan menjelaskan pasar murah lewat udara. Diharapkan keberadaan pasar murah menjadi pelipur lara bagi masyarakat Jember yang sebelumnya mengalami gejolak harga, termasuk soal minyak goreng (migor).
Dalam dialog di RRI Jember, kemarin (11/4), Hendy menjelaskan, keberadaan pasar murah tersebut sangat penting bagi masyarakat, khususnya menjelang Idul Fitri. Kelangkaan migor sempat terjadi sebelumnya, hingga pemerintah mengeluarkan aturan baru terkait harga minyak.
Alhasil, dari kebijakan tersebut, kata Hendy, kelangkaan migor di pasaran dapat teratasi. Kendati demikian, harga yang mencekik masyarakat menjadi permasalahan tersendiri. Karenanya, mulai kemarin dilakukan operasi pasar terkait migor.
Hendy juga menegaskan bahwa pihaknya bakal menyediakan minyak murah di setiap kecamatan yang bakal pihaknya kunjungi dalam program Wes Wayahe Jember Berbagi. “Untuk meringankan beban masyarakat terhadap kebutuhan pokok yang melambung tinggi menjelang Lebaran, Pemkab Jember adakan pasar murah yang bertempat di setiap kecamatan,” terangnya. Hendy juga mengajak seluruh masyarakat Jember untuk berbagi ke sesama pada momen mulia bulan Ramadan.
Terkait pasar murah, Kepala Bulog Jember Ahmad Mustari menjelaskan, pihaknya hadir bersama Pemkab Jember agar masyarakat mendapatkan harga sembako yang lebih terjangkau. Terkait dengan barang yang dijual, lanjutnya, kualitasnya harus bagus. “Pasar murah tak selalu murah, tetapi nilainya pasti di bawah harga pasar. Namun, kualitas kami jamin. Jadi, harga miring, kualitas tetap terjaga,” imbuhnya.
Selain itu, keberadaan pasar murah juga otomatis bermanfaat bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) karena pembelian tidak dibatasi. Akan tetapi, terkecuali untuk minyak goreng.
Kepala Disperindag Jember Bambang Saputro menjelaskan, mulai 16 Maret lalu, melalui Kementerian Perdagangan, ada peraturan baru terkait ketentuan harga minyak goreng kemasan yang dilepas ke pasar. “Harga minyak goreng kemasan kembali tinggi. Awalnya Rp 14 ribu tiap liter, kini naik sekitar Rp 24 ribu hingga Rp 25 ribu. Bahkan, ada yang menjual di atas harga tersebut. Sementara, untuk ketersediaan pasokan, jelas sangat banyak,” terangnya.
Bambang menambahkan, kondisi ini berbanding terbalik dengan keberadaan minyak goreng curah yang masih ada intervensi dari pusat. “HET minyak goreng curah per liter mencapai Rp 14 ribu hingga Rp 15,5 ribu. Sayangnya, ketersediaan minyak ini sangat terbatas,” paparnya. Bambang mengaku bahwa pihaknya masih terus melakukan pemantauan. Pemkab melalui Disperindag juga telah mengajukan tambahan dari Jatim. (mg2/c2/dwi)