27.2 C
Jember
Saturday, 1 April 2023

Tak Boleh Pukul Sembarangan

Kena Bagian Vital, Bisa Mati Seketika

Mobile_AP_Rectangle 1

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kasus kematian siswa PSHT saat mengikuti latihan menuai sorotan. Meski perkara itu selesai secara kekeluargaan, namun kepolisian tetap diminta mengusutnya hingga tuntas. Ini agar ada pertanggungjawaban hukum, karena ditengarai ada yang salah dalam proses training itu. Bisa jadi, ada bagian vital korban yang kena hantam ketika mengikuti sesi latihan tersebut.

Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jember Agus Supaat mengatakan, dalam pertandingan olahraga pencak silat, ada beberapa bagian tubuh yang dilarang untuk dipukul atau diserang. Yaitu kemaluan dan bagian leher ke atas termasuk kepala. Selain itu, juga memakai pelindung tubuh atau body protector.

Body protector ini untuk menjaga keamanan atlet dalam bertanding. Sehingga, kata dia, baik latihan ataupun pertandingan, juga diwajibkan untuk memakai body protector. Dia menegaskan, di IPSI sendiri ada kurikulum standar keselamatan. Baik itu tunggal, ganda, maupun beregu. Salah satunya adu tanding ketangkasan harus memakai pelindung tubuh.

Mobile_AP_Rectangle 2

“IPSI punya kurikulum standar keamanan, yaitu keselamatan olahraga. Tapi, setiap perguruan juga punya kurikulum yang berbeda-beda. Sehingga, tidak bisa melakukan intervensi menu latihan yang diadakan perguruan,” tuturnya, kemarin (10/6).

Bagaimana dengan olahraga bela diri yang lain, apakah ada standar keselamatan saat latihan? Ketua Kick Boxing Indonesia (KBI) Jember Ardhito Oky Wijaya menjelaskan, untuk tinju ada beberapa bagian tubuh vital yang harus dilindungi oleh atlet dalam bertanding. Beberapa bagian tubuh vital yang lain juga dilarang untuk diserang. “Kemaluan itu jelas bahaya. Makanya dilarang untuk dipukul atau diserang,” papar mantan atlet tinju ini.

Selain itu, yang terlarang dipukul adalah kepala bagian belakang. Sebab, kepala bagian belakang ada otak kecil yang mengatur keseimbangan. Karena itu, bila dipukul, bisa berbahaya. Kata dia, ada juga bagian yang berbahaya, di antaranya rusuk, ulu hati, tenggorokan, dan rahang. “Makanya, dalam pertandingan atlet tinju itu, tangannya melindungi bagian kepala, ulu hati, dan rusuk,” jelasnya.

Rusuk bila dipukul bisa menimbulkan patah tulang rusuk. Sementara bila ulu hati dihantam, bisa sangat berbahaya jika tidak segera ditangani langsung. “Ulu hati itu bisa membuat gagal napas. Makanya berbahaya. Kalau memar luar masih untung bisa kelihatan. Tapi, kalau memar bagian organ dalam ini yang tidak tahu. Dan lebih berbahaya,” tuturnya.

Tenggorokan juga bahaya, lantaran bagian pernapasan. Sementara itu, untuk rahang, bisa secara langsung menjatuhkan lawan. “Makanya petinju itu melindungi rahang dan mengincar rahang. Karena kalau sudah dipukul rahangnya, maka semacam ada sengatan listrik singkat dan membuat kaki ambruk. Sehingga bisa langsung jatuh atau KO saat dipukul bagian rahang,” imbuhnya.

Hal yang berbahaya dipukul rahang, menurut Oky, adalah saat jatuh kepala dulu yang terbentur. Sebab, bisa terjadi pendarahan di otak. “Makanya, untuk tinju bukan profesional selalu memakai pelindung kepala. Karena kepala ini vital,” tuturnya.

Melatih agar bagian vital itu kuat untuk dipukul, menurutnya, adalah rajin latihan dan bertanding. Seperti sit-up atau lainnya. Sering bertanding juga membiasakan refleks untuk melindungi bagian vital tersebut. Melatih agar kuat dengan cara dipukul di bagian tubuh, kata Oky, tidak ada korelasinya. “Dipukuli dulu saat latihan, kalau cedera bagaimana? Belum bertanding sudah alami cedera,” jelas mantan Ketua Persatuan Tinju Seluruh Indonesia (Pertina) Jember tersebut.

Dia menegaskan, untuk berlatih tanding, kuncinya ada di pelatih. Jika latih tanding tidak diawasi pelatih, tentu berisiko besar.  Sebab, atlet yang secara usia masih anak dan remaja tersebut rawan lepas kontrol. “Jadi, harus berada di bawah pengawasan pelatih,” ujarnya.

Sementara itu, pelatih silat Tapak Suci yang juga Sekretaris IPSI Jember M Hasyim Arif menegaskan, semua pelatih silat wajib tahu tentang bagian tubuh vital mana yang tidak boleh diserang atau dipukul. “Memukul dan menendang, pelatih itu bisa mengukur kekuatannya. Jadi, itu sudah kewajiban pelatih silat,” terangnya.

Karena itu, untuk menjadi pelatih silat, tidak bisa karena tingkatan sabuk lebih tinggi. Sebab, pelatih silat itu ada pelatihannya sendiri. “Cara nendang dan pukul yang tidak mematikan dan bagian tubuh yang dilarang juga ada,” tuturnya.

Arif menambahkan, pelatih juga harus paham kondisi anak didik saat dipukul itu seperti apa. “Kalau lelah, ya jangan dipukul. Sehat pun, kalau tendangan atau pukulannya di bagian perut seenaknya, bisa berbahaya juga,” jelasnya.

Bagian vital yang berbahaya jika dipukul, menurut Arif, adalah ulu hati, leher bagian belakang, dan kepala. “Kalau kemaluan jelas tidak boleh dipukul. Leher bagian atas juga tidak boleh. Makanya di pertandingan olahraga silat, leher ke atas tidak boleh diserang. Agama saja melarang memukul kepala,” tambahnya.

Bagian yang boleh dipukul adalah perut dan dada. Namun, tetap dengan catatan bahwa anak didik sudah siap. “Gak pakai body protector gak masalah,” terangnya. Sebab, mereka telah siap mengatur napas dan menguatkan bagian tubuh mana yang akan diserang. “Kalau tidak siap, diserang dari belakang atau didorong saja, itu tidak boleh. Karena bisa patah leher bagian belakang. Kalau tidak tahu itu ya bukan pelatih,” tuturnya.

Menendang agar tidak bahaya juga ada tekniknya. Yaitu memakai punggung kaki atau bagian kura-kura. Sebab, menendang dengan punggung kaki bisa mudah untuk mengukur kekuatan tendangan. “Sebelum tendangan sampai, bisa ditarik,” jelasnya.

Sementara itu, menendang dengan telapak kaki, sifatnya hanya mendorong saja. Jika pakai tumit tidak boleh, karena tumit sama seperti senjata tajam. Terlebih mengontrol kekuatan tendangan pakai tumit paling susah. “Karena menendangnya pakai tendangan belakang. Otomatis, tidak melihat lawan,” terangnya.

Sementara, untuk memukul, kata dia, juga ada tekniknya agar pukulan bisa ditahan. Salah satu caranya yaitu bahu tidak ikut maju atau mundur saat memukul. “Bahu gak ikut maju mundur, karena bisa tahan laju pukulan,” paparnya.

Dia mengaku, dalam silat memang ada menu latihan untuk dipukul. Itu untuk melatih atlet silat agar sigap dan siap saat diserang. “Tapi, tetap tidak boleh sembarangan pukul atau tendang. Haikal, atlet PON Jatim asal Jember dari SD itu, tendang-tendangan sama saya,” pungkas mantan pelatih Haikal tersebut.

 

 

Jurnalis : Dwi Siswanto
Fotografer : Grafis reza
Redaktur : Mahrus Sholih

- Advertisement -

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kasus kematian siswa PSHT saat mengikuti latihan menuai sorotan. Meski perkara itu selesai secara kekeluargaan, namun kepolisian tetap diminta mengusutnya hingga tuntas. Ini agar ada pertanggungjawaban hukum, karena ditengarai ada yang salah dalam proses training itu. Bisa jadi, ada bagian vital korban yang kena hantam ketika mengikuti sesi latihan tersebut.

Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jember Agus Supaat mengatakan, dalam pertandingan olahraga pencak silat, ada beberapa bagian tubuh yang dilarang untuk dipukul atau diserang. Yaitu kemaluan dan bagian leher ke atas termasuk kepala. Selain itu, juga memakai pelindung tubuh atau body protector.

Body protector ini untuk menjaga keamanan atlet dalam bertanding. Sehingga, kata dia, baik latihan ataupun pertandingan, juga diwajibkan untuk memakai body protector. Dia menegaskan, di IPSI sendiri ada kurikulum standar keselamatan. Baik itu tunggal, ganda, maupun beregu. Salah satunya adu tanding ketangkasan harus memakai pelindung tubuh.

“IPSI punya kurikulum standar keamanan, yaitu keselamatan olahraga. Tapi, setiap perguruan juga punya kurikulum yang berbeda-beda. Sehingga, tidak bisa melakukan intervensi menu latihan yang diadakan perguruan,” tuturnya, kemarin (10/6).

Bagaimana dengan olahraga bela diri yang lain, apakah ada standar keselamatan saat latihan? Ketua Kick Boxing Indonesia (KBI) Jember Ardhito Oky Wijaya menjelaskan, untuk tinju ada beberapa bagian tubuh vital yang harus dilindungi oleh atlet dalam bertanding. Beberapa bagian tubuh vital yang lain juga dilarang untuk diserang. “Kemaluan itu jelas bahaya. Makanya dilarang untuk dipukul atau diserang,” papar mantan atlet tinju ini.

Selain itu, yang terlarang dipukul adalah kepala bagian belakang. Sebab, kepala bagian belakang ada otak kecil yang mengatur keseimbangan. Karena itu, bila dipukul, bisa berbahaya. Kata dia, ada juga bagian yang berbahaya, di antaranya rusuk, ulu hati, tenggorokan, dan rahang. “Makanya, dalam pertandingan atlet tinju itu, tangannya melindungi bagian kepala, ulu hati, dan rusuk,” jelasnya.

Rusuk bila dipukul bisa menimbulkan patah tulang rusuk. Sementara bila ulu hati dihantam, bisa sangat berbahaya jika tidak segera ditangani langsung. “Ulu hati itu bisa membuat gagal napas. Makanya berbahaya. Kalau memar luar masih untung bisa kelihatan. Tapi, kalau memar bagian organ dalam ini yang tidak tahu. Dan lebih berbahaya,” tuturnya.

Tenggorokan juga bahaya, lantaran bagian pernapasan. Sementara itu, untuk rahang, bisa secara langsung menjatuhkan lawan. “Makanya petinju itu melindungi rahang dan mengincar rahang. Karena kalau sudah dipukul rahangnya, maka semacam ada sengatan listrik singkat dan membuat kaki ambruk. Sehingga bisa langsung jatuh atau KO saat dipukul bagian rahang,” imbuhnya.

Hal yang berbahaya dipukul rahang, menurut Oky, adalah saat jatuh kepala dulu yang terbentur. Sebab, bisa terjadi pendarahan di otak. “Makanya, untuk tinju bukan profesional selalu memakai pelindung kepala. Karena kepala ini vital,” tuturnya.

Melatih agar bagian vital itu kuat untuk dipukul, menurutnya, adalah rajin latihan dan bertanding. Seperti sit-up atau lainnya. Sering bertanding juga membiasakan refleks untuk melindungi bagian vital tersebut. Melatih agar kuat dengan cara dipukul di bagian tubuh, kata Oky, tidak ada korelasinya. “Dipukuli dulu saat latihan, kalau cedera bagaimana? Belum bertanding sudah alami cedera,” jelas mantan Ketua Persatuan Tinju Seluruh Indonesia (Pertina) Jember tersebut.

Dia menegaskan, untuk berlatih tanding, kuncinya ada di pelatih. Jika latih tanding tidak diawasi pelatih, tentu berisiko besar.  Sebab, atlet yang secara usia masih anak dan remaja tersebut rawan lepas kontrol. “Jadi, harus berada di bawah pengawasan pelatih,” ujarnya.

Sementara itu, pelatih silat Tapak Suci yang juga Sekretaris IPSI Jember M Hasyim Arif menegaskan, semua pelatih silat wajib tahu tentang bagian tubuh vital mana yang tidak boleh diserang atau dipukul. “Memukul dan menendang, pelatih itu bisa mengukur kekuatannya. Jadi, itu sudah kewajiban pelatih silat,” terangnya.

Karena itu, untuk menjadi pelatih silat, tidak bisa karena tingkatan sabuk lebih tinggi. Sebab, pelatih silat itu ada pelatihannya sendiri. “Cara nendang dan pukul yang tidak mematikan dan bagian tubuh yang dilarang juga ada,” tuturnya.

Arif menambahkan, pelatih juga harus paham kondisi anak didik saat dipukul itu seperti apa. “Kalau lelah, ya jangan dipukul. Sehat pun, kalau tendangan atau pukulannya di bagian perut seenaknya, bisa berbahaya juga,” jelasnya.

Bagian vital yang berbahaya jika dipukul, menurut Arif, adalah ulu hati, leher bagian belakang, dan kepala. “Kalau kemaluan jelas tidak boleh dipukul. Leher bagian atas juga tidak boleh. Makanya di pertandingan olahraga silat, leher ke atas tidak boleh diserang. Agama saja melarang memukul kepala,” tambahnya.

Bagian yang boleh dipukul adalah perut dan dada. Namun, tetap dengan catatan bahwa anak didik sudah siap. “Gak pakai body protector gak masalah,” terangnya. Sebab, mereka telah siap mengatur napas dan menguatkan bagian tubuh mana yang akan diserang. “Kalau tidak siap, diserang dari belakang atau didorong saja, itu tidak boleh. Karena bisa patah leher bagian belakang. Kalau tidak tahu itu ya bukan pelatih,” tuturnya.

Menendang agar tidak bahaya juga ada tekniknya. Yaitu memakai punggung kaki atau bagian kura-kura. Sebab, menendang dengan punggung kaki bisa mudah untuk mengukur kekuatan tendangan. “Sebelum tendangan sampai, bisa ditarik,” jelasnya.

Sementara itu, menendang dengan telapak kaki, sifatnya hanya mendorong saja. Jika pakai tumit tidak boleh, karena tumit sama seperti senjata tajam. Terlebih mengontrol kekuatan tendangan pakai tumit paling susah. “Karena menendangnya pakai tendangan belakang. Otomatis, tidak melihat lawan,” terangnya.

Sementara, untuk memukul, kata dia, juga ada tekniknya agar pukulan bisa ditahan. Salah satu caranya yaitu bahu tidak ikut maju atau mundur saat memukul. “Bahu gak ikut maju mundur, karena bisa tahan laju pukulan,” paparnya.

Dia mengaku, dalam silat memang ada menu latihan untuk dipukul. Itu untuk melatih atlet silat agar sigap dan siap saat diserang. “Tapi, tetap tidak boleh sembarangan pukul atau tendang. Haikal, atlet PON Jatim asal Jember dari SD itu, tendang-tendangan sama saya,” pungkas mantan pelatih Haikal tersebut.

 

 

Jurnalis : Dwi Siswanto
Fotografer : Grafis reza
Redaktur : Mahrus Sholih

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Kasus kematian siswa PSHT saat mengikuti latihan menuai sorotan. Meski perkara itu selesai secara kekeluargaan, namun kepolisian tetap diminta mengusutnya hingga tuntas. Ini agar ada pertanggungjawaban hukum, karena ditengarai ada yang salah dalam proses training itu. Bisa jadi, ada bagian vital korban yang kena hantam ketika mengikuti sesi latihan tersebut.

Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jember Agus Supaat mengatakan, dalam pertandingan olahraga pencak silat, ada beberapa bagian tubuh yang dilarang untuk dipukul atau diserang. Yaitu kemaluan dan bagian leher ke atas termasuk kepala. Selain itu, juga memakai pelindung tubuh atau body protector.

Body protector ini untuk menjaga keamanan atlet dalam bertanding. Sehingga, kata dia, baik latihan ataupun pertandingan, juga diwajibkan untuk memakai body protector. Dia menegaskan, di IPSI sendiri ada kurikulum standar keselamatan. Baik itu tunggal, ganda, maupun beregu. Salah satunya adu tanding ketangkasan harus memakai pelindung tubuh.

“IPSI punya kurikulum standar keamanan, yaitu keselamatan olahraga. Tapi, setiap perguruan juga punya kurikulum yang berbeda-beda. Sehingga, tidak bisa melakukan intervensi menu latihan yang diadakan perguruan,” tuturnya, kemarin (10/6).

Bagaimana dengan olahraga bela diri yang lain, apakah ada standar keselamatan saat latihan? Ketua Kick Boxing Indonesia (KBI) Jember Ardhito Oky Wijaya menjelaskan, untuk tinju ada beberapa bagian tubuh vital yang harus dilindungi oleh atlet dalam bertanding. Beberapa bagian tubuh vital yang lain juga dilarang untuk diserang. “Kemaluan itu jelas bahaya. Makanya dilarang untuk dipukul atau diserang,” papar mantan atlet tinju ini.

Selain itu, yang terlarang dipukul adalah kepala bagian belakang. Sebab, kepala bagian belakang ada otak kecil yang mengatur keseimbangan. Karena itu, bila dipukul, bisa berbahaya. Kata dia, ada juga bagian yang berbahaya, di antaranya rusuk, ulu hati, tenggorokan, dan rahang. “Makanya, dalam pertandingan atlet tinju itu, tangannya melindungi bagian kepala, ulu hati, dan rusuk,” jelasnya.

Rusuk bila dipukul bisa menimbulkan patah tulang rusuk. Sementara bila ulu hati dihantam, bisa sangat berbahaya jika tidak segera ditangani langsung. “Ulu hati itu bisa membuat gagal napas. Makanya berbahaya. Kalau memar luar masih untung bisa kelihatan. Tapi, kalau memar bagian organ dalam ini yang tidak tahu. Dan lebih berbahaya,” tuturnya.

Tenggorokan juga bahaya, lantaran bagian pernapasan. Sementara itu, untuk rahang, bisa secara langsung menjatuhkan lawan. “Makanya petinju itu melindungi rahang dan mengincar rahang. Karena kalau sudah dipukul rahangnya, maka semacam ada sengatan listrik singkat dan membuat kaki ambruk. Sehingga bisa langsung jatuh atau KO saat dipukul bagian rahang,” imbuhnya.

Hal yang berbahaya dipukul rahang, menurut Oky, adalah saat jatuh kepala dulu yang terbentur. Sebab, bisa terjadi pendarahan di otak. “Makanya, untuk tinju bukan profesional selalu memakai pelindung kepala. Karena kepala ini vital,” tuturnya.

Melatih agar bagian vital itu kuat untuk dipukul, menurutnya, adalah rajin latihan dan bertanding. Seperti sit-up atau lainnya. Sering bertanding juga membiasakan refleks untuk melindungi bagian vital tersebut. Melatih agar kuat dengan cara dipukul di bagian tubuh, kata Oky, tidak ada korelasinya. “Dipukuli dulu saat latihan, kalau cedera bagaimana? Belum bertanding sudah alami cedera,” jelas mantan Ketua Persatuan Tinju Seluruh Indonesia (Pertina) Jember tersebut.

Dia menegaskan, untuk berlatih tanding, kuncinya ada di pelatih. Jika latih tanding tidak diawasi pelatih, tentu berisiko besar.  Sebab, atlet yang secara usia masih anak dan remaja tersebut rawan lepas kontrol. “Jadi, harus berada di bawah pengawasan pelatih,” ujarnya.

Sementara itu, pelatih silat Tapak Suci yang juga Sekretaris IPSI Jember M Hasyim Arif menegaskan, semua pelatih silat wajib tahu tentang bagian tubuh vital mana yang tidak boleh diserang atau dipukul. “Memukul dan menendang, pelatih itu bisa mengukur kekuatannya. Jadi, itu sudah kewajiban pelatih silat,” terangnya.

Karena itu, untuk menjadi pelatih silat, tidak bisa karena tingkatan sabuk lebih tinggi. Sebab, pelatih silat itu ada pelatihannya sendiri. “Cara nendang dan pukul yang tidak mematikan dan bagian tubuh yang dilarang juga ada,” tuturnya.

Arif menambahkan, pelatih juga harus paham kondisi anak didik saat dipukul itu seperti apa. “Kalau lelah, ya jangan dipukul. Sehat pun, kalau tendangan atau pukulannya di bagian perut seenaknya, bisa berbahaya juga,” jelasnya.

Bagian vital yang berbahaya jika dipukul, menurut Arif, adalah ulu hati, leher bagian belakang, dan kepala. “Kalau kemaluan jelas tidak boleh dipukul. Leher bagian atas juga tidak boleh. Makanya di pertandingan olahraga silat, leher ke atas tidak boleh diserang. Agama saja melarang memukul kepala,” tambahnya.

Bagian yang boleh dipukul adalah perut dan dada. Namun, tetap dengan catatan bahwa anak didik sudah siap. “Gak pakai body protector gak masalah,” terangnya. Sebab, mereka telah siap mengatur napas dan menguatkan bagian tubuh mana yang akan diserang. “Kalau tidak siap, diserang dari belakang atau didorong saja, itu tidak boleh. Karena bisa patah leher bagian belakang. Kalau tidak tahu itu ya bukan pelatih,” tuturnya.

Menendang agar tidak bahaya juga ada tekniknya. Yaitu memakai punggung kaki atau bagian kura-kura. Sebab, menendang dengan punggung kaki bisa mudah untuk mengukur kekuatan tendangan. “Sebelum tendangan sampai, bisa ditarik,” jelasnya.

Sementara itu, menendang dengan telapak kaki, sifatnya hanya mendorong saja. Jika pakai tumit tidak boleh, karena tumit sama seperti senjata tajam. Terlebih mengontrol kekuatan tendangan pakai tumit paling susah. “Karena menendangnya pakai tendangan belakang. Otomatis, tidak melihat lawan,” terangnya.

Sementara, untuk memukul, kata dia, juga ada tekniknya agar pukulan bisa ditahan. Salah satu caranya yaitu bahu tidak ikut maju atau mundur saat memukul. “Bahu gak ikut maju mundur, karena bisa tahan laju pukulan,” paparnya.

Dia mengaku, dalam silat memang ada menu latihan untuk dipukul. Itu untuk melatih atlet silat agar sigap dan siap saat diserang. “Tapi, tetap tidak boleh sembarangan pukul atau tendang. Haikal, atlet PON Jatim asal Jember dari SD itu, tendang-tendangan sama saya,” pungkas mantan pelatih Haikal tersebut.

 

 

Jurnalis : Dwi Siswanto
Fotografer : Grafis reza
Redaktur : Mahrus Sholih

BERITA TERKINI

Wajib Dibaca