TEMPUREJO, RADARJEMBER.ID-Â Populasi macan tutul di kawasan Hutan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) diperkirakan terus bertambah. Berdasarkan dari pantauan kamera pengintai milik Balai TNMB di Jember, populasi hewan yang memiliki nama latin Panthera Pardus itu sudah mencapai puluhan. Diperkirakan ada sekitar 30 ekor macan tutul.
Berdasarkan data yang diperoleh Jawa Pos Radar Jember, populasi macan tutul jawa di TNMB itu teridentifikasi sejak tahun 2017 sampai 2021. Secara berurutan ada sebanyak 6 ekor pada tahun 2017, 15 ekor di tahun 2018, 12 ekor di tahun 2019, 15 ekor di tahun 2020, dan 17 ekor di tahun 2021. Total keseluruhan yang teridentifikasi sejak tahun 2017 – 2021 sebanyak 22 ekor. Terdiri dari 11 betina dan 10 jantan serta 1 individu yang belum teridentifikasi jenis kelaminnya.
“Kurang lebih sekitar 20 sampai 30 ekor, populasi macan tutul di Hutan Meru Betiri,” kata Kepala Balai TNMB Nuryadi, di Pendapa Wahyawibawagraha Jember, Rabu (8/3).
Melalui kamera pengintai atau video trap yang dipasang di 50 grid dari pihak TNMB, telah merekam satwa lain yang berpotensi menjadi satwa mangsa sebanyak 30 jenis. Antara lain seperti banteng, rusa, kijang, kancil, binturong, babi hutan, musang, monyet ekor panjang, lutung, ayam hutan, merak, trenggiling, tupai, landak, dan burung. “Di sana (di Meru Betiri, Red) juga masih ada populasi banteng. Termasuk bunga raflesia yang tetap tumbuh di musim-musim tertentu,” imbuh Nuryadi.
Mengenai titik-titik penyebaran macan tutul, Nuryadi tidak mengetahui persis. Hanya saja berdasarkan luasan hutan TNMB yang dimonitoring sekitar 20.000 hektare, sebaran spesies dilindungi itu meliputi wilayah Resort Sukamade, Rajegwesi, Karangtambak, Bandealit, Sanenrejo, Malangsari dan Resort Sumberpacet, Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi. “Beberapa jejak dari macan tutul ini sudah ketemu,” katanya.
Nuryadi menambahkan, meski jumlah populasi macan tutul itu diyakini masih eksis, namun untuk jenis spesies yang masih satu famili, yakni Harimau Jawa (Panthera Tigris Sondaica), belum diketahui ada tanda-tanda atau pernah terdeteksi kamera pengintai.
Terlebih, Harimau Jawa sudah punah sejak tahun 1980-an oleh The Union for Conservation of Nature (IUCN). Meski begitu, tidak sedikit dari masyarakat atau kelompok ekspedisi alam meyakini bahwa Harimau Jawa masih ada. “Kalau harimau jawa kami tidak tau datanya, kalau isunya memang sudah punah lama. Kalau tentang ekspedisi yang dilakukan itu, saya pribadi juga belum mengetahui,” imbuh Nuryadi. (mau/nur)